Tiga tiket perempat final lainnya, diperebutkan Uni Soviet, Jerman, Inggris, Thailand, Jepang, dan Australia dengan cara pertandingan bilateral. Hasilnya, Uni Soviet mengalahkan Jerman 2-1. Inggris menggasak Thailand 9-0, dan tuan rumah Australia menjinakkan Jepang 2-0.
Hasil ini mengantar Uni Soviet, Inggris, dan India ke perempat final. Di babak ini berlaku sistem gugur. Hasil pertandingan: Yugoslavia vs Amerika Serikat 9-1; Bulgaria vs Inggris 6-1; India vs Australia 4-2 dan Indonesia menahan Uni Soviet 0-0. Â Meskipun ada penambahan waktu, hasilnya tidak berubah, tetap kacamata. Saat itu belum dikenal adu penalti untuk menentukan pemenang.
Di atas kertas, publik Melbourne memprediksi, Uni Soviet akan menang mudah atas Indonesia. Ternyata strategi pertahanan berlapis yang diterapkan Tony Pogacnik membuyarkan ramalan itu.Â
Uni Soviet gagal menembus pertahanan belakang Indonesia. Bahkan, gawang mereka terancam beberapa kali oleh pemain Indonesia, khususnya Ramang. Â
Usai pertandingan itu, di mana pun di bagian kota Melbourne,publik membahas hasil pertandingan yang sangat mengagumkan diperlihatkan Indonesia ini.
"Baru sekali ini saya melihat permainan bertahan yang sempurna sekali," kata Presiden FIFA , Sir Stanley Rous, seperti dikutip BOLA edisi 27 Juni 1984.Â
Pertandingan ulang antara Uni Soviet melawan Indonesia digelar 1 Desember 1956 dipimpin wasit R.Lund dari Selandia Baru menggantikan S.Takenokoshu dari Jepang yang berhalangan.
Sebagian besar pemain Indonesia sudah sangat lelah. Sebagian lagi banyak yang cedera. Tony Pogacnik memasang skuad melawan partai ulangan dengan tim "Berung Merah" itu dengan komposisi: Maulwi Saelan (kiper), Chairuddin Siregar, Phoa Sian Liong, Kwee Kiat Sek, Moh. Rasyid (belakang),  Ramlan, Thio Him Tjiang, Tan Liong Houw (tengah), Aang Witarsa, Danu, dan Ramang (depan). Uni Soviet menurunkan pemain sekaliber  Lev Jashin (kiper), Igor Netto, Eduard Streltsov, dan Valentine Ivanov.
Tony menilai, skuad ini memiliki teknik, fisik, dan mental yang prima menghadapi tim dari Eropa Timur sekelas Uni Soviet dengan kiper kelas dunianya Lev Jashin. Mereka tidak diinstruksikan bertahan total di depan gawang, tetapi diatur  tampil dengan formasi 4-3-3.
Menurut Maulwi Saelan kepada saya, sebelum menghadapi Indonesia pada tarung ulang, para pemain Uni Soviet telah diancam oleh pelatihnya. Jika tidak mampu mengalahkan Indonesia, pada saat kembali ke negaranya akan langsung dikirim ke pusat kerja paksa di Siberia.Â
Para pemain Uni Soviet bermain kesetanan menghadapi Indonesia yang pemainnya banyak yang kurang fit akibat pertandingan pertama. Indonesia kalah 0-4.Â