Setelah lebih dari setahun sejak kasus pertama ditemukan, pandemi Covid-19 masih menjadi masalah besar yang melanda banyak negara di dunia. Harapan segera keluar dari masalah ini sempat mencuat seiring penemuan vaksin yang diyakini bisa menjadi solusi. Namun, kekuatiran lain muncul ketika Inggris pertama kali melaporkan ditemukannya varian baru virus Corona. Virus mutasi ini bahkan diduga lebih mudah menular yakni hingga 70%.Â
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kabinet Indonesia Maju, Bambang Brodjonegoro mengatakan, dengan adanya temuan varian baru tersebut, maka ancaman Covid-19 semakin tidak boleh diremehkan. Bambang menambahkan, selain memiliki daya tular tinggi, virus ini juga memiliki sifat mudah beradaptasi dengan inangnya (Kompas.com, 31/12).Â
Selain Inggris, beberapa negara termasuk negara terdekat kita, Singapura juga telah melaporkan penemuan varian baru virus tersebut. Bagaimana dengan Indonesia? Sejauh ini, pemerintah meyakini itu belum ada ditemukan di Indonesia. Sebagai langkah antisipatif, pemerintah bahkan telah melarang masuknya warga negara asing ke Indonesia sejak 1 Januari lalu.
Namun lagi-lagi jika mengutip pernyataan Menristek, meskipun pemerintah menyampaikan bahwa belum ada bukti varian tersebut sudah menyebar di Indonesia, harus diakui bahwa alat monitoring dan surveilans genomik molekular kita masih jauh kalah canggih dibandingkan negara lain. Sementara Inggris, negara yang pertama kali melaporkan penemuan varian baru virus, merupakan salah satu negara yang memiliki alat dimaksud tercanggih di dunia. Tidak heran dan tentunya bukan kebetulan jika Inggris dengan cepat bisa mendeteksinya.
Tentu kita berharap, keyakinan pemerintah bahwa varian baru virus tersebut memang belum ada di Indonesia, memang benar adanya. Sulit dibayangkan, betapa negara ini akan tambah kerepotan mengatasinya.
Sampai kini, penambahan jumlah harian warga kita yang terinfeksi virus masih sangat tinggi. Belum ada tanda-tanda jumlah kasus harian akan turun. Sehingga total per hari ini, sudah ada 765.350 penduduk kita yang pernah terpapar virus. Jumlah ini diyakini masih akan terus bertambah, jika memerhatikan tren peningkatan jumlah kasus harian yang terus meningkat.
Kita bersyukur, diantara pasien yang terinfeksi virus, memang banyak yang telah dinyatakan sembuh. Namun jangan lupa, sudah ada 22.555 jiwa warga kita yang meninggal dunia. Dari data tersebut, lebih dari lima ratus orang diantaranya, merupakan tenaga kesehatan kita.
Banyak media memberitakan, saat ini beberapa rumah sakit di berbagai daerah bahkan sudah kewalahan untuk menampung dan melayani para pasien positif Covid-19. Pemandangan yang tak kalah memilukan, ada areal pemakaman yang terlihat sudah terlalu padat sampai-sampai tidak ada lagi lahan yang tersisa.
Teori konspirasi dan Vaksinasi
Sampai sekarang, saya masih bingung dengan sikap sebagian orang yang menganggap remeh keberadaan virus ini. Mereka yang masih percaya dan menyibukkan diri dengan aneka teori konspirasi yang bila ditelusuri lebih mendalam, ternyata tidak didukung dengan data dan fakta yang memadai.
Fakta bahwa jutaan umat manusia di berbagai belahan dunia terbukti telah menjadi korban, seolah belum cukup untuk meyakinkan mereka.