Mohon tunggu...
Philips Kabelen
Philips Kabelen Mohon Tunggu... Insinyur - Sebagai Pengamat kehidupan sosial budaya, politik, keamanan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Asal daerah NTT, ADONARA. Mahasiswa s1 Teknik Perminyakan Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melahirkan Pemimpin yang Populis, Berintegritas, dan Cerdas Secara Intelektual

26 Juli 2014   12:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:11 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14063252871962089681

Integritas adalah satu kata dengan perbuatan, dia berkata jujur dan tentu saja tidak akan bohong. Dalam hal ini Stephen R.Covey membedakan antara kejujuran dan integritass “honesty is telling the truth, in other word, conforming our words reality-integrity is conforming to our words, in other words, keeping promises and ful-filling expectations.” Kejujuran berarti menyampaikan kebenaran, ucapannya sesuai dengan kenyataan. Sedang integritas membuktikan tindakannya sesuai dengan ucapannya. Orang yang memiliki integritas dan kejujuran adalah orang yang merdeka. Mereka menunjukan keauntetikan dirinya sebagai orang yang tanggung jawab dan berdedikasi.

Integritas dan kepemimpinan sangat erat satu sama lain. Stephen Covey (2006) menyebutkan integrity is doing what we say will do. Seorang pemimpin harus dapat bertindak secara konsisten antara kata dan perbuatan.

Integritas yaitu apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Karena orang-orang yang kita pimpin akan melihat sampai sejauh mana kita melaksanakan apa yang kita ucapkan, sehingga mereka akan mengikuti apa yang kita perintahkan.

Untuk mewujudkannya memerlukan kerja keras, dengan memiliki integritas dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus menggabungkan seluruh aspek yang ada dalam dirinya dan menjadi satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lainnya.
Aspek-aspek tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotornya. Hal itu yang akan men-cerminkan secara holistik dirinya sebagai seorang pemimpin.

Kepemimpinan yang dibangun atas kekuatan berpikir dengan kebiasaan yang produktif yang dilandasai oleh kekuatan moral berarti ia memiliki “Integritas” untuk bersikap dan berperilaku sehingga ia mampu memberikan keteladanan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan perubahan yang terkait dengan proses berpikir.

Dengan pemikiran diatas, maka “Integritas” menjadi kunci kepemimpinan “bagaimana ia membuat keputusan yang benar pada waktu yang benar” dalam bersikap dan berperilaku karena disitulah terletak pondasi dalam membangun kepercayaan dan hubungan antara individu dalam organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas dan prosedur yang harus ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas” seseorang dapat menuntun mana yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak mudah di kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat menyesatkan.

Jadi kepemimpinan yang memiliki “integritas”, maka ia menyadari benar bahwa rimba hukum memang tidak pernah jelas, itu tidak berarti ia akan mempergunakan dengan dalih kekuasaan untuk ikut bermain dalam arena tersebut, karena ia akan menolak untuk ikut serta dalam persaingan yang tidak sehat, walaupun hal itu merupakan tugas yang akan dilaksanakannya. Oleh karena ia dalam bersikap dan berperilaku tidak akan melepaskan diri dari membuat suatu keputusan yang adil dan objektif. Jadi dengan integritas itu berarti ia memiliki manajemen intuitif untuk mengintegrasikan otak kanan dan kiri dengan hati sebagai keterampilan manajemen abad baru.

CERDAS SECARA INTELEKTUAL

Seorang pemimpin harus cerdas secara intelektual karena pengalaman dan pendidikan yang pernah dia alami yang menentukan arah dalam setiap pengambilan keputusan. Intelektualitas tidak hanya tercermin dari prestasi yang ditorehkan, tetapi juga harus mempunyai pengetahuan luas akan berbagai hal. Pemimpin yang cerdas secara intelektual akan memberikan pengaruh positif dalam segala tindakannya. Dia akan memberikan ide-ide brilian dalam setiap kegiatan keorganisasian. Inovasi dan kreatifitas yang dia punya akan semakin menggairahkan atau memotivasi bawahannya untuk terus berkembang. Intinya dia akan jadi teladan bagi anggotanya untuk memacu diri mereka menjadi insan yang berkualitas.

Seorang pemimpin diibaratkan seperti seorang Jenderal dalam peperangan, dia harus mempunyai pengetahuan yang dalam tentang kekuatan pasukannya-nya dan juga kekuatan dan kelemahan dari musuh-musuhnya, strategi dan taktik yang akan digunakan di medan pertempuran. Semuanya itu akan membawa dia menang dalam pertempuran. Jika dikaitkan dengan pemimpin dalam organisasi mulai dari organisasi terkecil sampai yang terbesar misalnya dalam konteks sebuah negara, maka menjadi pemimpin tidak hanya mengandalkan pengetahuan atau ilmu yang dikuasainya saja, tetapi harus bisa menguasai ilmu dari bidang-bidang yang lain. Hal ini akan memudahkan dia dalam mengambil keputusan - keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi organisasi yang dipimpinnya sehingga bisa mencapai visi dan misi yang diharapkan.

CARA MELAHIRKAN PEMIMPIN YANG POPULIS, BERINTEGRITAS DAN CERDAS SECARA INTELEKTUAL.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun