Innalillahi wai inna ilaihi rajiun…..Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1983-1993, Prof.Dr.Ahmad Amiruddin Pabittei berpulang ke rakhmatullah pada pulul 00.30 di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, di rumah sakit yang digagasnya tiga puluh tahun silam, akibat serangan jantung. Rektor Universitas Hasanuddin periode 1974-1982 itu meninggalkan empat orang anak dalam usia menjelang 82 tahun pada 25 Juli 2014. Prof. Amiruddin dilahirkan di Gilireng, Kabupaten Wajo 25 Juli 1932.
Prof. Amiruddin mengalami serangan jantung pada tanggal 16 Maret 2014 dan dirawat di RS Awal Bross Makassar. Pada awalnya, tim dokter yang terdiri atas anak didiknya di Universitas Hasanuddin, merencanakan membawa ayah empat anak itu ke Jakarta. Namun mengingat kondisinya yang agak payah, diputuskan dioperasi di RSUP Wahidin Sudirohusodo pada tanggal 19 Maret 2014. Empat dokter dari RS Jantung Harapan Kita Jakarta bergabung dalam suatu tim yang berkekuatan 20 orang guna menolong jiwa pendekat ‘’’Tri Konsep Sulawesi Selatan’’ itu.
Rektor Unhas Prof.Dr.dr.Idrus A.Paturusi di sela-sela sambutan pada saat mewisuda 1120 alumni S-1 Unhas mengumumkan kepada para alumni yang bergolongan darah B akan mendonor bagi almarhum. Setelah dioperasi, Pak Amir, demikian almarhum akrab disapa, kondisinya tetap lemah dan mengalami gangguan pada emodinamiknya. Dan setelah tiga hari pasca operasi, Pak Amir meninggalkan orang-orang yang dicintai dan disayanginya.
Prof.Amiruddin adalah gubernur dan rector yang visioner. Wakil Ketua MPR RI periode 1992-1997 ini adalah sosok yang mengubah wajah Sulawesi Selatan dengan pemikirannya yang sangat brilian. Pemikirannya mengenai perubahan pola pikir dianggap sebagai sebuah revolusi berpikir orang Sulawesi Selatan. Dia mencoba mengubah perilaku orang Sulawesi Selatan dalam berpertanian dengan jalan ‘’petik, olah, jual’’. Komoditas yang dihasilkan Sulawesi Selatan tidak diboleh petik lalu langsung dijual, tetapi harus melalui pengolaharan dulu untuk meningkatkan nilai tambahnya.
Ketika menjabat Rektor Unhas dua peripde, Amiruddin-lah yang memaksa para dosen Universitas Hasanuddin pergi melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Pada tahun 1974, dia menggagas pembangunan kampus baru Unhas dan terwujud ketika 17 September 1981, Presiden Soeharto meresmikan Kampus Tamalanrea seluas 220 ha di kilometer 10 Makassar ke arah timur.
Saat memimpin Sulawesi Selatan, Amiruddin pulalah yang memindahkan Kantor Gubernur Sulawesi Selatan dari Jl.Jenderal A.Yani di pusat kota yang sesak ke Jl.Urip Sumoharjo, di atas bekas pekuburan Tionghoa Makassar.
Benteng Somba Opu yang terkubur hamper 300 tahun kembali direstorasi dengan komandan proyek Dr.Mukhlis Paeni. Amiruddin menghajatkan kawasan benteng itu dijadikan sebagai Taman Mini Sulawesi, namun yang terwujud barulah sebagai Taman Mini Sulawesi Selatan. Sejumlah rumah adat dari seluruh kabupaten dan kota dibangun di kawasan benteng tersebut. Namun sayang, seiring dengan perkembangan otonomi dan demokrasi di Indonesia, rumah-rumah yang pernah digagas Amiruddin itu kurang terpelihara.
Amiruddin pada tahun 1940 sudah meninggalkan Sulawesi Selatan. Dia belajar di SMA di Bandung sebelum melanjutkan pendidikan ke Departemen Kimia Universitas Indonesia Bandung yang kelak menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1952 dan tamat tahun 1958. Semasa aktif sebagai mahasiswa, Amiruddin aktif dalam Himpunan Mahasiswa Kimia dan Mahasiswa Fisika Universitas Indonesia Bandung. Dan pernah dipercayakan sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandung.
Begitu tamat, dia melanjutkan pendidikan ke University of Kentucky Lexington, Amerika Serikat tahun 1958 itu juga dan meraih gelar Ph.D pada tahun 1961.
Di almamaternya, Amiruddin pernah menjabat Asisten Kandidat Kimia Organik dan Fisika,Universitas Indonesia Bandung pada tahun 1958-1963). Sekretaris Bagian Kimia ITB 1961-1962, Asisten Ahli Kimia Anorganik dan Fisika di tempat yang sama antara tahun 1962-1963. Lektor Muda ITB (1962-1963), Lekor dan Lektor Kepala ITB (1963-1967). Guru Besar ITB 1967-1997, Ketua Bagian Kimia ITB (1961-1962), Dekan Departemen Kimia Biologi ITB (1965-1966), Kepala Lab Radio Kimia Pusat Reaktor Bandung (1965), Pembantu Khusus Dirjen Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) Pasar Jumat (1965-1970), Direktur Pusat Penelitian BATAN Pasar Jumat (1965-1970), Tenaga Ahli Diperbantukan kepada Pemerintah Malaysia dalam rangka Pembukaan Universiti Kebangsaan Malaysia (1970-1973), Rektor Unhas (1973-1982), Anggota MPR RI (1977-1980), Deputi Ketua BPPT Bidang Ilmu Dasar dan Terapan, Gubernur Sulsel (1983-1993), Wakil Ketua MPR RI (1992-1997), Wakil Ketua Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (BPPN (1998-1997), Komisaris PT Inco Tbk, Komisaris, Komisaris Utama PT Semen Tonasa, Komisaris PT GMTD.
Penghargaan: Satya Lencana Wirakarya Presiden RI (1971), Dr.Science Honoris Causa Universiti Kebangsaan Malaysia (1976), Bintang Maha Putra (1992), dan Bintang Maha Putra Utama (1996).
Keluarga: Dra.Kusudarsini (meninggal 1990), Hj Rosani (meninggal 1993), anak: A.Tristiana, Dody Krisbianto, Helina, dan Budi Adisono.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI