Mohon tunggu...
Rismayanti Priyanita
Rismayanti Priyanita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Senang belajar membaca, meneliti, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Alasan Kami Tidak Memvaksin Anak

5 Januari 2018   10:25 Diperbarui: 5 Januari 2018   11:09 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir akhir ini isu vaksinasi kembali mencuat di berbagai media terutama media televisi dan online. Mayoritas pemberitaan cenderung mendiskreditkan pihak yang lebih memilih untuk tidak memvaksin anak anaknya karena dinilai selain akan membahayakan anak anaknya juga akan membahyakan anak anak yang lain termasuk anak anak yang sudah mendapatkan vaksinasi. 

Saya sendiri tidak sepakat dengan hal ini. Saya tidak sepakat bukan semata mata karena saya termasuk dari pihak yang memilih untuk tidak memvaksin anak anak tetapi lebih karena saya melihat kenyataan bahwa tidak sedikit anak anak yang tidak mempunyai riwayat vaksiniasi, imunitasnya justru jauh lebih baik dari anak anak yang rajin mendapat vaksinasi.

Anak anak saya sebetulnya sempat medapat vaksinasi. Anak saya yang pertama sempat divaksin ketika lahir (Hepatitis B)* dan vaksin BCG ketika usia menjelang 3 bulan sementara anak saya yang kedua hanya divaksin ketika  lahir saja. 

Anak saya yang pertama dengan asi ekslusif 6 bulan sempat mengalami beberapa kali demam tinggi dan diare sementara anak yang kedua yang sekarang usianya sudah dua tahun lebih (masih asi ekslusif) sama sekali tidak pernah mengalami demam tinggi maupun diare.
Kalau boleh jujur, saya sempat memutuskan untuk memvaksin anak anak karena cenderung lebih dihantui oleh rasa takut dan juga karena anggapan vaksinasi selama ini dinilai sebagai sesuatu hal yang wajib karena dapat meningkatkan imunitas anak. 

Meski demikian, setelah saya dan suami mencari berbagai informasi terkait vaksinasi, akhirnya kami memutuskan untuk tidak lagi memvaksin anak anak kami dengan alasan alasan sebagai berikut :

1.Hampir semua jenis vaksin mengandung bahan bahan yang dikategorikan sebagai toksin (racun) bagi tubuh terutama otak seperti merkuri, alumunium, msg, tisu/ jaringan dari bayi yang diaborsi maupun hewan dll

2.Efek samping yang tertera dalam kemasan vaksin yang dengan sangat jelas mengatakan bahwa vaksin dapat menimbulkan kondisi yang membahayakan bagi anak seperti kejang demam, kerusakan otak, dan juga kematian mendadak (SIDS).

3.Semakin banyak kasus kasus kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) yang merenggut nyawa baik yang terjadi di Indonesia maupun luar negeri termasuk negara maju Amerika Serikat.  

4.Banyak anak yang sudah divaksin mengalami penyakit yang seharusnya dicegah oleh vaksin yang sebelumnya sudah disuntikan. Bagaimana mungkin anak anak tersebut dapat melindungi yang lain jika dirinya saja masih kena penyakit. Dan anehnya justru sebaliknya, ada anak yang tidak divaksin justru malah tidak terpapar penyakit sama sekali. Hal ini berarti keefektifan vaksin dan teori herd immunity itu patut dipertanyakan?

5.Untuk mencegah penyakit menular, air bersih lebih efektif daripada vaksin. Hal ini diakui WHO sendiri. Meskipun sangat gencar kampanye vaksin, tapi dalam salah satu buletinnya WHO mengakui bahwa untuk pencegahan penyakit menular, air bersih dinilai lebih efektif daripada vaksin. Tentu ini jadi tanya besar sebetulnya. 

Terlebih informasi yang beredar (sengaja diedarkan) oleh para ahli kesehatan kita yang selalu mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mencegah penyakit menular kecuali dengan vaksin. Sehingga akhirnya banyak masyarakat awam yang terhantui tidak punya pilihan lain kecuali dengan vaksin

6.Dr Otto Warburg, peraih hadiah Nobel sebanyak dua kali yang juga sahabat Enstein ini mengatakan bahwa  dalam kondisi lingkungan yang bersifat alkaline (basa), bakteri maupun virus penyebab penyakit itu tidak dapat hidup. Tentu saja salah satu yang dapat mempengaruhi alkalinitas tubuh adalah asupan nutrisi. 

Oleh karena itu, kami sangat percaya bahwa nutrisi yang baik, sanitasi lingkungan yang bersih, air dan udara yang bersih, cahaya matahari, olah raga dan istirahat yang cukup adalah faktor faktor yang paling berpengaruh terhadap kebal atau tidaknya seseorang.

7.Saya sendiri termasuk orang yang tidak pernah divaksin (kata ibu saya). Meski demikian Alhamdulillah saya jarang sakit, hampir tidak pernah ke dokter dan sama sekali tidak pernah dirawat di rumah sakit. Saat ini, saya dan keluarga hanya berusaha menjalani pola hidup dengan sebaik baiknya. 

Semoga dengan upaya seperti itu, kami bisa terhindar dari berbagai macam penyakit apapun.
Setidaknya itulah beberapa alasan kenapa saya dan suami tidak lagi mengandalkan vaksin untuk kedua anak kami. 

Alasan alasan yang membuat setiap orang tua tidak memvaksin anak anaknya sebetulnya beragam, diantaranya seperti yang saya utarakan di atas, ada juga yang karena alasan ajaran agama dan yang cukup mengerikan adalah karena sebelumnya pernah mengalami cedera vaksin.

Namun entah kenapa yang Seringkali muncul di pemberiataan di media massa adalah yang selalu dikarenakan oleh faktor ajaran agama (dogma) yakni terkait kehalalan vaksin. 

Selain itu, media juga hampir tidak pernah memuat berita terkait kandungan vaksin, efek samping dan KIPI sehingga banyak masyarakat yang tidak paham sama sekali apa itu KIPI.** Yang sering muncul dalam pemberitaan media adalah hanya sebatas mengenai pentingnya vaksinasi, bahayanya kalau tidak divaksin juga memposisikan yang tidak divaksin sebagai biang penular penyakit.  

Dari sini saya jadi berpikir bahwa hampir semua media mainstream adalah pro vaksin. Saya menulis tulisan ini bukan bermaksud untuk mengajak orang untuk tidak memvaksin anak anaknya seperti saya. 

Tetapi alangkah baiknya, sebelum memutuskan untuk memvaksin anak anaknya, para orang tua mencari  informasi terlebih dahulu yang sebanyak banyaknya terkait vaksinasi terutama yang terkait dengan kandungan dan efek samping vaksin beserta penanganannya.

Pun dengan yang memutuskan untuk tidak memvaksin anak anaknya sebaiknya jangan semata mata karena dogma agama apalagi kalau hanya sebatas ikut ikutan. Baik yang mau vaksin atau tidak, sama sama perbanyak pengetahuan mengenai kesehatan dan jangan terjebak dengan isu yang menggunakan istilah pro vaksin dan anti vaksin yang cenderung dapat mengadu domba. 

Karena dari itu semua, yang terpenting adalah sama sama menjaga lingkungan tetap bersih dan perbaiki asupan nutrisi agar sama sama terhindar dari berbagai macam penyakit. Setidaknya, tidak ada salahnya untuk selalu ingat pepatah Hipokrates yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran itu "Let food be thy medicine" Jadikan makanan sebagai obatmu.

*Karena rasa takut disertai ketidaktahuan, saya membiarkan nakes memvaksin hepatitis B kepada kedua anak saya. Padahal saya sendiri tidak punya riwayat ataupun didiagnosa penyakit Hepatitis B.
** Terkait Kandungan vaksin, efek samping dan KIPI (hampir) tidak pernah disosialisasikan oleh pemerintah.

pinterest.com
pinterest.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun