Mohon tunggu...
Tomy Bawulang
Tomy Bawulang Mohon Tunggu... Human Resources - Pembaca

Pendengar, Penyimak, , dan Perenung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Karena Mereka Sedang Bersenggama

9 Oktober 2020   20:54 Diperbarui: 27 Oktober 2023   08:27 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: bbc.com

Hari-hari ini perhatian kita tertuju pada pro kontra UU Cipta Kerja. Dalam berbagai group WA yang di dalamnya Saya tergabung, perdebatan ini jadi Bahan bacaaan pagi Siang sore malam. Di Facebook, tidak sedikit perdebatan tentang ini.

Saya Pribadi memilih untuk anteng dan diam saja. Bukan Saya tidak peduli. Saya diam karena dua alasan utama. Yang pertama, karena Saya belum membaca UU atau RUU tersebut. Saya belajar untuk menahan diri dan tidak mengomentari Hal yg Saya sendiri tidak tahu secara Pasti.

Alasan kedua, Saya sangat akrab dengan ide, konsep, bahkan "ideology" Kapitalisme. Lima tahun waktu Saya habiskan untuk membedah dan memahami Kapitalisme sampai ke akar akarnya. Pada waktu yang bersamaan Saya Juga harus melahap habis literature rujukan utama kaum sosialis. Jangan tanya, literature tentang marxism dan sejenisnya adalah isi ransel Saya kemana mana Saya pergi. Hasil belajar singkat selama lima tahun tentang Kapitalisme dan sosialisme tersebut Saya tuangkan dalam satu Bab Kajian literatur disertasi Saya, yang intinya mengkritik habis peran Lembaga Lembaga kapitalis seperti Bank Dunia yang mendikte dan mengintervensi arah kebijakan Nasional negara negara yang berhutang. Singkat cerita, Saya anti Kapitalisme dan neoliberalisme!

Tahun 2011 Saya dianugerahi Hubert Humphrey Award, yang menghantar Saya pada Jantung Kapitalisme: Bank Dunia. Enam bulan Saya tinggal dan belajar di Jantung Kapitalisme Bank Dunia di Washington. Magang dan Riset Saya ini turut memperkaya cakrawala berfikir Saya tentang Kapitalisme tanpa harus mengubah prinsip anti kapitalisme yang sudah mendarah daging dalam diri Saya. Dengan pendalaman ini, alhamdulilah, disertasi Saya mendapat banyak apresiasi dan pujian dari berbagai kalangan. Salah satu bentuk apresiasi yang Saya terima adalah Kontrak untuk Jadi Dosen di Univerza na Primorskem ǀ University of Primorska, Slovenia, sebuah Universitas di Negara Sosialis yang Lahir dari rahim Republic Federal Sosialis Yugoslavia, awal tahun ini meski gagal berangkat krn Eropa keburu lockdown dan harus menunggu tahun depan. Singkatnya, Ide, pemahaman, serta theoretical framework Saya yang anti Kapitalisme dihargai dan diminati negara negara Sosialis dan beri award oleh negara Kapitalis.

Tahun 2019, Saya berkesempatan untuk belajar dalam program short course di school of public policy Tsinghua University Beijing, China, Rumah besar para pemikir dan cendekia ideologist Sosialis Komunis. Meski focus belajarnya adalah kebijakan publik, bukan ideology, tapi sebagai peneliti dan analis kebijakan publik Saya bisa mengerti nature dari kebijakan publik yang Lahir dari otak Kiri Sosialist Komunis! Singkat cerita, repertoire pengetahuan Saya tentang Sosialis alhamdulilah bertambah.

Lantas kenapa hari ini Saya diam? Dengan pemhaman yang cukup tentang kapitalisme dan sosialisme bukankah ini momentum yang pas untuk Naik dan berorasi diatas panggung lantas menerima pundi pundi dari para sponsor?

Saya diam, sebab Saya tahu KAPITALIST SEDANG BERSENGGAMA LIAR DENGAN SOSIALIST dalam ruang mahamegah kedap suara dan anti teriakan toa jalanan. Ruang Equilibrium! dan hasilnya adalah Anak Premature yang dinamakan OMNIBUS LAW. UU CILAKA yang blasteran nan Kompromistis.

KOMPROMI? Ya! Ada ruang KOMPROMI njelimet yang harus dibangun dan titik equilibrium yang harus segera ditemukan dalam kondisi mendesak dari sebuah negara yang berhutang ribuan triliunan rupiah. Kompromi, antara kepentingan kaum sosialis proletarian yang butuh keadilan sosial dan kaum kapitalis neoliberalisme yang angkuh dan ingin mencari keuntungan dari perut lapar kaum buruh. Kompromi antara mereka yang butuh makan dengan mereka pemilik nasi dan periuknya. Kompromi ini harus menihilkan dikotomi Sosialis vs kapitalis liberalis. Kompromi yang harus dibangun dengan mata dan telinga yang tertutup namun otak yang harus berputar dalam batok Kepala yang dingin

Lantas kemana Negara? Negara Kita sedang sakit dan lemah syahwat,.. hutang terlalu banyak, kemampuan Fiskal Kita jeblok, sementara urusan dalam Negeri Kita masih saja, sejak tahun adam, berputar putar pada urusan dominansi surga-neraka, halal- Haram, kafirun-kafirin,... Berebut kaplingan surga dan mengabaikan realitas duniawi yang mestinya Kita atur dan kelola secara baik dan harmoni.

Lantas kemana para politisi? Asudahlaaaah, mereka sibuk beronani.

Anda, tidak percaya? Coba tanyakan pada para singa podium jalanan seperti bang Adian Napitupulu dan teman temannya yang dulunya garang tapi sekarang anteng anteng Aja. Pasti mereka Punya Jawaban. Meski mungkin Tak sama, tapi Saya yakin, mereka tahu siapa penghulu yang merestui senggama liar Itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun