Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Derita Anak Bungsu yang Tak Banyak Orang Tahu

10 April 2021   18:44 Diperbarui: 10 April 2021   19:27 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ben Wicks on Unsplash

Kali lain, ketika teman-teman protes karena ada yang usianya lebih muda dariku namun tidak jadi anak bawang, kakakku berkeras. Alhasil aku dilarang ikut bermain oleh mereka, dan harus puas hanya jadi penonton.

Lepas usia SD, kakak yang usianya paling dekat denganku dibanding yang lain itu, tak lagi cocok bermain di lapangan. Ia sudah remaja. Apakah aku bebas? Iya, tapi teman-temanku sudah tak asyik lagi diajak bermain. Sebentar-bentar dipanggil nyuci piring, sebentar-bentar disuruh emaknya nyapu. Dah lah, aku pulang, cari bundel Donal Bebek.

Baca juga: Alasan Kamu Butuh Kurma Walau di Luar Ramadan 

Korban Titah

Oke, waktu kecil anak bungsu memang selalu dilayani. Kakakku ada enam. Makan ditawari, diambilkan sampai air minumnya juga. Bahkan sering disuap. Mau mandi air disiapkan almarhum Bapak, pergi sekolah disisiri, duit jajan banyak.

Itu waktu aku dan kakak-kakak sama-sama anak kecil. Ketika mereka sudah remaja ke atas, asli jadi babu! Ada yang haus, aku yang ambil minum. Ada yang butuh sesuatu, aku yang ke warung. Habis makan, aku yang angkat piring dan gelas ke dapur. Mamak Bapak entah ke mana, tak tau bungsunya jadi alat di rumah.

Pada masa itu pula hampir tiap hari kakak-kakak perempuan berantem, ada saja bahan keributan di rumah. Sepertinya pembagian tugas yang tak jelas, aku tak ingat persis. Aku dan dua kakak laki-laki tak ikut campur. Tapi begitu para perempuan mulai adu jotos, aku juga yang memisahkan.

Begitu lebaran tiba, aku yang minta maaf ke mereka!

Baca juga: Jangan Buru-buru Nikah Kalau Tak Mampu Jadi Ortu

Tidak Mandiri

"Tar, kau bilas aku nyuci, yo!" kata temanku saat kami di Palembang, hendak ikut tes STAN. "Dak yakin aku kalo kau yang nyuci."

Aku manut. Teman satu SMA beda kelas itu mengambil pakaian kami dari rendaman sabun, menyikat, lalu memasukkannya ke ember. Tibalah giliranku membilas.

Kulakukan seperti yang kulihat dilakukan kakakku. Rasanya sudah benar, tapi temanku protes. "Kok meras pakean kayak itu? Yang kuatlah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun