Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kearifan Lokal Suku Baduy vs Modernitas

25 Maret 2016   18:42 Diperbarui: 26 Maret 2016   20:07 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkali-kali saya ingin mengajak teman untuk melihat kehidupan suku Baduy, tapi belum juga kesampaian. Ketakjuban saya adalah  di zaman modern yang serba cepat dengan teknologi digital dan informasi ini masih ada suku terasing yang letaknya hanya 120 km dari Jakarta masih memegang tradisi dan nilai yang teguh bahkan modernisasi yang menyerbu itu hanya menyentuh sebagian dari mereka.

Itulah orang Baduy.  Baduy yang kita kenal itu adalah salah satu suku bangsa dari ribuan suku di Indonesia.  Dimana mereka tinggal?  Mereka tinggal  tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL)

Baduy terdiri dari dua yaitu Baduy /Kanekes Dalam dan Baduy/Kanekes Luar.

Baduy Dalam tinggal di daerah :  Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo sedangkan Baduy Luar tinggal di. Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu.

Menurut sejarah dan etimologi, bahasa yang digunakan oleh  Baduy adalah bahasa Sunda.  Dalam komunikasi sehari-hari bahasa yang digunakan sunda berdialek banten.  Mereka tak bisa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Perbedaan mendasar antara baduy dalam dan luar adalah sebagai berikut:

Baduy dalam/kanekes dalam:

Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Baduy Dalam), yang paling ketat mengikuti adat. Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing. Mereka tak mampu membaca atau menulis.  Mereka sangat tunduk kepada adat istiadat nenek moyang.  Jika ada yang melanggar maka orang yang melanggar itu akan dikeluarkan dari warga baduy dalam menjadi warga luar. 

 Peraturan yang sangat ketat itu antara lain, mereka tak boleh memakai sepatu/alas kaki, tak boleh naik transportasi,  pintu rumah harus menghadap utara/selatan (kecuali ketua adat),  tak boleh menggunakan alat elektronik, berpakaian hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.   Agama yang dianut masih dipengaruhi oleh Sunda wiwitan , animisme,  agama hindu dan budha.  Nilai-nilai yang dianut adalah tidak mau dan tidak boleh mengadakan perubahan apa pun.

Baduy luar/kanekes luar:

Dianggap sebagai  masyarkat kedua atau panamping.    Ciri-ciri khasnya adalah bajunya berwarana hitam berikat kepala hitam. Kadang sudah menggunakan pakain jeans.  Sebagian dari Kanekes luar adalah mereka yang telah keluar dari Kanekes dalam karena dianggap melanggar adat atau mereka tak mau menjadi kanekes dalam.   Mereka sudah mengenal teknologi dan elektronik.   Proses pembangunan rumah yang disebut dengan  rumah panggung dibuat dengan alat-alat  bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun