Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kurikulum Merdeka: Bahagianya Anak Optimalkan Potensi, Keleluasaan Guru Mengajar

20 Maret 2023   16:26 Diperbarui: 20 Maret 2023   16:33 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kurikulum.Kemdikbud.go.id

Seorang anak perempuan ,Saskia (bukan nama sebenarnya), sejak SMP telah memiliki ketertarikan menggambar desain. Bukan hanya corat-coret di semua bukunya, tapi ketertarikan corat mencoret dan perhatian besar itu sudah dia tunjukkan sejak SD. Ketika mengunjungi toko buku, buku yang dicarinya selalu tentang desain.

Ketika masuk ke SMP, dia tak punya waktu untuk mengembangkan passion seoptimal mungkin karena tak pelajaran pilihan untuk desain.

Selanjutnya ketika dia masuk ke jenjang SMA, dia harus memilih jurusan antara IPA atau IPS.

Kebingunganterjadi karena tidak ada pelajaran yang konteksnya sesuai dengan bidang yang disukainya. Dia terpaksa memilih bidang yang tidak disukainya, yaitu IPA karena angka-angka untuk IPA cukup tinggi, sesuai dengan  asesmen bakat/minat. Tapi dalam hatinya yang terdalam, dia masih ingin mengembangkan passion desain.

Dia tak bisa mengembangkan kreativitas dan keahliannya di SMA sebagai titik tolak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Bahkan, dia mengalami kesulitan saat di perguruan tinggi berkompetisi dengan teman-temannya yang lebih dulu mengasah keahliannya dengan softskill sejak SMA dengan belajar di luar sekolah.

Kompetisi itu terus dia perjuangkan saat dia harus cari pekerjaan. Dunia digital desain yang dia dapatkan di universitas belum mencukupi kompetensi dan portofolio untuk memasuki dunia kerja. Penyebabnya adalah dia tidak mengembangkan passion sejak dini yang nyaris telah terlewati.

Akar masalahnya adalah kurikulum prototipe fokus kepada kompetensi yang berdasarkan dengan angka kemampuan anak yang dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) . Angka acuan yang menentukan keberhasilan belajar siswa.

Nyatanya, KKM tinggi tetapi potensi anak tidak terdongkrak, bahkan jauh ketinggalan .


Mengapa Ada Kurikulum Merdeka?

Pendidikan menjadi pondasi penting dalam kehidupan manusia. Suatu negara yang maju terlihat dari tingkat pendidikan warganya. Jika kita ingin mengetahui kedudukan pendidikan di Indonesia di tahun 2023.

Di tahun 2023 peringkat pendidikan Indonesia menurut 6 organisasi OECD, PISA, UNESCO, EIU, TIMSS, PIRLS dan hasilnya dipublikasikan oleh Worldtop20.org, Indonesia berada di posisi ke 64 dari 203 negara. Urutan Indonesia berdampingan dengan Albania di posisi ke-66.

Faktor kriteria itu berdasarkan jumlah kelulusan dan keunggulan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi, keunggulan yang mumpuni.

Ketertinggalan terjadi saat Covid 19, hampir tiga tahun, anak-anak tingkat SD,SMP, SMA dan universitas harus belajar melalui daring.

Proses belajar melalui daring ternyata tidak efektif karena terjadi kesenjangan tingkat pemahaman anak dengan guru. Guru hanya menyampaikan materi lewat daring, sedangkan anak hanya menerima tanpa memahami materi. Tidak ada interaksi antara anak dan guru.

Hasil proses belajar yang tidak maksimal ini mengindikasikan kemunduran dunia pendidikan kita. Kita perlu mengejar ketertinggalan dunia pendidikan dengan cara yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan profil dan karakter anak dan prinsip karakter Pancasila.

Konsep Merdeka Belajar yang terbaru di tahun 2022 itu berfokus kepada materi yang esensial dan fleksibel sesuai dengan minat, bakat dan kebutuhan karakteristik siswa.

Sumber: Kurikulum.Kemdikbud.go.id
Sumber: Kurikulum.Kemdikbud.go.id

Oleh karena itu sekolah sebagai unit satuan pendidikan diberikan otoritas penuh untuk menentukan sendiri kurikulum Merdeka dengan tiga opsi: Mandiri Belajar, Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi.

Mandiri belajar artinya penggunaan kurikulum 2013  tanpa mengubah struktur kurikulum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun