Mohon tunggu...
Muchammad Saifuddin
Muchammad Saifuddin Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Peminat bidang manajemen. Suka berbisnis, mengajar, meneliti dan menulis. Menempuh studi doktoral di UNAIR kontak email : saifuddin@uinsby.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cognitive Dissonance Theory

22 November 2022   07:00 Diperbarui: 22 November 2022   07:27 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cognitive Dissonance Theory

Dalam beberapa kesempatan di sepanjang hidup, pernahkah Anda mengalami kondisi terpaksa melakukan sesuatu meskipun bertentangan dengan keyakinan di dalam diri? Pernahkah Anda tetap melakukan sesuatu sekalipun mengetahui bahwa perilaku tersebut membawa dampak buruk bagi diri sendiri? Untuk memahami dan menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa melihat contoh berikut:

"Seorang lelaki sedang memarahi gerombolan anak SD yang ketahuan merokok. Padahal dia sendiri saat itu sedang memegang sebatang rokok yang masih mengepul. Alasan lelaki tersebut memarahi anak-anak SD yang merokok adalah karena rokok tidak baik bagi kesehatan khususnya paru-paru. Sejatinya, lelaki tersebut sudah memahami konsekuensi buruk dari kebiasaan merokok, tapi dia pun masih tetap merokok." 

Dari contoh di atas, Anda dapat melihat jika terdapat perbedaan antara pendapat, sikap dan perilku yang ditunjukkan oleh lelaki tersebut. Kondisi seperti ini menurut pakar Psikolog Abad 16, Leon Festinger dinamakan Cognitive Dissonance / Disonansi Kognitif.

Lantas apa pengertian dari Cognitive Dissonance/ disonansi kognitif, dan bagaimana hal ini dapat terjadi pada diri manusia? Yuk, simak penjelasan berikut!

Arti Cognitive Dissonance Theory/ Teori Disonansi Kognitif

Cognitive Dissonance Theory merupakan sebuah istilah yang merujuk pada kondisi ketidaknyamanan seseorang ketika menghadapi dua nilai yang bertentangan. Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Leon Festinger pada tahun 1957 silam. Menurut Leon, ketidaksesuaian antara keyakinan dan sikap yang ditunjukan dapat berdampak buruk hingga memunculkan perasaan tidak nyaman.

Contoh lain dari kondisi disonansi kognitif di dalam kehidupan sehari-hari selain yang telah disampaikan di atas, yaitu :

Seseorang yang dengan sadar telah berkata bohong namun tetap bersikukuh bahwa dirinya benar dan mengatakan dengan jujur.

Seseorang yang berkata tidak percaya ramalan zodiak tapi tetap mencari informasi tentang horoskop jika membuka majalah/koran.

Seseorang yang berkata mencintai kedamaian namun justru bertindak kasar kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun