Mohon tunggu...
Emi van den Berg Dakri
Emi van den Berg Dakri Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dont judge a book by its cover

Lahir di kota cilacap, indonesia. Penggemar musik yang juga suka baca buku. Senang menuangkan ide-ide dan cerita dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sendok dan Garpu Tua

27 Juli 2019   06:20 Diperbarui: 27 Juli 2019   06:25 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jarum jam di pergelangan tanganku menunjukkan pukul 07;20 pagi, saat aku menekan bel pintu apartemen nomor 102. Kamar milik ibu Santi ( bukan nama sebenarnya ).

 " selamat pagi ibu santi " sapaku seraya kembali menutup pintu apartemen dan menekan sakelar lampu yang menempel de dekat pintu masuk apartemen. Semua pekerja di komplek apartemen ini, termasuk aku, saat bertugas kami memiliki kunci duplikat untuk membuka semua pintu apartemen pasien. 

Lampu diruang tamu sudah menyala. Bergegas aku menuju dapur, menyalakan lampu dan mengambil map berwarna biru yang tergeletak diatas magnetron ( alat pemanas makanan ). 

Map ini berisi data data lengkap kondisi kesehatan jiwa dan tubuh ibu Santi. Sebelum kami mulai merawat pasien, kami dianjurkan untuk membiasakan diri membaca terlebih dahulu laporan keadaan dan kesehatan pasien beserta hal hal penting lainnya yang tertulis didalam map tersebut. 

Metode ini dilakukan agar antara kami sesama perawat tetap bisa berkomunikasi lewat tulisan, tidak hanya melalui sebuah pembicaraan. 

" Selamat pagi ibu Santi " sekali lagi kusapa ibu Santi ketika aku berdiri didepan pintu kamarnya yang masih gelap. Rupanya ibu Santi belum menyadari kedatanganku. Karena kudengar suaranya lirih seperti sedang berbisik bisik dengan seseorang. Hal semacam itu sudah menjadi sesuatu yang biasa untukku. 

Ibu santi salah seorang penderita demensia. Beliau baru saja 2 bulan yang lalu berulang tahun yang ke 90. Ibu santi sering terlihat berbicara sendiri, dalam dunianya dia sedang berbicara dengan seseorang. 

Kunyalakan lampu kamar . Kuhampiri ibu santi yang masih terbaring diatas tempat tidur. Sorot matanya kosong menatapku, dibibirnya tersungging senyuman kecil.

 " Hallo ibu santi apa kabar hari ini ? senang rasanya bisa ketemu ibu lagi, tidur nyenyak semalam?"

Kuelus pelan tangan kanan ibu santi. Tangan kecilnya terasa begitu hangat. Ibu santi bergumam pendek masih dengan tatapan matanya yang kosong. Aku mengangguk tersenyum merespon sikapnya, berharap agar beliau merasa nyaman dengan keberadaanku. 

Tiba tiba dia meraih tanganku dan memegangnya erat sekuat tenaga. Aku tahu ketika dia berbuat demikian, itu artinya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan atau ada sesuatu yang mengkhawatirkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun