Mohon tunggu...
Rezky Suryana
Rezky Suryana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang PNS biasa yang selalu mau belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP Ojo Kesusu

10 Mei 2014   18:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Teman saya yang tak begitu lancar berbahasa inggris mengatakan "PDIP don't go to the milk..!" Ternyata maksudnya adalah ojo kesusu ( jangan terburu-buru) dalam mengumumkan pasangan Capres-cawapresnya. Pasca pengumuman hasil perhitungan suara Pileg secara resmi oleh KPU tadi malam, semakin jelas terlihat peta kekuatan partai yang akan mengusung capres-cawapresnya. Meskipun tak ada perbedaan yang signifikan dengan perhitungan quick count, namun pengumuman resmi KPU tersebut menjadi legitimasi atas positioning setiap partai untuk melangkah ke tahap selanjutnya.

Dari hasil tersebut, jelas PDIP yang sudah ijab kabul dengan Nasdem sudah mengantongi tiket resmi untuk mencalonkan Jokowi sebagai capres. bahkan dalam bahasa gestur Jokowi dan elit parpol pendukungnya, bakal cawapresnya pun sudah ada di kantong Jokowi, tinggal menentukan moment yang "magis". Ini berbeda dengan Bakal capres dari partai lain seperti Prabowo dari Gerindra dan Ical dari Golkar. Prabowo makin kelihatan galau, karena sampai saat ini belum ada satupun parpol yang mau membubuhkan tanda tangan secara resmi untuk mendukungya. Kesepakatan secara lisan dari PKS memang sudah dikantongi, bahkan malah Fahri Hamzah dan Fadli Zon sudah meniupkan orkestra nyinyir 'menyerang" lawan politik melalui tweeternya. hanya saja, dalam dunia politik, sikap lisan seperti itu belum bisa jadi kartu tiket yang sah. Apalagi menghadapi parpol seperti PKS yang "cerdik" menghitung soal keuntungan uang atau kekuasaan yang akan ditukar dengan suara 'penggemarnya". Bisa saja begitu ada tawaran dari poros baru SBY (jika jadi terbentuk), PKS akan berpaling dari Gerindra. Sekali lagi ini soal "untung-rugi" buat PKS.

PKB dan PPP sendiri semakin menjadi gadis yang mulai luntur make-upnya dan kelihatan pucat dan kurang menarik, atau bak bunga melati yang sudah mulai layu. PDIP sendiri awalnya terlihat antusias karena khawatir suara resminya belum mencukupi batas minimal ketentuan untuk mencalonkan, namun setelah pengumuman resmi KPU, PDIP jadi ga terlalu ngotot untuk meminang PKB atau PKS, apalagi Jokowi sudah mengantongi cawapresnya yang kemungkinan besar bukan dari kedua partai tersebut. Ini adalah ongkos yang harus dibayar oleh PKB dan PPP yang terlalu jual mahal, namun tak cermat menghitung dinamika politik. Jelas dimata PDIP, "harga" PKB dan PPP ini cukup murah, apalagi Jokowi sudah jelas pengen punya koalisi yang ramping seperti body nya sendiri. Pilihan PKB dan PPP hanya menunggu keputusan SBY apakah jadi membentuk poros baru, atau gabung dengan PDIP dengan tidak banyak menuntut, atau memiih gabung dengan Gerindra dan masuk dalam 'buaian mimpi" dapat kursi di kabinet nanti, walau resikonya, kalau Prabowo kalah, mereka akan jadi oposisi yang "setengah nyali" karena suaranyatak signifikan. Artinya fulus pun akan sulit didapat dari luar pemerintahan.

Ical dan Golkar sendiri sedang Galau tingkat dewa, karena walaupun peringkat dua, calonnya tak menarik lawan jenis. Sementara di internal partai sendiri ada konflik antara pihak pemburu kekuasaan yang secara  pragmatis mendorong Golkar untuk bergabung dengan capres yang berpeluang besar memenangi pilpres, dan pihak yang mendewakan loyalitas pada pemimpinnya walaupun kurang laku. Kini, Golkar pun semakin sulit menarik atau meminang partai lain utk berkoalisi karena peluang Ical untuk menang sangat kecil. Bergabung dengan PDIP tidak mungkin, karena Jokowi sudah punya cawapres sendiri. Bergabung dengan Genrindra juga terancam gagal karena PAN mencoba bersolek dan menggoda Gerindra untuk berkoalisi.

Gerindra sendiri masih sangat rawan, karena SBY belum jelas kemana mengarahkan kapal politiknya. Jika berani membentuk poros baru dan mengusung calon populis sekelas DI dan mencari figur wapres yang moncer sekelas Mahfud MD atau Abraham samad, bisa jadi PKS, PPP dan PKB akan meninggalkan Gerindra sendirian.

Inilah akibat kalkulasi politik yang terlalu menghitung kekuasaan daripada platform, ideologi atau visi partai maupun capres. Mereka ibarat bunga indah dan cantik yang kian layu dan tak wangi, karena tergerus waktu. PDIP dan Nasdem sendiri sudah mapan bukan hanya karena perolehan suara yang tinggi, melainkan lebih berpikir platform dan visi daripada bagi-bagi kursi. Kini, PDIP dan Nasdem tak perlu terburu-buru mengumumkan capres cawapresnya. Biarkan para petualang politik ini galaudalam menentukan arah politiknya sampai mendekati batas pendaftaran capres-cawapres. SBY, Prabowo dan ICal sangat menunggu PDIP mengumumkan calonnya, agar bisa memikirkan strategi melawan Jokowi dan cawapresnya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun