Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Zaman Pencerahan Baru Dimulai

24 Mei 2019   22:46 Diperbarui: 24 Mei 2019   22:52 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Keadaban bangsa tampak, ketika suatu bangsa mampu melewati segala bentuk tantangan. Pada saat itulah pencerahan baru dimulai. 

Indonesia melewati uji coba sebagai bangsa beradab, saat demokrasi yang mengusut semangat kebebasan berpendapat tampak kebablasan. Demonstrasi demi demonstrasi, kerusuhan demi kerusuhan tidak pernah menggoyahkan kesatuan Indonesia. Rakyat Indonesia dengan pancasilanya sedang mengarahkan diri pada zaman pencerahan. Karena Kita tidak sekedar menghafal pancasila tetapi menguji ideologi bangsa itu dalam perjalanan sejarah sebagai bangsa yang merdeka. 

Ada banyak tawaran dan benturan dengan ideologi lain, tapi kesepakatan awal terhadap pancasila sejauh ini belum tergoyahkan. 

Eropa sudah menunjukkan bahwa benturan antarideologi sebenarnya menguji ideologi yang diakui dan dipegang teguh bersma itu dalam konflik yang nyata. Agar dengan demikian, spirit bersama untuk menjalankan ideologi bukan hanya dalam tataran ide saja tetapi terutama teruji dalam tataran praktis.

Hoaks dan politik identitas yang dimainkan secara sadar, tahu, dan mau tidak mampu mengalahkan Pancasila, karena keragaman bangsa dan perbedaan suku, ras, agama yang kental tidak bisa disatukan oleh ideologi tertentu yang eksklusif. 

Indonesia sadar diri dan tahu akan kekuatan yang mempersatuan seluruh elemen bangsa, sehingga pilihan dan kesepakatan awal terhadap Pancasila harus tetap dipertahankan, suatu syarat mutlak yang tidak bisa diganggugugat. 

Kekalahan ideologi Pancasila suatu saat nanti (jika itu terjadi) hanya akan memisahkan kita sebagai bangsa yang bersatu. Dan kekalahan pancasila, akan meninggalkan jejak bangsa yang tidak mampu melewati ujian. 

Kerusuhan tanggal 21 Mei sampai dengan tanggal 22 Mei 2019, akan mengubah cara pandang kaum fanatik, bahwa Keindonesian kita saat ini tidak tergoyahkan karena darah para pahlawan adalah persembahan untuk pertiwi paling nyata. Fanatisme tidak berguna dan tidak relevan untuk Indonesia yang plural. 

Kita mesti menata lagi Ke-Indonesiaan yang tercerai berai agar maknanya makin nyata dan menyentuh konteks kehidupan sehari-hari warga negara. Kadang-kadang untuk sebuah kemajuan kita mesti berpikir ekstrim seperti wacana soal federasi, agar pemerintah juga ikut bertanggung jawab untuk memajukan warga negara di pelosok negeri yang tidak pernah menghirup udara kemajuan sejak Indonesia merdeka. Pencerahan Indonesia mesti juga membuat terang benderang komitmen untuk memajukan Indonesia secara keseluruhan dan tidak lagi Jawasentris dalam pembangunan, agar secara bersama-sama kita menikmati hak-hak sebagai warga negara.

Ektrimisme dan politik identitas harus dibungkus rapi, sehingga kita hanya mengedepankan konsep persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang sungguh merdeka dan tercerahkan dalam banyak aspek kehidupan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun