Waktu kecil, aku sering memelihara kucing. Kucing terakhir, karena terlalu sering melahirkan, dibuang bapakku ke pasar. Rasanya sedih sekali. Sejak itu aku tak mau lagi memelihara kucing, trauma dengan rasa kehilangan.
Saking menghindari begitu kuat dan begitu lama, aku bahkan sempat merasa geli jika didekati kucing. Sampai kemudian suami membawa Mozza ke rumah, kucing anggora jantan kiriman adiknya dari Depok.
Setelah hampir 3 tahun Mozza bersama kami, dari kucing kecil yang sering membawa lari kaus kakiku, sampai jadi bapak-bapak tukang kelayapan, tahu-tahu beberapa hari lalu ia hilang.
Cara Efektif Menyembuhkan Rasa Kehilangan
Meski bukan kucing domestik, Mozza memang tidak kami kurung. Tujuannya agar ia tidak stres. Tapi Mozza tetap divaksin, rutin mandi, hanya kukunya dibiarkan panjang agar ia bisa bertarung di luar sana.
Entah apa yang terjadi padanya, kemudian Mozza hilang. Meninggalkan rasa kehilangan yang mirip dengan yang kualami belasan atau puluhan tahun lalu.
Sebenarnya tidak ingin ditulis, tapi informasi yang kudapat kemudian, membuatku memutuskan sebaliknya.
Sebuah studi di Ohio State University menyimpulkan, selama hipokampus masih normal, manusia akan terus mengingat masa lalunya. Hipokampus merupakan bagian dari sistem limbik yang berperan pada kegiatan mengingat dan navigasi ruangan (Wikipedia).
Akibat kemampuan hipokampus tersebut, semua kenangan, yang buruk sekalipun, masih terbawa selama ia masih berfungsi. Justru semakin seseorang berusaha melupakan, semakin kuat otak memperkuat memorinya.
Itulah kenapa menceritakan, terutama dengan menuliskan pengalaman buruk, justru bisa menyembuhkan rasa sakit, akibat kenangan yang terus ada.
Maka kutuliskan sedikit saja tentang Mozza yang sekarang entah di mana, untuk menyembuhkan rasa sedih berkepanjangan setelah ditinggal kucing penurut itu.
Kenapa Kucing Suka Memijat?
Ini info kedua yang ingin kubagikan. Biasanya di Instagram atau medsos lainnya, banyak kiriman video kucing yang suka memijat induk atau saudaranya.
