[caption id="attachment_270163" align="alignnone" width="299" caption="Air Terjun "][/caption]
Laporan M.Dahlan Abubakar
Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Kabupaten Luwu Timur jika tidak menyempatkan diri ke Mata Buntu. Apalagi bagi mereka yang 'pelancong mania'. Mata Buntu adalah air terjun yang sangat luar biasa dan 'dahsyat'. Mengapa luar biasa? Kondisinya bertingkat-tingkat. Jumlahnya hingga 20 tingkat. Ini juga sekaligus yang membuat dia luar biasa dan dahsyat dibandingkan kebanyakan air terjun lainnya.
''Mata Buntu'' sebenarnya bukan nama asli air tejun di Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur ini. Martinus Tomana, Ketua Dewan Adat Karonsie, seperti dilansir majalah ''Warta Lutim'' menyebutkan, nama dari sono-nya - sesuai bahasa asli setempat - 'Mata Buntu'' adalah Meruruno yang berarti gemuruh. Mengapa di sebut gemuruh? Rupanya, boleh jadi karena suara air yang suaranya gemuruh, karena jatuh dari tempat yang tinggi dan bertingkat-tingkat.
[caption id="attachment_270164" align="alignnone" width="640" caption="Penulis (kaos merah) bersama Mahasiswa KKN Unhas gelombang ke-85 Kec.Nuha Lutu Timur"]

Untuk menjangkau Mata Buntu, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Dari Malili bisa dijangkau selama 40 menit dan 30 menit dari Sorowako. Hanya saja, jalan agak sempit. Jika mobil berpapasan, harus ekstra hati-hati dan mencari jalan yang agak lapang.
Udara Mata Buntu sangat sejuk. Hutannya masih perawan. Jika tidak turun hujan, airnya jernih. Namun jika sehabis hujan, airnya keruh, seperti ketika saya bertandang 30 Juli 2013 bersama Mahasiswa KKN Unhas Gelombang ke-85 Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur.
Untuk mendaki ke tempat teratas air terjun ini, harus merambahi ratusan anak tangga yang terbangun dari beton. Saya tidak sempat menghitung berapa banyak anak tangga tersebut. Di samping kiri kanan air terjun ini ada karstyang tinggi menjulang, setinggi gunung tempat air terjun itu berasal dan jatuh.
Di setiap tingkat air terjun ini terdapat tempat untuk bermanja-manja. Mandi bermalas-malasan. Tidak terlalu dalam. Hanya sebatas mata kaki jika pada saat air tidak meluap. Hanya yang dikhawatirkan, kalau-kalau tiba-tiba datang banjir besar saat kita bermandi-mandi. Jadi, pintar-pintarlah memperkirakan cuaca di hulu. Nanti bisa terseret banjir dan dibanting-banting air Mata Buru.

Namun menurut Martinus Tomana, air yang terlihat 'terjun bebas' di Mata Buntu bersumber dari bebatuan. Dari situlah air tersebut tidak henti-hentinya mengalir. Kalau kita perhatikan derasnya air mengalir, sungguh sulit membayangkan derasnya air tersebut jika tidak bersumber dari lokasi yang memang stok airnya berlimpah. Saya selalu bertanya bagaimana bentuk hilir air terjun ini. Mungkin ini yang perlu diteliti oleh mereka yang senang dengan wisata petualangan.