Mohon tunggu...
Jefri Hidayat
Jefri Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Saya bermukim di Padang, Sumbar. Hobi menulis.

domisili di Sumbar, lajang, 30 tahun. Twitter @jefrineger

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rumah Saya Hampir Hilang Gara-gara Bank

18 November 2012   15:00 Diperbarui: 4 April 2017   17:18 23338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan keluarga sangat banyak mempunyai pengalaman apabila berbicara dengan Hutang piutang, baik dengan pihak Bank, Leasing maupun dengan rentenir. Sebelumnya, saya sudah menulis pengalaman berurusan dengan rentenir, dan itu benar pengalaman pribadi dan sekarang saya juga ingin curhat dan menceritakan pengalaman Keluarga (orang tua).

Sebelum membuka usaha Rumah Makan kecil-kecilan, orang tua membuka usaha barang bekas, besi tua, logam dan plastic. Karena di daerah saya banyak terdapat perusahaan perkebunan kelapa sawit, pengolahan kayu (sebelum ada illegal loging) usaha besi tua itu pun berkembang.

Alat transportasi dari rumah kelokasi orang tua punya dua unit mobil pick up, tapi untuk membawa barang bekas itu ke Jakarta atapun ke kota Medan orang tua harus menyewa jasa transportasi, karena kami tidak mempunyai Truck, Ini lah awal dari sebuah bencana itu.

Setelah melalui perenungan panjang dan kalkulasi perhitungan dagangnya, orang tua memutuskan untuk membeli dua unit truck dengan cara kredit. Mengingat, agar barang dirumah tidak menumpuk dan agar perputaran uang biar cepat, karena modal orang tua tidak begitu besar maka jalan satu-satunya untuk mendapatkan truck baru itu, dengan menggadaikan tanah beserta bangunan (rumah) diatasnya .

Pihak Bank sangat baik hati tanpa perlu bertele-tele dikucurkanlah dana segar sejumlah 400 juta, separo dari uang tersebut digunakan orang tua sebagai DP (Down Payment) atau muka. Separo lagi atau 200 juta di proyeksikan untuk menambah modal usaha. Saat itu saya dan kedua adik masih kuliah, mengingat biaya yang dikeluarkan cukup besar saya protes dengan langkah yang diambil orang tua. Ketika itu Bapak menjelaskan tentang pemasukannya sekitar 15-20 juta.

Penjelasan ortu kala itu sederhana saja, dan saya cukup memahaminya. Untuk setoran ke Bank orang tua harus merogoh 4,4 juta/bulan, hanya bunga saja tanpa membayar modal selama 4 tahun. Dua unit Truck yang telah dibeli angsuran nya sekitar 8 juta/bulan selama 5 tahun. Secara akumulatif si bapak harus mengeluarkan uang sekitar 12 jutaan/ bulan selama 4-5 tahun. Beban berat sangat panjang yang harus ditanggung oleh kedua orang, jika di bandingkan dari pemasukan tentu akan tercukupi. Namun ada satu hal yang terlupakan oleh orang tua saya, beliau tidak memikirkan andaikan usahanya itu mandek atau macet.

Singkat cerita, dua tahun berlalu tepatnya kisaran tahun 2005 munculnya UU no 4 tahun 2005 tentang Illegal Loging, efeknya hampir seluruhnya perusahaan pengolahan kayu menutup usahanya karena tidak mempunyai Hak Pengusahaan Hutan (HPH). UU itu secara tak langsung juga menggerus usaha Besi Tua yang digeluti orang tua saya. Tsunami telah melanda keuangan keluarga saya, karena Besi Tua dan logam tersebut sebagian berasal dari perusahaan-perusahan kayu tersebut.

Pemasukan yang tidak seimbang dengan pengeluaran membuat ekonomi keluarga saya limbung, perlahan tapi pasti satu persatu asset yang telah ada terjual, yang diawal dijualnya mobil Escudo untuk menutupi angsuran Bank dan kedua Truck, karena sudah 5 bulan tidak dibayar. Belum lagi support biaya pendidikan kami pun sering telat. Walaupun keadaan sudah berbanding terbalik namun orang tua saya tidak menyerah dan terus berjuang memperbaiki keadaan.

Hari-hari berat yang dilalui keluarga disertaitiga unit mobil pick up telah tiada, mengharuskan orang tua mengalihkan perhatian kepada ruko yang, ruko itu pun berpindah tangan pada orang lain. Namun ekonomi tak kunjung membaik juga. Selang beberapa bulan pasca terjualnya ruko dua unit truck tersebut akhirnya ditarik orang leasing,orang tua saya hanya menerima sekitar 60 juta untuk harga kedua mobil tersebut. Uang itu pun dginukan untuk menutupi bungan Bank yang dari hari kehari terus membumbung, dan perlu diingat dengan pihak Bank komitment hanya membiayai bunga, sedangkan Hutang pokok masih tetap (400juta).

Kisaran 2010-2011 ditengah orang tua yang mulai sakit-sakitan, sehingga bunga Bank (angsuran) berhenti tanpa sadar, sudah dua tahun angsuran tidak dibayarkan. Pihak Bank pun mendatangi rumah membuat suatu komitmen atau lebih tepatnya Bank memberikan ultimatum “jika selama 6 bulan kedepan hutang tersebut gak terlunasi keseluruhan maka tanah beserta bangunan (rumah) akan dilelang oleh pihak Bank” bagaikan disambar petir disiang bolong rumah akan disita oleh pihak Bank, walaupun rumah saya dua namun kehilangan satu rumah yang ditempati bersama akan menjadi sebuah pukulan telak, karena mobil, ruko dan lain-lain sudah habis terjual.

Sebulan menjelang hari H, datanglah surat dari pengadilan Tata Usaha Negara (kalau gak lupa) tentang jadwal hari pelelangan, dua minggu setelah kedatangan surat orang tua saya belum juga mendapat solusi, dag-dig-dug, detak jantung berpacu sangat cepat. Orang tua saya harus mencari orang membeli sebagian tanah tempat kami bertempat tinggal, karena lokasi rumah saya yang sanga strategis di tengah-tengah perkantoran pemerintah, dengan waktu yang tak terlalu lama datanglah pembeli perish tiga hari sebelum eksekusi dilakukan. Saat itu saya dan keluargabertekad tak akan pernah lagi berurusan dengan Bank dan lembaga pembiayaan sekalipun, sudah terlalu banyak harta keluarga saya telah habis terjual untuk menutupi hutang-hutang itu. Dan bagi kompasiana berfikirlah seribu kali jika mau berhutang baik dengan Leasing, Bank ataupun rentenir.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun