Kaum rebahan pasti tak keberatan dengan imbauan pemerintah agar tetap di rumah. Aku yang terlahir sebagai introvert paham dan yakin akan hal tersebut.
Physical distancing yang sulit dilakukan kebanyakan orang, adalah bakat alami yang dipunyai para introvert
Kalau zaman abege dulu kami digelari gak gaul, dianggap tidak keren karena tak populer, sekarang bakat kami justru dibutuhkan. Tapi bagaimana pun, tidak banyak orang yang mampu membedakan introvert dan antisosial. Jadi kadang kaum pemikir ini malah dianggap tak suka keramaian. Gak gitu juga!
Yang tidak disukai kaum introvert adalah berada di keramaian sedangkan ia tidak terlibat. Kalau orang dengan karakter ekstrovert tinggal sok-sok akrab nyebur atau memulai obrolan kosong, introvert berat sekali melakukannya.
Mereka harus paham kondisi, harus tahu apa yang akan diucapkan, nyambung enggak, dst. Susah deh jelasinnya.
Berdasarkan pengalaman pribadi sebagai seorang yang males ngomong dengan orang yang gak dikenal, aku punya saran bagus untuk para sebangsaku. Bergabunglah dengan komunitas!
Sependek pengetahuanku, seorang introvert lebih mudah memahami diri daripada kaum ekstrovert. Jadi kalau ada seorang pendiam yang bawaannya galau melulu, sepertinya dia bukan introvert. Perlu diruqyah (menurut KBBI rukiah, tapi gak enak!)
Dengan mengerti minat serta bakat yang ada pada diri, kita bisa memetakan, di mana menemukan teman yang cocok diajak ngobrol.
Yang gak suka nulis mana mungkin gabung di komunitas menulis. Penyuka fotografi tentu berkumpul di komunitas senada. Maka, menjadi orang baru di sekumpulan orang dengan minat sama, tentu bukan tantangan yang berat.
Bergabung di komunitas juga membuat orang urung menuduhmu antisosial. Mudah untuk enjoy jika berhasil mendapatkan komunitas yang tepat, meski tak harus jadi bahan perhatian. Mana ada introvert suka jadi pusat perhatian.
Banyak hikmah di balik Corona, salah satunya adalah berdayagunanya kita justru hanya dengan sedikit lebih diam.
