Mohon tunggu...
Boil
Boil Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja dalam soenyi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kompasiana Media yang Tidak Netral

20 Maret 2014   19:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah dua kali tahun politik telah diikuti kompasiana semenjak kehidiranya di jagad maya era 2009 yang bertepatan dengan tahun politik juga. Pada masa itu mungkin membernya tak sebanyak sekarang ini, hanya orang-orang yang berkompeten alais sudah masuk kategori penulis handal yang mana latar belakang mereka adalah jurnalis. So, saya tidak berbicara tentang para member kompasia tempo dulu, takutnya saya dibilang membanding-bandingkan, hehe soalnya sekarang lagi terjadi gejolak yang entah apa penyebabnya saya tidak tau.

Kembali ke tahun politik 2009. Pada masa itu saya hanya sebagai seorang silent reader, namun saya sudah jatuh hati sejak kehadiran kompasiana otomatis saya yang bodoh tentang dunia tulis menulis bisa menjadikan kompasia sebagai sarana belajar. Waktu itu banyak sekali kompasianer yang menurut saya mengidolakan salah satu kandidat Capres yang mana beliau juga seorang mantan wapres yaitu Bapak Jusuf Kala. Banyak topik yang mengangkat kepiawaian beliau, keistimewaan beliau sepanjang sejarah kepemimpinan beliau mendampingi Sby sebagai presiden. Belum lagi ramainya komentator yang beryel-yel memuji beliau, bahwa JK adalah yang pantas membawa perubahan bagi bangsa ini. Dan setiap tulisan yang mengangkat sosok JK selalu diberi imbalan nangkring di kolom istimewa High Line. Berbeda dengan tulisan yang mencoba mengangkat Sby, sang penulis harus mempunyai mental baja sebab setelah publish maka serangan-serangan sadispun siap menghajarnya, tak ada yang istimewa dari opini-opini yang bertemakan Sby, tak ada ganjaran HL maupun lainya, hanya hujatan dan rasa pesimis yang akan didapatkan sang penulis. Namun hasil di lapangan ternyata berbeda, kekalahan Sby di kompasiana dan beberapa media sosial ternyata berbanding terbalik, banyak menuai rasa simpati dari masyarakat luas yang sangat merindukan sosok pemimpin yang bisa mengayomi bangsa ini. Walhasil banyak suara yang menyatakan dialah sang pembawa perubahan, seorang ksatria bagi bangsanya. Namun ternyata sang waktu telah menjawab secara perlahan pada kita, kemana sosok ksatria itu, kenapa masih banyak ketimpangan, inflasipun semakin menggila menjelang akhir masa jabatanya.

Dan sekarang adalah tahun 2014, tahun politik terbaru yang kita nikmati saat ini. Ramai suara para simpatisan Jokowi yang meluapkan kegiranganya, sebab akhirnya sang pahlawan boleh maju di medan pertempuran perebutan kursi RI-1. Dan lagi-lagi saya melihat ketimpangan di sini, setiap tulisan yang mengangkat nama Jokowi selalu diberikan ganjaran oleh admin, entah kemana tokoh-tokoh yang lainya, apakah mereka sudah teramat buruk citranya atau apa entahlah. Ini membuktikan bahwa kompasiana semenjak dilahirkan tidak pernah bersikap netral sebagai media warga, sedangkan yang namanya warga tidak harus satu golongan yang mempunyai idola yang harus sama. Tanya kenapa?

Salam gremeng ala sudrun.

bvb

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun