Mohon tunggu...
Rini Nainggolan
Rini Nainggolan Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Rini O. Nainggolan, Mrs. Paul Schmetz

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pensiun di Usia 25 Tahun

19 Oktober 2014   20:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:28 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_329877" align="aligncenter" width="640" caption="Dulu Sewaktu Kos"][/caption]

Saat itu saya bekerja dengan mengajar anak secara privat, di sela-sela kuliah harus pergi lagi dari kos. Saat mahasiswa lain mungkin tidur siang atau duduk-duduk dengan segelas teh manis atau kopinya di teras. Sesuatu yang saya sukai, makanya bahagia sekali jika hari Minggu.

Saat itu memang bukti kehidupan pekerja yang tak membuat kaya. Saya ikuti istilah pernyataan Ayah saya. Kaya bisa memang diartikan banyak harta tetapi saya memikirkannya sebagai cukup, merdeka dan tak harus banting tulang bekerja. Sebagai pekerja, weekend adalah yang ditunggu-tunggu dan jika besoknya Senin maka akan datang rasa stress. Tidak hanya tertekan menghadapi kuliah tetapi juga kegiatan mengajar privat tadi dan juga aktivitas di UKM yang saya ikuti saat itu. (UKM= Unit Kegiatan Mahasiswa bukan yang Usaha Kecil Menengah)

Jika sore telah tiba dan mata kadang mengantuk, pingin bobo-bobo alias tidur-tiduran dengan membaca sesuatu atau online, hadeh mimpi. Atau menikmati bakso dengan santai di kos sore-sore, yang ingat justru harus siap-siap mengajar si anu dan pergi naik angkot hikss.

Sebelum pukul 10 malam teng harus bisa sampai melewati gerbang kos, kalau tidak akan terkunci di luar tembok atau harus manggil-manggil penjaga dan berharap penjaga mau keluar dari rumahnya. Meskipun sudah baik-baik menjaga hubungan dengan keluarga penjaga kos, tetap dag-dig-dug kalau harus memanggilnya membuka pintu gerbang. Selain malu manggil-manggil tentunya, malu entah sama siapa padahal sekitar mungkin sudah pada tahu kos saya, yang iya saya malu sendiri jika berdiri di pinggir jalan itu (untung bukan jalan raya utama).

Nah, sebelum pukul 10 saya harus cepat-cepat dapat angkot (saat itu selalu berdoa biar cepat dapat angkot) dan sampai di simpang Jalan Rela, lalu cepat-cepat membeli bakso atau nasi goreng, nasi bungkus atau apalah lalu jalan cepat-cepat harus bisa melewati gerbang kos. Dan jika sudah berhasil alangkah bahagianya, berjalan ke kamar atas pun sudah berjalan bahagia. Terkadang saya sempatkan sejenak duduk di ayunan sebelum menaiki tangga jika ayunan tersebut kosong.

Kegiatan bertambah saat saya bertekad mau menjadi Au-Pair. Skripsi yang harus diselesaikan saya tambahi dengan belajar bahasa Jerman, guru saya adalah mahasiswa Pend. Bahasa Jerman angkatan 2005 (saya mahasiswa angkatan 2006). Saat guru saya, kak Nia yang peraih beasiswa musim panas di Jerman dan IPK tertinggi di angkatan wisudanya itu duluan ke Jerman, saya mendapat guru, kak Paria yang juga mahasiswa hebat karena lulus wisuda tepat empat tahun dan mendapat nilai “sehr gut” untuk sertifikat A1. Dengan bimbingan mereka berdua, saya pun dapat nilai “gut” dengan poin 89 untuk A1. Terima kasih guru. Terima kasih juga sebenarnya untuk teman saya Rani (Rini&Rani ni ceritanya) yang diatur Tuhan mengenalkan saya ke kak Nia yang dulu satu gedung kosnya di Kos Putri 88.

Setelah wisuda, saya pun menjadi pekerja lagi, Au-Pair yang pernah saya tuliskan juga. Dua tahun totalnya saya menjaga anak-anak, dari yang awalnya kembar bertambah menjadi tiga anak.

Kini saya sudah pensiun, menjelang usia 25 tahun. Cayoo. Bangun pagi suka-suka hati lalu berkebun, menunggu tanaman di pekarangan Mangga, Sawo, Rambutan, Durian, Jambu air berbuah. Dulu saya pernah menanam Nangka dan bebarapa buahnya bisa dijangkau tangan. Juga dulu pernah saya tanam Belimbing dan berbuah juga walau tak serius ingin dimakan. Belimbing yang saya tanam itu dulu di dekat “pintu masuk halaman” dan Ayah saya menanam lagi di sampingnya sehingga di sela kedua Belimbing itu sebagai jalan masuk (kenangan akan rumah sederhana yang bersejarah panjang dan kini telah dijual)

Jika Tuhan mengizinkan usia panjang, saya akan tetap berjuang sesuai yang saya bisa untuk Indonesia Raya. Jujur saja pikiran saya ini latah mengingat frasa “Deutschland Deutschland ueber all**, iramanya memang mudah di ingat juga musiknya yang seperti musik organ gereja. Jika sudah seperti itu saya akan cepat-cepat mengingat lirik lagu Indonesia Raya.

Terima kasih Tuhan, saya sudah pensiun ^_^.

[caption id="attachment_329878" align="aligncenter" width="460" caption="Di Tempat Kos"]

141370085586378528
141370085586378528
[/caption]

[caption id="attachment_329879" align="aligncenter" width="490" caption="Makan Durian Ini Lewat Pukul 10 Malam (Durian dari murid privat)"]

14137010451105351331
14137010451105351331
[/caption]

[caption id="attachment_329880" align="aligncenter" width="560" caption="Pose Bersama Bg Kiko-Kiko (Ibu Kami Sama-sama Br. Simarmata), Judul foto ini kok bisa "]

14137011921322225390
14137011921322225390
[/caption]


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun