Yopie Lumoindong, salah seorang anak asuhannya tahun 1978-1979 mengakui kepiawaian pelatihnya itu.
"Ramang itu mungkin ada "pake-pake"-nya  Saya tahu dia memiliki tukang urut di salah satu lorong Jl. Sungai Saddang, Makassar," kata Yopie ketika saya "kencani" suatu sore di warung kopi Black Canyon, Mall Ratu Indah Makassar, 12 Juni 2010 malam.
Kemampuan dan kedigdayaan Ramang, sebut Yopie, memang sangat langka dimiliki pemain lain. Seseorang yang akan memperoleh "peruntungan" itu, benar-benar harus penuh perhitungan. Ada hal yang sangat prinsipil di dalam hidup dan kehidupan manusia yang harus ditinggalkan. Ramang selalu tampak begitu sangat tenang di luar lapangan.
Dulu, setiap datang di kediamannya di Jl. Andi Mappanyukki, Â menemukan Ramang duduk mengenang sarung, berkaos oblong putih, selalu di tempat yang sama. Situasinya selalu sama. Mengepulkan asap rokoknya, kesenangan yang membawanya hingga dia harus mendekam di rumah sakit puluhan hari pada tahun 1981. Tangan kanannya mengenangkan lonceng degan tangan kiri bersandar pada paha kirinya. Ya, seperti yang terlihat dalam salah satu fotonya.
Dalam kondisi seperti ini pulalah suatu hari saya datang hendak mewawancarai dan kemudian ditolaknya. Juga pada saat datang kedua kalinya untuk memotretnya, yang ternyata hanya "trik" saya mengajak berbicara "ngalor-ngidul" yang sebenarnya itulah wawancara. Ha..ha..(Bersambung*).