Tidak harus menulis hal-hal berat atau ilmiah, cukup menuliskan perasaanmu. Pengalaman sehari-hari, pandanganmu terhadap suatu kejadian, atau apa saja, sekadar untuk melepaskan emosi yang terpendam.
Hasil studi dari Karen Baikie, seorang clinical psychologist dari University of New South Wales serta penelitian Universitas Texas, oleh James Pennebaker, menunjukkan bahwa kegiatan menulis bisa dijadikan terapi kejiwaan. Menurut Baikie, menulis tidak mengenal batasan usia, sedangkan menulis peristiwa-peristiwa traumatik, penuh tekanan, dan peristiwa yang menguras emosi mampu memperbaiki kesehatan fisik dan mental seseorang.
7. Sedekah uang receh
Ibu rumah tangga paling mudah mempraktikkan ini. Sebelum mencuci, periksa saku pakaian yang hendak dicuci, biasanya ada uang receh di sana. Saat menyapu, beberapa logam ringan itu tergeletak di lantai seperti benda tak bernilai. Kembalian belanja pun biasanya memberatkan dompet, dan terlalu makan tempat. Cukup gunakan wadah bekas yang tak terpakai, masukkan receh tadi. Tak sampai setahun, wadah tersebut kemungkinan telah penuh.
Jangan ragu-ragu untuk menghadiahkan "tabungan" itu kepada yang membutuhkan. Belum pernah tercatat dalam sejarah, seseorang jatuh miskin karena sedekah.
Menurut studi yang diterbitkan American Journal of Public Health tahun 2013, orang yang gemar membantu orang lain dapat lebih terlindungi dari dampak negatif stres. Sedekah dengan ikhlas mampu meningkatkan hormon endorfin, yakni zat kimia mirip morfin yang diproduksi sendiri oleh tubuh. Endorfin memberi efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang, tenang, serta bahagia.