Mohon tunggu...
Yakobus Sila
Yakobus Sila Mohon Tunggu... Human Resources - Pekerja Mandiri

Penulis Buku "Superioritas Hukum VS Moralitas Aparat Penegak Hukum" dan Buku "Hermeneutika Bahasa Menurut Hans Georg-Gadamar. Buku bisa dipesan lewat WA: 082153844382. Terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagar Kehidupan

1 April 2019   13:40 Diperbarui: 1 April 2019   13:50 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagar kayu. Sumber: https://pxhere.com 

Di kampung-kampung di Indonesia, atau lebih khusus di Anaranda, misalnya, kita sulit menemukan pagar rumah yang menjulang tinggi dengan pintu rumah terkunci rapat. 

Orang kampung menurut saya adalah sosialis sejati. Mereka jarang memagari rumah mereka dengan pintu gerbang yang tertutup rapat. Karena orang kampung, umumnya tidak menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap tetangga.

Mereka hidup dalam kekeluargaan, keakraban, saling bantu dan tolong menolong. Ide tentang gotong-royong mestinya lahir dari kearifan lokal yang hidup bertahun-tahun di kampung. Karena itu, orang kampung jarang membuat pagar tinggi untuk "menutup" pekarangan rumah mereka. Lalu bagaimana dengan pagar-pagar tinggi yang ada di pekarangan rumah para warga di kota-kota besar?

Sebenarnya, orang yang hidup di kota besar pun tidak mau membuat pagar rumah yang tinggi dengan pintu pagar tutup dan terkunci. Ada beberapa catatan kritis, urgensi pagar-pagar tinggi di kota-kota.

Pertama, orang kota hidup dalam kompleksitas persoalan yang tidak sesederhana orang-orang di kampung. Jika pagar rumah tidak tinggi dan pintu rumah tidak tertutup rapat, maka para maling akan dengan mudah masuk dan mengambil barang-barang sang pemilik rumah. Karena itu, pagar tinggi mesti dipahami dalam konteks keamanan isi rumah dari para maling.

Kedua, pagar tinggi memungkinkan privasi atau urusan pribadi para pemilik rumah tidak mudah diketahui para tetangga karena orang kota sangat menjaga privasi. Karena itu, pagar juga berarti menjaga privasi, agar tidak diketahui orang lain, khususnya para tetangga.

Ketiga, dalam arti yang agar buruk, pagar juga berarti egoisme. Iya, orang-orang kota sangat egois. Beda dengan orang kampung yang membantu tetangga sebelah rumahnya yang sedang membangun rumah, misalnya, tanpa mengharapkan imbalan. Orang kota tidak akan mau membantu tanpa ada "bisnis" di balik bantuan tersebut. Karena itu, pagar rumah dapat diartikan sebagai sikap menutup diri, dan tertutup untuk orang lain. 

Oleh karena itu, pagar dapat dimaknai sebagai sebentuk upaya untuk "mengamankan diri", membuat diri aman, dan menutup diri terhadap realitas kehidupan orang lain. Pagar bagi orang di kampung tidak urgen karena orang kampung tidak menaruh curiga berlebihan terhadap tetangga atau orang asing. Orang kampung sangat luwes, dan membiarkan dirinya menjadi bagian dari kehidupan para tetangganya. 

Sedangkan orang kota, melihat pagar sangat urgen untuk keamanan para penghuni rumah, serentak juga menolak sibuk dengan urusan orang lain, karena prinsip "emang gue pikirin", adalah prinsip super cuek yang membuat ide tentang gotong royong tidak relevan untuk orang kota. Ke-kota-an adalah manivestasi diri yang terbatas atau terkotak. Orang kota sudah merasa diri penuh dan lengkap tanpa bantuan orang lain.

Orang kota adalah individu-individu super sibuk, sehingga tidak ada waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengurus kesibukan orang lain, para tetangga khususnya. Pertanyaannya, apakah orang kota tidak pernah berasal dari kampung? Jawabannya, tidak. Karena orang kota sudah melepaskan diri dari ikatan kampung (primordial) dan merasa diri kekota-kotaan dengan segala dialek, sikap, dan tutur katanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun