Mohon tunggu...
Michael Gunadi Widjaja
Michael Gunadi Widjaja Mohon Tunggu... profesional -

L'ART POUR L'ART

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sisi Abu-abu Seorang Gigolo

6 November 2010   06:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

<!--[if !mso]> <! st1:*{behavior:url(#ieooui) } --> Gigolo bagi sebagian besar orang adalah male prostitute.Pelacur laki-laki.Pandangan yang demikian,berkembang dengan segala bentuk aspeknya.Ada yang berkembang dari aspek yang memang berupa realita.Ada pula yang merupakan pengembangan dari imajinasi dan fantasi.Dan tak sedikit pula yang berkembang dari mitos-mitos,terutama yang berkenaan dengan sex seorang gigolo.Pengembangan semacam itulah yang menjadikan gigolo bukan saja sebuah realita sosial,namun juga sebuah fenomena.Fenomena yang memiliki pernak-pernik.Dan fenomena gigolo ini berkembang sejalan dengan berkembangnya sikap dan pandangan terhadap moral dan realita sosial dan juga gaya hidup.Inilah yang menjadikan fenomena gigolo terlalu sederhana jika dipandang sebagai hitam putih semata.Karena ternyata ada sisi abu-abu,grey area dalam fenomena gigolo. Gigolo sebagai sebuah fenomena dengan sisi abu-abunya,tentu memiliki keunikan tersendiri.Tulisan ini bukanlah sebuah studi empiris tentang fenomena gigolo.Melainkan sebuah percikan pengalaman dari sublimasi sebuah pergumulan realita. Hal yang menonjol dalam fenomena gigolo adalah adanya satu bentuk relasi yang unik.Dalam fenomena gigolo yang menjadi subyek adalah perempuan.Dan obyeknya tentu saja sang lelaki.Relasi ini menjadi unik jika kita tempatkan dalam semesta keberadaan gender dalam tatanan sosial kita.Perempuan senantiasa menjadi sub ordinan sementara lelaki dicitrakan lebih "menguasai".Tatanan semacam ini dalam relasi si gigolo dengan si tante,dijungkirbalikkan.Dari keadaan ini kemudian berkembang fantasi dan mitos bahwa gigolo adalah tak ubahnya seorang budak sex.Dan si tante gatel adalah seorang perempuan nymphomania yang gatal dan senantiasa punya naluri berburu lelaki.Dari rangkai fakta ini nampaknya ada daerah abu-abu.Grey area dalam kesekitaran pemahaman bahwa fenomena gigolo adalah sebuah relasi.Relasi yang sangat intim dan personal.Ditempatkan dalam daerah abu-abu (grey area) semacam ini maka kedudukan ordinan dan sub ordinan serta superioritas dan inferioritas menjadi bersifat sangat relatif. Kepribadian seorang gigolo juga merupakan sebuah fenomena yang relatif sering dipergunjingkan orang.Bukan hanya soal akhlak dan moralitasnya.Namun juga bertalian dengan sikap mental.Sering,bahkan teramat sering dicitrakan gigolo adalah pribadi yang enggan melakukan pekerjaan seperti orang pada lazimnya.Gigolo dicap sebagai sosok "pengeret dan pemorot" uang para tante girang,Terhadap persepsi yang demikian,nampaknya kita juga ditempatkan sisi abu-abu.Grey area diantara dikotomi persepsi dan realita. Motivasi seseorang terjun dan menggumuli dunia gigolo pada pokoknya bertumpu pada dua hal :

  • Faktor ekonomi.Dan harap dipahami bahwa faktor ekonomi bukan melulu berorientasi pada keterjepitan dan keterpurukan.Namun dapat saja faktor ekonomi ini berupa "impian" akan kemewahan dalam makna tertentu.
  • Oediphus Complex.Ketertarikan pada perempuan yang jauh berusia lebih tua.Motivasi utama ini dalam kenyataannya disertai pula dengan ekses-ekses memperjual belikan "jasa" sexual

Nampaknya memang ada sisi abu-abu yang harus disikapi dengan cermat dan kritis.Bahwa sikap mental dan orientasi seorang gigolo dalam pekerjaan dan penghasilan berada diantara dikotomi citra dan sisi manusiawinya. Yang paling spektakuler dari fenomena gigolo,tentu saja berkait dengan sex sang gigolo.Mitos yang beredar adalah bahwa gigolo lebih mirip mesin sex dengan kemampuan stamina dan teknik serta gaya bercinta yang fantastis.Lagi-lagi kita ditempatkan dalam sisi abu-abu.Dalam kenyataannya motivasi perempuan berurusan dengan jasa gigolo lebih berorientasi pada jasa escorting.Penghiburan.Dalam arti bukan orientasi sexual semata.Perhatian dan kasih sayang serta dimanjakan.Dan ditambah lagi dengan fakta analisa psikosexual bahwa insiden nymphomania dan keanehan orientasi sexual pada perempuan ras Asia sangat kecil. Gigolo sebagai sebuah fenomena tidak dapat dilepaskan dari dikotomi antara sisi realita manusiawi dan mitos.Dan fenomena ini perlu disikapi sebagai sebuah kenyataan kultural.Yang seberapa kecilpun adalah dampak dari modernitas dan kecepatan perkembangan jaman yang mau tidak mau,suka tidak suka membawa revolusi pada budaya dan gaya hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun