Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semarang Kota Banjir Rob Jadi Kota Bebas Banjir, Apa Kiatnya?

12 Januari 2021   13:54 Diperbarui: 12 Januari 2021   14:00 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesin penyedot air di Semarang.Sumber: Kompas.Regional.com

Memasuki musim hujan di bulan-bulan mulai dari Oktober hingga Januari (karena terjadinya pergeseran anomali), membuat kita semua merasa khawatir.  Kekhawatiran itu terjadi mengingat tahun lalu persis tanggal 1 Januari 2020, Jakarta Banjir hebat.

Sejak saat itu patokan dari cuaca musim hujan harus dimulai dengan mencari informasi yang akurat dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 

Melansir dari laman BMKG, dibuatlah pemetaan hujan 2020/201.   Awal Musim hujan ternyata bervariasi di 342 Zona Musim (ZOM).  Contohnya di bulan Oktober itu ada 119 Zom (34,8%), sisanya yaitu 131 ZOM (38,3% ) akan memulai awal hujan Nopember sementara sisa terakhir 56 ZOM pada bulan Desember 2020.Puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari 2021 dan juga pada bulan Februari 2021.

Musim hujan bagi sebagian orang yang hidup dalam bayang-bayang banjir merupakan hal yang menyedihkan bahkan disebut bencana yang merugikan materiil maupun moril.

Saya teringat kota kelahiran saya di Semarang.   Kebetulan lokasi rumah tempat saya lahir sejak kecil itu lokasinya strategis di tengah kota, Jalan Anggrek.  Begitu  ke luar  depan gang , ada jalan utama yang dilewati oleh sungai agak besar disebut Kampung Kali.

Jika ke luar lewat bagian belakang, ada jalan besar yang sering disebut dengan Simpang Lima.

Tetapi setiap kali hujan besar datang, ibu saya sudah tidak bisa tidur .  Traumatis dengan banjir karena  banjir  masuk  ke dalam rumah tanpa permisi.  Jalan di depan rumah kami jauh lebih tinggi dari rumah kami, hal  ini terjadi setelah pembangunan yang tak pernah  kami ketahui . Sebagai warga tidak pernah diajak rembug dengan RT,RW, Pemda terkait pembangunan jalan yang ditinggikan.

Jika hujan keras tak bisa tertampung lagi , maka air Sungai Kampung kali itu akan meluap masuk ke gang kami, lalu masuk ke dalam rumah tak terbendung lagi.

Upaya yang telah  dilakukan oleh ibu saya untuk membendung air banjir itu dengan menaikkan ketinggian rumah hingga tiga kali.  Pertama l/2 meter, kedua l/2 meter dan terakhir juga l/2 meter.

Tetapi usaha itu sia-sia karena luapan air bukan dari Sungai Kampung kali saja, tetapi ditambah dengan luapan air dari Simpang Lima . Rupanya air dari Simpang Lima itu  masuk ke daerah kami karena selokan yang seharusnya menampung air itu tak berfungsi alias mampet banyaknya sampah di dalamnya.

Lifehack yang dilakukan ibu saya setiap kali musim hujan sudah mulai datang,  semua perlengkapan elektronik sudah diletakkan di atas lemari yang tinggi, kulkas pun dibuatkan kaki yang tinggi , semua perabotan di bagian bawah sudah naik ke lemari yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun