Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Poligami antara Sunnah, Menolong Anak Yatim, Memanjakan Birahi

6 Oktober 2017   15:54 Diperbarui: 6 Oktober 2017   16:08 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika Rosulullah SAW melihat anak kecil yang sedang menangis sesegukan di depan masjid. Waktu itu sedang hari Raya Idul Fitri.  Di saat semua anak-anak riang gembira menyambut idul fitri. Mereka memiliki baju baru, sandal baru, semua serba baru. Itu semua karena orangtua mereka memperhatikan putra-putrinya.

Tapi, anak kecil yang satu ini justru menyendiri dan menangis pilu karena tidak memiliki ayah. Karena merasa aneh, dan kasihan, maka Rosulullah SAW mendekatinya, lalu berkatalah Rosulullah SAW kepadanya "apa yang menyebabkan dirimu menangis nak?

Anak kecil itu menjawab "ini gara-gara Nabi Muhammad". Si anak rupanya tidak mengerti, jika yang bertanya itu adalah Nabi Muhammad SAW. Kemudian Nabi SAW bertanya "memangnya kenapa Muhammad SAW"? lalu sang anak bercerita "ayahku wafat, karena dia berperang. Itu atas perintahnya'. Sekarang, saya tidak punya ayah lagi. Kemudian ibu kandungku menikah lagi dengan laki-laki lain. Hartaku dibawanya pergi. Aku ditinggal sendirian.

Mendengar keluhan itu, Rosulullah SAW mengajaknya kerumah. Kemudian Rosulullah SAW memberinya makan dan minum, baju baru, semua serba baru. Nabi SAW berusaha menyenangkan hatinya. Lalu Rosulullah SAW berbisik lembut kepada anak kecil itu "maukah engkau, jika aku (Muhammad) menjadi pengganti Ayahmu, kemudian Aisyah menjadi ibumu, Hasan dan Husain menjadi Saudaramu, dan Fatimah menjadi bibimu, Ali Ibn Abi Thalin menjadi pamanmu?

Betapa bahagianya anak kecil itu. Sambil senyum lebar bahagia, anak kecil itu mengangguk.

Kemudian anak kecil itu keluar rumah dengan baju baru dan senyuman yang renyah. Dia bermain dengan teman-temannya. Kemudian teman-temannya bertanya kepadanya "Hai, kenapa engkau sekarang bahagia, senyum-senyum dan bajumu baru".

Dengan percaya diri, serta wajah ceria anak kecil itu berkata "sekarang, saya memiliki ayah angkat, yaitu Nabi Muhammad, ibuku Aisyah. Sedangkan saudaraku dan teman bermainku yaitu Hasan dan Husain, bibiku Fatimah, Pamanku Ali Ibn Abi Thalib.

Mendengar cerita itu, anak-anak berkata "kenapa yang meninggal dalam berperang itu bukan ayahku". Anak-anak itu ingin sekali nasibnya seperti anak Yatim yang di mulyakan Rosulullah SAW.

Cerita itu di dendangkan oleh seorang biduan ayu berdarah Arab dengan suara sangat merdu dan mendayu-dayu. Membuat setiap orang yang ngerti bahasa Arab meneteskan air mata. Karena membayangkan keteladanan Rosulullah SAW di dalam memulyakan anak Yatim. Juga, membayangkan betapa bahagianya anak Yatim yang mendapat perlaluan istimewa dari Nabi Muhammad SAW. Tidak satupun manusia di muka bumi ini, baik tua maupun muda, laki-laki dan wanita, merasa terhormat jika menyebut Nabi Muhammad SAW, apalagi sampai mendapat pengakuan sebagai umatnya.

Rosulullah SAW pernah berkata "saya dan penyantun anak Yatim di surga (HR.Bukhori)". Sambil mengisaratkan dua jarinya. Rupanya, Rosulullah SAW secara khusus menjanjikan penyantun anak yatim dengan surga. Pada waktu yang sama, Rosulullah SAW menemaninya. Padahal, hadis-hadis yang menerangkan orang yang haji mabrur, sholatnya khusuk dijamin masuk surga, tetapi tidak ada embel-embelnya "bersamaku". Luar biasa bagi orang yang suka menyantuni anak Yatim.

Nah, coba perhatikan dan renungkan. Rosulullah SAW itu menikah dengan seorang wanita yang bernama Saudah binti Zamah. Rupanya, Rosulullah SAW sangat mengerti bahwa Saudah itu wanita Tua yang memiliki anak-anak yang masih kecil dan memerlukan pelukan ayah dan juga nafkah. Sementara, suaminya itu wafat ketika hijrah ke Habasyah. Lebih mengkhawatirkan lagi, Ayahnya masih belum memeluk islam alias masih "Jahiliyyah". Sehingga Rosulullah SAW mengkhawatirkan nasib agamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun