Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Sorot Mata Jokowi di Marunda

26 Maret 2014   20:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:26 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu yang lalu saya melihat sebuah tayangan lewat sebuah berita di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Yang mana menampilkan sosok Jokowi di sebuah tempat yang kalau tidak salah rumah si Pitung di Marunda. Nampak Jokowi sedang menyampaikan sebuah berita penting untuk dirinya yang harus disampaikan kepada khalayak ramai, berita yang berisi sebuah mandat dari sang ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yaitu Ibu Megawati Soekarno Putri. Bahwasanya beliau pada hari itu dan jam itu telah ditunjuk sebagai Calon Presiden yang akan mewakili partainya.

Ada getaran tersendiri dari nada suara Jokowi, antara sorot mata yang berkaca-kaca dan gerakan mulut yang nampak menyentuh segenap perasaan saya kala itu, ada apa? Kenapa sorot matanya membuat jiwa saya bergejolak dengan segala pertanyaan. Apalagi ketika beliau ( Jokowi red ) Menitikan air matanya dan segera meraih bendera merah putih di sampingnya, lalau menciumnya. Sungguh hati saya tersentuh seketika, betapa cintanya bliau terhadap negeri ini, subhanallah. Seusai mencium bendera merah putih beliau segera pergi dengan air mata yang berlinang yang terus diusapnya, sampai-sampai segerombolan awak media yang ingin mewawancarainya bliau tolak mentah-mentah waktu itu.

Antara sorot mata, ekspresi wajah dan gerak bibir beliau sedang bercerita antara siap dan rasa bersalahnya kepada warga Jakarta yang ia pimpin serta rasa hormat dan kesetiaanya kepada partai yang menunginya maupun sebagian masyarakat Indonesia yang menginginkanya untuk menjadi pemimpin mereka. Ini bukan sebuah pengkhianatan menurut saya, namun hanya sebuah rasa bersalah dan khawatir kepada masyarakat Jakarta khususnya yang masih sangat bliau cintai dan masih sangat butuh perhatian beliau, sebab berpuluh-puluh tahun lamanya tak ada satupun pemimpin yang mau duduk bersama di tempat kumuh dan berbaur bersama dalam sebuah musyawarah warga untuk mencapai sebuah solusi menangani segala macam problem mereka selama ini yang teramat ruwet. Adakah pemimpin daerah seperti Jokowi? Ada, ibu Risma, selebihnya hanya ada di musim kampanye saja.

Bak makan buah simalakama mungkin pepatah ini cocok untuk kondisi Jokowi jum'at sore itu. Di satu sisi bliau ingin menyelesaikan amanah rakyat DKI Jakarta, di sisi lain sebagai anggota Partai yang menaunginya ia harus patuh terhadap perintah sang ketua yang mana menyangkut kepentingan berbangsa dan bernegara, sebab di luar Jakarta banyak rakyat yang menginginkan Jokowi sebagai pengayom mereka.

Jelas ini bukan termasuk katagori penghianatan sebuah perjanjian, ini sebuah beban tersendiri dari seseorang yang terkenal dekat dan peduli terhadap sesama, seorang figur bapak yang di kangenin anak-anaknya untuk mengadu atau berkeluh kesah tentang problemantika kehidupan mereka. Bapak yang diirikan anak-anak lain yang kesepian karena keegoisan bapak mereka, bapak yang dirindukan anak-anak yatim dan terlantar. Bagaimana bila anda berada pada posisi seperti Jokowi, apakah anda tega membiarkan anak-anak yang iri terhadap anak-anak yang jadi pusat perhatian Jokowi frustasi, hidup dalam aneka penderitaan dan tetek bengek problemantika lainya? Tentu anda akan seperti Jokowi, berat bung, mungkin makanpun tak enak dan tidurpun tak senyenyak selagi menjadi pengusaha mebel.

Bersainglah secara sportif dan jantan, sebab rakyat tidak bodoh, teramat jenuh dengan sandiwara dan pedekate. Rakyat bukan sosok yang montok yang bodoh kala dirayu diiming-imingi dengan tujuan tuk dinikmati di atas ranjang lalu dibuang setelahnya. Buktikan anda-anda yang katanya peduli nasib kami, nasib hutan kami, nasib sumber daya alam kami dan nasib sumberdaya manusia kami. Maaf saya hanya salut pada Jokowi bukan partainya.

Salam Nusantara jaya.

Soedroner

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun