Mohon tunggu...
Muchammad Saifuddin
Muchammad Saifuddin Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Peminat bidang manajemen. Suka berbisnis, mengajar, meneliti dan menulis. Menempuh studi doktoral di UNAIR kontak email : saifuddin@uinsby.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Air Minum dalam Kemasan, Bagaimana Perusahaan, Pemerintah, dan Masyarakat Bersikap?

25 September 2022   14:00 Diperbarui: 26 September 2022   09:45 1950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Seorang warga membeli galon air mineral, Jumat (16/9/2022) di daerah Sario, Manado, Sulawesi Utara. Manado termasuk kota di mana ditemukan air minum dalam kemasan galon polikarbonat dengan kontaminasi bisfenol-A melebihi ambang batas 0,6 ppm. (Foto: KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI)

Namun hal di atas masih belum bisa diterapkan di Indonesia, karena persepsi masyarakat indonesia tentang air keran (PDAM) masih belum layak minum.

Meskipun kepedulian lingkungan bukanlah prediktor konsumsi yang signifikan secara statistik, hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa, bagi sebagian orang memiliki hubungan antara pilihan konsumsi dan masalah lingkungan. 

Orang Swiss, yang mengonsumsi lebih sedikit air kemasan, menunjukkan kepedulian yang lebih besar terhadap dampak lingkungan dari air kemasan. 

Ini berarti bahwa pendekatan yang ada untuk membatasi konsumsi air minum dalam kemasan tidak sepenuhnya salah arah sehingga strategi baru tidak perlu mengabaikan aspek ini sepenuhnya. 

Namun demikian, Saylor et al. (2011) menemukan bahwa beberapa orang percaya daur ulang menghilangkan dampak lingkungan negatif dari air kemasan. 

Jadi, pesan berbasis lingkungan tidak efektif karena informasi yang salah di antara konsumen. Mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan informasi tersebut dapat meningkatkan efektivitas kampanye. 

Memberikan informasi tentang dampak lingkungan pada air kemasan pada label mungkin merupakan cara lain untuk memperbaiki kesalahan informasi tersebut ( Parag & Roberts, 2009).

Hal yang lebih penting adalah bagaimana informasi seputar dampak lingkungan dari air kemasan dikomunikasikan. Cialdini (2003) menunjukkan bahwa memobilisasi tindakan melawan suatu masalah dengan menggambarkannya sebagai hal yang sering disayangkan tidak efektif. 

Hal ini karena membuat perilaku yang tidak diinginkan tampak menjadi norma dan karena orang lebih cenderung bertindak dengan cara yang sesuai dengan norma, hasil yang diinginkan tidak tercapai. Strategi komunikasi yang efektif sebaiknya menggunakan pesan yang menyiratkan bahwa setiap orang melakukan tindakan yang diinginkan. 

Misalnya, alih-alih menyoroti tingginya konsumsi air kemasan, pesan yang efektif akan menyarankan 'kebanyakan orang sekarang minum air keran karena mereka menyadari dampak negatif air kemasan terhadap lingkungan'. Lebih khusus lagi, informasi harus dirancang untuk populasi target tertentu, misalnya berdasarkan usia atau jenis kelamin ( Bator & Cialdini, 2000 ). 

Pesan harus spesifik tentang bagaimana perubahan perilaku dapat dilakukan, meninggalkan informasi yang mengganggu ( Pratkanis & Greenwald, 1993 ). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun