Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Hansip, Satuan Keamanan yang Kerap Jadi Bahan Olokan

19 April 2021   06:25 Diperbarui: 19 April 2021   06:28 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah di antara pembaca yang tau, bahwa hari ini adalah Hari Hansip (pertahanan sipil)? Kutanyakan, karena satuan ini sudah lama tak terlihat lagi. Alih-alih mengingat hari lahirnya.

Terakhir aku melihat orang berseragam Hansip adalah saat Pilpres 2019. Ah, belum terlalu lama ya. Padahal Hansip sendiri sudah berganti nama sejak 2014. Nah loh, apa ada yang sadar?

Pemilu Tahun 90-an 

Zaman Orde Baru, pelajaran menghafal adalah materi yang mudah. Jumlah partai politik hanya tiga. Para menteri orangnya itu-itu saja. Rasanya semua tenang-tenang saja, kecuali dua kakakku yang tiap pemilu selalu kecewa.

Kakak pertama sepertinya mengidolakan Soekarno, ia selalu memilih PDI. Kakak kedua cukup religius, ia tak pernah berpaling dari PPP. Tapi setiap Pemilu, di kampung itu hanya satu orang yang memilih PDI dan PPP. Sisanya Golkar.

Orang tua dan kakak yang lain tidak ikut memilih. Sepertinya mereka sudah tau, tak akan ada perubahan. Yang terjadi justru kami dikucilkan karena tak mau memilih Golkar. Kok bisa tau ya, kalau dua orang yang non-Golkar itu ada di rumah kami? Padahal dulu itu slogan luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia) membahana ke mana-mana.

Gimana nggak terasa, wong orang bagi-bagi beras dan kaus, rumah kami dilewati begitu saja. Bahkan ketika untuk pertama kalinya Pemilu menghadirkan partai lebih dari tiga (kalau tak salah waktu itu Golkar bernomor 33) dan kakak-kakak tak lagi memilih PDI dan PPP, tetap saja gerombolan kampung melewatkan rumah kami dari pembagian bingkisannya.

Misteri itu baru terpecahkan kemarin, ketika aku membaca sejarah Hansip di Tirto. Ternyata salah satu tugas yang diembankan pemerintah pada satuan ini adalah mengarahkan para pegawai negeri di daerah-daerah untuk memilih Golkar pada setiap Pemilu.

Dibilang tau betul, nggak juga sih. Tahun-tahun itu kan aku cuma anak SD. Aku cenderung memercayainya karena kerap mendengar diskusi kakak-kakak, ikut membaca majalah mereka (Gatra, Tempo, Intisari, dll), ditambah artikel yang belakangan kusebut tadi.

Baca juga: 

Fakta Menarik Selain Linmas 

Nostalgia Ramadan Jadul 

Hansip di Mata Milenial

Aku yakin 100%, anak-anak sekarang tidak mengenal apa itu Hansip. Yang disebut anak-anak, paling tidak adalah usia PAUD-SD. Sedangkan generasi Y dan Z cenderung menganggap Hansip adalah figur lucu-lucuan di film maupun acara komedi.

Saat menyebut kata Hansip, yang muncul di benakku adalah komedian Malih dengan seragam hijau, lengkap dengan topinya. Sementara dulu, di tahun 60-an, Hansip pernah berjasa menangkap gembong PKI, letkol Untung.

Organisasi sejenis Hansip sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda, dengan tugas-tugas yang lebih mengarah ke pertahanan negara. Tanggal 19 April 1962, Hansip lahir sebagai komplemen ABRI di desa-desa.

Seiring berjalannya waktu, fungsi Hansip terus berubah sesuai kondisi dan kebutuhan. Pada 2002, Hansip berubah nama menjadi Linmas (perlindungan masyarakat). Kemudian di tahun 2014, SBY lewat Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2014, mengubah berbagai fungsi Hansip karena sebagian besarnya  sudah dibebankan pada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Lalu, bagaimana nasib Hansip kini? Menurut berita yang diturunkan Detik pada 2014, ketika orang-orang heboh dengan kabar dibubarkannya Hansip, Dirjen Pemerintahan Umum Kemendagri masa itu menyebutkan bahwa Hansip kekinian berfungsi sebagai tenaga pembantu masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial.

Ketika terjadi bencana, diadakannya upacara keagamaan, sampai hajatan, di situlah Hansip dibutuhkan. Hm, apa kamu melihat Hansip saat yasinan?

Referensi:

Wikipedia

Detik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun