Mohon tunggu...
Erri Subakti
Erri Subakti Mohon Tunggu... Communication Strategic

Socio Communication Strategic

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gombal Itu Bagai Aroma Duren

24 November 2012   00:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:45 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Valentino"Menggombal" adalah salah satu bentuk komunikasi yang mengembangkan atau memekarkan rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi orang lain. (ES) Menggombal, memang tidak selalu menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi bisa juga memberikan informasi yang dirancang untuk memengaruhi pihak yang mendengar/membacanya. Gombal bisa saja menyampaikan pesan yang benar, (bisa juga menyesatkan) dimana umumnya isi gombalan hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional. Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran lawan bicaranya untuk kepentingan tertentu. Menggombal, meski kadang bersifat spontan, namun ia bisa merupakan sebuah upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki penggombal.

13537168411101514304
13537168411101514304
dok. orisinil : Babeh HelmiGombal tidaklah selalu buruk... Banyak yang suka 'digombali' karena bisa membuat senang dan rileks bagi yang mendengarkan atau membacanya. Apalagi jika 'gombalan' yang dikatakan sesuai dengan konteks kekinian (kondisi sosial). 'Gombalan' bisa dinikmati sebagai katup pelepas ketegangan, bahkan dapat memberi bayangan harapan. Orang yang menggombal maupun yang digombali akan merasa lega dan puas, seakan memperoleh katarsis pelepas dahaga. 'Menggombal' menjadi pemenuhan akan kehausan sensasi yang selalu dicari publik untuk mencapai perasaan nyaman. Gombalan mempunyai fungsi atau kegunaan dalam kehidupan bersama. Misalnya sebagai pelipur lara dan proyeksi keinginan terpendam, membuat orang lain senang, bahkan tentu saja bisa menjadi pendekatan yang efektif dengan seseorang. Pendeknya kita akan jadi lebih mudah untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Manusia butuh berimprovisasi dalam hidupnya. Kadang berperilaku nakal seperti menggombal dibutuhkan sebagai pertahanan spesies manusia.
“… di tengah-tengah kita sudah banyak orang tenang yang tak bergerak kemana-mana, setenang pohon duren yang diam di tempatnya. Sedikit gombalan itu perlu, karena itu akan menjadikan kita kompatibel dengan 'gombalnya dunia' ini. Maka sebagaimana buah duren yang matang, 'menggombal'lah. Gombalilah dunia ini dengan 'aroma duren' kita yang ada padamu …”

Sekali sebuah 'gombalan' dituangkan dalam untaian kalimat-kalimat, ia telah terlepas dari 'si perekayasa.' Karena itu gombalan menjadi 'milik bersama'. Tidak ada perekayasa gombalan yang protes jika gombalannya di'copas' oleh orang banyak. Karena itu 'gombalan' tidak selalu berbentuk narasi puitis (puisi), ia bisa anonim, mengalami proses interpolasi (mengalami perubahan / penambahan unsur-unsur baru) "menggombal" adalah suatu keharusan dalam hidup ini, untuk menghindari depresi, agar jiwa itu sehat..." (Friedrich Nietzsche) Orang-orang besar cenderung menggombal karena dibutuhkan spirit dan kemauan yang besar untuk itu. Daya 'menggombal' itu adalah kenikmatan artistik. Mau ikut menggoreskan 'seni menggombal?' Klik gambar di bawah ini

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun