Mohon tunggu...
Philips Kabelen
Philips Kabelen Mohon Tunggu... Insinyur - Sebagai Pengamat kehidupan sosial budaya, politik, keamanan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Asal daerah NTT, ADONARA. Mahasiswa s1 Teknik Perminyakan Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melahirkan Pemimpin yang Populis, Berintegritas, dan Cerdas Secara Intelektual

26 Juli 2014   12:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:11 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14063252871962089681

Pertama, Melahirkan seorang pemimpin yang berjiwa populis merupakan sebuah tantangan di tengah era globalisasi dan modernisasi sekarang ini. Setiap organisasi pengkaderan mahasiswa perlu melakukan perubahan (Transformasi) dalam membentuk kader-kadernya yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini yang berjiwa populis. Perubahan yang dimaksudkan adalah membuat suatu metode baru selain dalam hal pembinaan dan pendidikan berjenjang di internal organisasi dengan lebih menekankan pada aksi-aksi nyata yang berhubungan dengan jiwa populis. Jadi, tidak hanya dipelajari pada materi pembinaan seperti Masa Penerimaan Anggota, Latihan Kepemimpinan (LK), Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), dan latihan kegiatan pengkaderan lainnya tetapi benar-benar ditunjukan dengan aksi nyata dengan terlibat dan berpihak langsung dengan masyarakat di sekitarnya khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah (kaum yang tertindas). Misalnya tidak hanya dengan melakukan aksi demonstrasi menentang kebijakan pemerintah yang tidak memihak kaum tertindas, ataupun hanya melakukan seminar membahas suatu masalah atau isu-isu yang berkaitan dengan ketidakadilan terhadap kaum tertindas, tetapi dengan melakukan aksi-aksi sosial atau ekskursi sosial. Hal ini yang harus diperbanyak intensitasnya dalam proses pengkaderan dari internal organisasi.

Kedua, tidak bisa dipungkiri bahwa integritas merupakan ujian yang paling berat bagi seorang pemimpin. Jarang sekali ditemukan pemimpin yang benar-benar berjiwa integritas tinggi dan bersih dari segala kasus KKN. Maka dari itu jiwa dan semangat integritas harus ditanamkan sejak dini dengan berbagai cara, salah satunya adalah pendidikan berbasiskan budaya. Bahwa nilai-nilai integritas seperti kejujuran, moral, tanggung jawab, loyalitas, harus mulai ditanamkan kepada kader-kader dan dibudayakan dalam lingkungan organisasi. Hal itu juga harus dibudayakan dari perangkat organisasi yang tertinggi sampai yang terkecil. Sehingga, dengan demikian tumbuh kesadaran dari dalam diri kader-kader baru untuk bisa memiliki semangat integritas yang tinggi. Contoh sederhananya adalah bisa dengan melakukan laporan keuangan tiap bulannya, setelah dilaksanakan suatu kegiatan selalu dibuat laporan pertanggungjawaban (LPJ). Implementasinya adalah kelak nanti setelah berproses di dalam organisasi akan menjadi pemimpin di masyarakat yang berintegritas tinggi.

Ketiga, cerdas secara intelektual juga diperlukan oleh seorang pemimpin dalam memimpin suatu perangkat organisasi ataupun pemimpin bangsa ini. setiap organisasi juga harus lebih memikirkan cara atau metode agar kader-kadernya bisa dan mampu menguasai semua bidang atau aspek lain dalam kehidupan ini yang diluar bidang atau ilmu yang dia pelajari selama di bangku kuliah. Salah satu caranya adalah dengan lebih meningkatkan iklim diskusi pada internal organisasi. Diskusi tidak hanya membahas isu-isu nasional yang sedang terjadi tetapi bisa juga dengan sharing ilmu antar kader yang tentunya memiliki fokus kuliah pada satu bidang. Sehingga, wawasan intelelektualitas kader semakin bertambah dan bisa diaplikasikan setelah terjun ke masyarakat nantinya.

Selain cerdas secara intelektual, untuk menjadi seorang pemimpin juga diperlukan kecerdasan secara spiritual dan emosional. Cerdas secara spiritual yang dimaksudkan adalah bagaimana kita menjalin hubungan dengan Tuhan. Tidak ada pemimpin manapun di dunia ini yang bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri bahkan dengan sekumpulan tim homo sapiens terkuat yang dia bentuk, kenapa? karena banyak hal di dunia ini yang jauh sekali dari nalar kita sebagai manusia. Banyak masalah yang sebenarnya tidak bisa dipecahkan sendiri oleh kekuatan manusia, sekuat apapun dia. Manusia pasti butuh Tuhan, untuk bersandar, mengadu, dan meminta. Karena Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap Kader harus dilatih sedini mungkin agar tidak boleh melupakan Tuhan dalam kehidupannya misalnya dengan cara berdoa tentunya sesuai dengan Agama masing-masing individu. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan berbagai kegiatan Spiritual yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi

Seorang pemimpin juga harus cerdas secara emosional.  Perilaku keseharian dia, hubungan dia sesama manusia, perilaku dia terhadap orang sekitarnya, terhadap lingkungannya, terhadap dunia ini. Itulah kriteria lain untuk jadi seorang pemimpin. Karena kodratnya manusia ialah makhluk lemah yang harus bersosial untuk mencapai sebuah tujuan, maka seorang pemimpin pasti sadar bahwa dia membutuhkan orang lain untuk saling mengisi dan menutupi kekurangannya. No one can stand alone. Keputusan yang tepat berasal dari pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan. Jika kita memisalkan diri kita gelas, apa yang akan kita tuangkan kepada orang lain apabila gelas tersebut jarang diisi. Maka seorang pemimpin pastilah orang yang akan terus belajar, terus mendengar, terus memberi karena dengan seperti itulah dia akan memberikan hal postif bagi orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu dibutuhkan lah sosok yang karismatik, bertanggung jawab, dan mempunyai kepedulian tinggi. Teruslah belajar, teruslah merendah, teruslah bermanfaat terhadap orang lain. Selain itu, seorang pemimpin juga harus pandai dalam menempatkan posisinya dalam keadaan yang berbeda-beda. Seperti membaur tapi tak melebur. Dia harus punya prinsip yang kuat sehingga keyakinan dia tak digoyangkan oleh orang-orang yang mengambil keuntungan. Pemimpin boleh salah, tapi pemimpin tak boleh ragu-ragu. Dan tentu dia harus punya pengaruh yang kuat terhadap orang-orang disekitarnya.

IV.PENUTUP

KESIMPULAN :


  • Di era globalisasi sekarang jarang sekali ditemukan pemimpin yang berjiwa populis, berintegritas tinggi, dan cerdas secara intelektual.
  • Pemimpin yang populis adalah pemimpin yang pro rakyat kecil (option for the poor). Peka dan secara langsung turun ke lapangan membantu rakyatnya.
  • Pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang memiliki mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.
  • Pemimpin yang cerdas secara intelektual adalah pemimpin yang tidak hanya menguasai ilmu yang dipelajarinya, tetapi harus bisa menguasai bidang atau ilmu yang lain.
  • Cerdas secara intelektual harus dibarengi dengan cerdas secara spiritual dan cerdas secara emosional.

SARAN :


  1. Setiap organisasi pengkaderan harus membuat sebuah gebrakan baru atau transformasi dalam pembinaan kader yang berjiwa populis melalui aksi-aksi nyata.
  2. Nilai integritas harus dibudayakan dalam internal organisasi dari perangkat yang tertinggi sampai yang terkecil.
  3. Iklim diskusi dan sharing ilmu antar kader harus lebih ditingkatkan di internal organisasi untuk menambah wawasan demi tercapainya pemimpin yang cerdas secara intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun