Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiamat Bukan Hoaks, tapi Nggak Gitu Juga!

28 November 2019   09:32 Diperbarui: 28 November 2019   09:34 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2019 sudah di ujung, sebentar lagi kita tinggalkan. Di beberapa wilayah Indonesia, hujan juga sudah mengguyur. Tanah kita sudah basah, meski di sebagian tempat masih kerontang.

Tapi ... kabar basi bahwa akan terjadi kemarau sepanjang 2019-2022, masih saja beredar. Sudah basi, palsu lagi.

Tak tanggung-tanggung, hoaks tentang kemarau tiga tahun ini bahkan mencatut BMKG sebagai sumbernya. Dan oleh BMKG, berita ini pun sudah diklarifikasi. Dikutip dari kompas.com (15/10/18), BMKG melalui pejabat humas menjelaskan bahwa informasi bohong ini telah ada sejak lama. Nyaris setiap tahun BMKG mengklarifikasi, salah satunya melalui media sosial Instagram. Tapi sejak 2016 hingga kini, masih saja hoaks terkait kemarau dan kiamat itu terus beredar.

instagram.com/infobmkg
instagram.com/infobmkg
Dua hari lalu aku menegur salah satu akun Instagram yang menyandingkan hadits tentang kiamat dengan kemarau 2019. Lengkap dengan potongan-potongan ceramah. Karena melihat banyaknya komentar bernada cemas, ngeri, dsb, yang menunjukkan betapa mereka termakan isu tersebut, akhirnya aku ikut berkomentar. Manis loh kalimatku, jarang-jarang aku seramah itu menasihati orang.

Tapi besoknya kulihat, postingan itu masih ada. Ya sudah, prinsip kita kan "aku sudah menyampaikan". Lu ikut gue gak untung. Lu nolak gue gak rugi.

Mudahnya orang percaya pada hoaks, sebenarnya merupakan contoh kecil dari dekatnya kita pada kiamat. Begini, menjelang kiamat terjadi, Dajjal akan muncul kan? Banyak orang yang akan menjadi pengikutnya, padahal Dajjal adalah pembohong.

Lah, jangankan sekelas Dajjal. Kalau kamu sedang kurang kerjaan, ketik cerita ngawur dan kasih gambar yang mendukung (meski gak ada hubungan sama sekali). Jadikan status, maka sebentar saja buah karyamu akan dibagikan orang dengan cuma-cuma.

Masalahnya, yang memproduksi hoaks bukan orang kurang kerjaan. Bahkan mungkin itulah pekerjaannya. Seperti buzzer bayaran, aku percaya sebagian hoaks ini diproduksi secara profesional. Yah, semacam proyek Kakak Pembina.

Sebenarnya mudah saja memerika apakah sebuah berita yang dibagikan itu adalah bohong atau nyata. Ambil kata kunci dari berita tersebut, lalu tambahkan kata "hoaks" atau "hoax" di belakangnya.

Misal ada pesan berantai yang sampai ke WAG. Bunyinya seekor bebek terbang membawa sekarung berlian melintasi Monas. Cukup ketik "bebek berlian monas hoax" insyaallah kebenarannya akan terungkap!

Eits, yang itu contoh. Jangan dicari betulan!

Memang apa gunanya sih memproduksi hoaks? Ya aku bukan pakar, tapi setidaknya kita sudah merasakan. Dengan adanya hoaks, akan muncul kegaduhan. Masalah pokok yang sebenarnya patut dipikirkan, bisa dilupakan orang karena fokus kita terpecah pada yang lebih menarik.

Perkara kiamat itu kan sama gaib dan pastinya dengan kematian. Siapa yang bisa memastikan nanti sore dia masih hidup? Artinya mati dan kiamat itu pasti. Fokus kita seharusnya adalah pada upaya kita untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di sana.

Pembahasan tentang kiamat juga telah dilakukan oleh para ulama sejak dulu. Tapi karena berangkat dari dalil yang shahih, maka tidak berujung pada ramalan waktunya. Dan niat baik para ulama agar umat waspada dari penyakit al-wahn (cinta dunia takut mati) tercapai.

Dunia ini akan habis, itu tujuan utama materi tentang kiamat. Jangan ngoyo mencari yang pasti habis!

Mempelajari tentang kiamat, seharusnya kita makin yakin dengan kedatangannya, bukan stres dan malas berusaha. Gimana gak yakin, wong ilmu pengetahuan saja sudah menyebutkan bahwa usia bumi kian tua. Pada masanya nanti, planet ini akan kehabisan tenaga untuk terus berputar dan memutari matahari. Pun demikian dengan matahari dan galaksi. Akan ada waktunya di mana planet-planet akan bertabrakan.

Demikian pula soal catatan amal. Biar saja orang tak percaya adanya akhirat. Kita pribadi bisa meyakini salah satunya melalui hikmah jejak digital. Rekaman video 2009 bisa kita lihat hari ini. Berita tentang seseorang yang muncul di internet tahun 2001 masih bisa kita akses saat ini. Masa iya, Allah kalah dengan Google?

Kalau manusia bisa menciptakan robot. Yang menciptakan manusia tentu lebih canggih teknologinya dari sekadar membuat robot dari dan untuk sistem komputer. Jadi, bahwa catatan perbuatan kita sejak baligh akan dibuka secara detail di akhirat nanti, itu masuk akal!

Oh ya, kenapa tema kiamat makin laku? Bukan karena makin dekat (ya kiamat mungkin sudah dekat, tapi lihat konteks kalimatku ya!) faktor yang membuat tema ini terus laris, adalah banyaknya peminat. Sehingga akun-akun Youtube yang sebenarnya lebih menimbang keuntungan adsense daripada kesadaran umat, terus memproduksinya.

Endors yang lumayan untuk menghidupi admin Instagram itu lebih menarik daripada keinsafan followernya. Begitu pula medsos lain yang semuanya berpeluang menghasilkan keuntungan dunia untuk pemiliknya. Yang tanpa mereka sadari, itu pun bukti dekatnya kiamat.

Jadi, daripada uring-uringan memikirkan Dajjal keluar dari sebelah mana. Arab kebanjiran sampai turun salju. Mending puas-puasin hidup di dunia. Puas-puasin ibadah, biar tidak menyesal kalau sudah telanjur masuk tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun