Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Celaka Punya Orang Tua Hidup Tidak Bahagia

19 Mei 2018   14:27 Diperbarui: 19 Mei 2018   14:35 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu ketika pada bulan suci Ramadhan, Rosulullah SAW akan berkhutbah, ketikia beliau SAW akan naik mimbar,ketika kaki beliau akan naik tangga pertama, Rosulullah SAW mengucapkan "Amin". Ketika kaki beliau SAW hendak naik pada tangga kedua, tiba-tiba Rosulullah SAW mengucapkan "Amin". Kemudian Nabi Muhammad SAW melanjutkan naik pada tangga ketika, pada saat itu, Rosulullah SAW mengucapkan "Amin"

Melihat Rosulullah SAW mengucapkan "amin" tiga kali berturut-turut, semua sahabat terheran-heran. Padahal, tidak satupun orang disamping Rosulullah SAW kala itu. Maka sebagian pada sahabat bertanya-tanya, kenapa Rosulullah SAW mengucapkan "Amin". Siapakah gerangan yang sedang berdoa saat itu.

Kemudian Rosulullah SAW menjawab pertanyaan para sahabat "ketika aku sedang menaiki tangga pertama, tiba-tiba Jibril datang dan berkata "celaka sekali orang yang mendapatkan bulan suci Ramadhan, namun tidak mendapatkan ampunan Allah SWT".  Maka saat itu aku mengucapkan "Amin". Pada tangga kedua, Jibril berdoa "celaka sekali bagi orang yang tidak menyebut (bersholawat kepadaku), ketika namaku di sebut. Aku juga mengucapkan "amin". Ketika tangga ketiga, Jibril as berdoa "celaka sekali bagi orang yang memiliki kedua orang tua yang lansia, atau salah satunya tetapi tidak menyebabkan orang tersebut masuk surga (HR Al-Thabrani).  

Ramadhan Bulan Ampunan Bukan Bulan Menebarkan Kebencian

Pada bulan ini, semua umat islam berlomba-lomba memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, seperti; tarawih, membaca Al-Quran (tadarusan), berbagi rejeki (zakat, infak, dan sedekah). Tidak lupa, setiap hari berbagi kurma (takjil), kepada orang-orang yang sedang berpuasa. Tujuannya satu "ingin mendapatkan berkah bulan suci Ramadhan".

Rosulullah SAW bersabda "Antara sholat satu dengan sholat lain, antara jumat satu dengan jumat lain, antara Ramadhan satu dengan lainnya, adalah pelebur dosa, kecuali dosa-dosa besar (HR Muslim).

Secara khusus, Rosulullah SAW menjelaskan bahwa orang-orang yang benar-benar melaksanakan puasa dan qiyam Ramadhan (tarawih) atas dasar iman dan ihtisab (semata-mata karena Allah), Allah SWT menjadi dosa-dosa-dosa yang pernah dilakukan akan mendapat ampunan.

Jadi, sangat disayangkan sekali ketika bulan Ramadhan, seorang muslim masih suka "ngosip" menebarkan "hoax" menebarkan kebencian. Sehingga kadang lupa dengan kewajiban seorang muslim, seperti memakmurkan masjid, menebarkan salam, dan berbagi makanan, dan menghidupkan malam dengan membaca Al-Quran serta qiyam Ramadhan. Padahal Rosulullah SAW mewanti-wanti agar jangan sampai menebarkan berita hoax, sebagaimana dawuhnya SAW "Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar (HR Muslim). Kualitas puasa seseorang ditentukan bagaimana dia menjaga lisan dan tangannya.

Dalam hadis lain, Rosulullh-pun berkata  "celaka sekali bagi orang yang mendapatkan bulan suci Ramadhan, namun sama sekali tidak mendapat ampunan (HR Al-Thabrani). Jadi, meraih ampunan bukan tidak cukup dengan menahan diri dari tidak makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenan, tetapi juga menjaga lisan dari rasan-rasan, juga menjaga tangan dari "ngopy paste dan kemudian menebarkan berita yang tidak benar atau remeng-remeng kepada sesama baik melalui  medsos, seperti whatshap, twitter, FB, IG dan sejenisnya,".

Ketika berbuat maksiat dan kesalahan, seringkali sesorang muslim menyalahkan "setan". Padahal pada bulan Ramadhan ini, Rosulullah SAW menegaskan semua setan dan iblis dibelenggu dengan rantai yang kuat, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi-lagi, manusia menyalahkan "setan".

Barangkali, setan sangat jengkel dengan manusia yang sering menyalahkan dirinya pada bulan suci Ramadhan. Perlu diketahui juga, puasa (menahan) diri, bukan saja menahan diri dari makan dan minum tetapi juga menahan diri dari mengendalikan "nafsu". Jengkel, benci, marah, iri, dengki, hasud, riya', takabur, merupakan penyakit hati yang hanya bisa diobati dengan puasa yang baik dan benar sebagaimana di contohkan Rosulullah SAW.

Besholawat Kepada Rosulullah SAW

Seandainya Rosulullah SAW bukan dari bangsa Arab, mungkin orang muslim di seluruh penjuru dunia tidak akan memulyakan bangsa Arab. Kemulyaan bangsa Arab karena telah di utusnya Rosulullah SAW dari bangsa Arab. Rosulullah SAW di atas segala-galanya.  Sebagaimana kedudukan seseorang ditentukan banyaknya bersholawat kepada baginda Rosulullah SAW. Rosulullah SAW paling dermawan, paling tinggi iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Nah, ketika orang menyebut nama Rosulullah SAW (bersholawat dan salam) kepadanya, berarti orang itu telah mengangkat dirinya. Ketika enggan bersholawat dan salam kepada baginda Rosulullah, sama dengan merendahkan dirinya. Karena Rosulullah SAW berkata "Sesungguhnya Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Al-Tirmidzi). Imam Al-Shakhowi menyebutkan "batasan minimal bersholawat dan salam kepada Rosulullah SAW 300-400 kali setiap hari".

Nah, ketika nama Rosulullah SAW di sebut, kewajiban bagi yang mendengarkan untuk menjawab " ". Begitulah pesan Rosulullah SAW, agar supaya kelak mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Jangan sekali-kali, menyingkat nama Rosulullah SAW dengan "" di samping tidak santun kepada Rosulullah SAW, juha adanya teks dari kitab "Mukoddimah Ibn Solah".

Birrul Walidain di Bulan Ramadhan

Sejauh mana seorang anak memberikan kebahagiaan terhadap ibunya, maka sejauh itu pula Allah SWT membahagiakan dirinya. Sejauh mana seorang anak memperhatikan kebutuhan sehari-hari orang tua, sejauh itu pula Allah SWT memperhatikan dirinya dalam urusan materi.

Seringkali orang itu biasa-biasa kecerdasannya, tetapi karena perhatian terhadap orangtuanya luar biasa, maka Allah-pun memperhatikannya lebih dari yang lain. Karena memang surga (kebahagiaan seorang anak) ada pada telapak kaki ibunya. Jadi, bahagia dan tidaknya seseorang itu tergantung bagaimana dirinya bersikap kepada kedua orangtuanya.

Setiap orang selalu memiliki pesoalan yang berbeda. Biasanya kesulitan demi kesulitan yang dihadapi seseorang itu tidak lepas dari sikap seseorang kepada kedua orangtuanya. Wajar sekali jika Rosulullah SAW berkata "celaka sekali bagi orang yang memiliki kedua orangtua yang lansia, atau salah satunya namun tidak menjadikannya masuk surga" (HR Al-Tirmidzi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun