Peringatan hari ayah di Indonesia ditetapkan dan diperingati pada tanggal 12 Nopember setiap tahun walaupun belum semeriah peringatan hari ibu. Â Ucapan selamat hari ayah membanjiri ruang-ruang di media sosial beberapa tahun terakhir. Tidak ada seremoni tertentu semisal menggunakan kostum khusus di hari itu. Kegiatan lomba-lomba dalam rangka hari ayah pun hanya dirayakan oleh kalangan tertentu. Hasil penelesuran di beberapa situs web, konon peringatan hari ayah awalnya diprakarsai oleh Perhimpunan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) pada tahun 2014. Â Pendapat lain, bahwa hari ayah mulai dideklarasikan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono di tahun 2006. Terlepas kapan dimulainya peringatan hari ayah bukan suatu hal yang perlu dipermasalahkan. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana memaknai peran seorang yang telah menyandang status sebagai ayah. Menyadari bahwa kehadiran sosok seorang ayah dalam tumbuhkembang anak amatlah penting. Laki-laki pertama yang harus berinteraksi dan menjalin kedekatan dengan anak adalah ayah, khususnya bagi anak perempuan. Dengan demikian, hubungan emosional yang terjalin antara ayah dan anak akan memberikan dampak yang sangat berarti dalam membentuk sikap dan perilaku anak dalam kehidupannya.
Secara emprik, anak yang mengalami proses interaksi edukatif dengan ayahnya adalah anak yang memiliki bekal dan siap menjalani kehidupan. Anak yang sejak lahir mendapatkan perhatian dan kasih sayang seorang ayah akan tumbuh menjadi anak yang memiliki empati. Perhatian yang diberikan oleh ayah kepada anaknya akan memberikan pengaruh yang kuat dalam perkembangan psikologis si anak. Dalam arti bahwa perkembangan psikis anak sangat dipengaruhi oleh perilaku orang di lingkungan sekitarnya, termasuk ayahnya. Keterlibatan ayah dalam mendidik akan sangat membantu dalam perkembangan mental si anak. Oleh karena itu, seorang ayah hendaknya berupaya menjadi panutan dalam segala hal terutama perilaku dan tutur bahasanya. Ungkapan tentang "like father like son". Anak meniru tingkah laku dan perbuatan ayahnya itu sangat tepat. Seorang anak yang berbudi pekerti, santun dalam berbicara, menghormati orang adalah cerminan dari orang tuanya. Ketika kita melihat perilaku anak, baik atau buruk orang akan bertanya "anak siapa itu?"...siapa ayah dan ibunya? artinya tidak cukup hanya berteori dalam mendidik anak, tetapi jauh lebih penting memberi keteladanan.
Perubahan sosial dan budaya akibat perkembangan zaman tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu sebab melemahnya peran keluarga. Era millennial telah membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan keluarga. Salah satu dampaknya adalah kurangnya waktu untuk berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Di beberapa tempat  secara pisik anggota keluarga terlihat berdekatan, tapi secara psikis mereka saling berjauhan. Waktunya dirampas oleh teknologi. Semua sibuk memainkan gadget di tangannya. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka kekhawatiran mengenai krisis akhlak di kalangan generasi akan terjadi. Padahal untuk membangun negara harus bermula dari keluarga. Kualitas karakter yang dimiliki anak sangat bergantung pada proses pendidikan yang diterima anak dalam lingkungan keluarganya.
Peran pendidikan keluarga dalam membentuk karakter seorang anak menjadi hal yang mendesak. Eksistensi keluarga sebagai tempat yang utama dan pertama dalam mendidik anak harus menyata. Saatnya mengembalikan posisi keluarga sebagai peletak dasar pembentukkan karakter. Saatnya seorang ayah memainkan peran memberi perhatian lebih pada anak. Tanggung jawab pendidikan dalam keluarga tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada ibu saja. Â Saatnya seorang ayah menjadi figur yang diteladani oleh anggota keluarga, terutama bagi anak-anak. Saatnya ayah peduli terhadap perkembangan anak. Sungguh sosok ayah sangat penting dalam membangun karakter anak agar menjadi pribadi yang tangguh. Keterlibatan ayah mendidik anak akan memberi andil yang sangat besar dalam membangun manusia unggul yang siap menghadapi tantangan zaman.
Secara pribadi di momen peringatan hari ayah ini, ingin menjadi saksi betapa ayah memiliki peran strategis sekaligus andil yang besar dalam mendidik anak. Sejenak mengenang sosok yang telah mengenalkan dan menanamkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), literasi, dan kompetensi 4C yakni Critical Thinking, Creativity, Communications, Collaboratively serta High Order Thinking Skills (HOTS) sejak 30 tahun yang lalu. Orang yang memiliki multitalenta, mempelajari segala sesuatu secara otodidak. Orang pertama yang memperdengarkan kata kreatif dan inovasi di saat aku masih duduk di bangku SMP. Orang yang memotivasi diriku agar selalu melakukan yang terbaik di manapun berada dan harus berusaha menjadi  "Pionir", sembari menunjuk salah satu pion catur yang hobby bermain catur. Orang pertama yang menuntunku membuka wawasan, menjelaskan makna Iqra, menjelaskan tentang ayat kauniyah dan ayat kauliyah, yang tersurat dan yang tersirat, fenomena alam yang harus dibaca. Orang yang membuka kran berpikirku, menjelaskan makna insan ulil al-baab sebagaimana yang tertera dalam surat Ali Imran: 190-191. Aaahhh...sejenak ingin mengenang kembali lelaki  yang dekat dengan putri pertama dan satu-satunya yang dia miliki.
Ayah...
Engkau yang orang pertama yang membangun fondasi ilmu pada diri ini.
Engkau mengajarkan pentingnya disiplin, teliti, percaya diri, dan tanggungjawab, melalui  perilakumu dalam keseharian.
Engkau adalah lelaki tangguh yang pernah kulihat.
Engkau pahlawan yang tak kenal lelah menghabiskan siang bahkan malammu
untuk menghidupi keluarga.
Engkau telah mengorbankan jiwa dan ragamu demi menyekolahkan kami anak-anakmu.
Tak kan pernah pupus dalam ingatanku, tak kan terhapus dari memoriku betapa engkau begitu gigih berjuang menghadapi kesulitan hidup kala itu.
Sering kudapati engkau bersimpuh di atas  sajadah di penghujung malam.
Ayah...
Engkau melatihku berpikir kritis dengan dengan cara menantang berdiskusi tentang berbagai permasalahan yang mengemuka.
Engkau mengajarkan cara beretorika, juga memilih diksi dalam berkomunikasi.
Engkau adalah sahabat terbaik tempat mencurahkan isi hati.
Engkau orang tua terbaik yang telah menunjukkan jalan untuk menemukan mutiara ilmu yang dapat mengantarkanku memahami makna dan hakikat kehidupan ini.
Engkau orang pertama yang mengajariku melangkah menapaki kehidupan ini.
Meski terpisah oleh ruang dan waktu, namun engkau selalu hadir bahkan tetap hidup di dalam sanubariku.
Memilikimu adalah anugerah terindah dalam hidupku.
Petuahmu senantiasa terngiang indah di telinga ini.
Aku hari ini adalah hasil didikanmu.
Terima kasih telah membimbingku.
Untaian ini kupersembahkan buat ayah sebagai ungkapan rasa syukur yang tak terhingga atas karunia-Nya telah memberikan ayah yang  hebat  sebagai guru  dalam hidupku. Orang yang setiap kali aku mengingatnya membuat butiran bening selalu mengalir bahkan menganak sungai di pelupuk mataku. Kadang aku lupa mengirimkan doa di setiap setiap akhir sujudku. Kini dua baris lirik lagu Ebiet G. Ade "Titip Rindu Buat Ayah" serasa mengalun sendu merasuk hingga menggetarkan sukmaku.
"Ayaaaaaaaah, dalam hening sepi kurindu... Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan"
Selamat hari ayah buat semua ayah di Indonesia. Spesial buat ayah yang telah berada di alam lain yang tetap hidup di hati ini, juga buat ayah dari putra dan putriku, serta semua yang telah menyandang dan layak dipanggil dengan sebutan ayah. Â Pantaskan diri sebagai seorang ayah yang turut memberi andil dalam membangun manusia unggul.
Wallah a'lam bissawabi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI