Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Baby Boomer", Bukan Kejutan Tapi Sudah di Depan Mata

4 Mei 2020   17:04 Diperbarui: 4 Mei 2020   17:03 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini  seluruh konsentrasi Pemerintah mulai dari Peesiden sampai kepada DPR rupanya sedang bertumpu kepada soal penanganan Covid-19. Ekonomi dan sosial pun agak terabaikan.

Entah karena terlalu konsentrasi (Full concentration) sehingga lupa  memperhatikan bagaimana dampak dari orang yang tinggal di rumah (stay at home). Khususnya  mereka  yang berkaitan dengan akseptor Keluarga Berencana.

Keluarga-keluarga muda yang produktif sekarang lebih banyak tinggal di rumah. Bekerja di rumah, jadi pilihannya karena hampir semua perusahaan pun memilih untuk merumahkan atau meminta karyawannya bekerja dari rumah. Belum lagi mereka yang bekerja informal pun sekarang ini dengan adanya "physical distancing" terpaksa merumahkan diri karena buka toko, buka restoran tidak ada yang datang membeli.

Di rumah saja, jadi pilihan keluarga-keluarga muda produktif.  Ketika di rumah, waktu yang sangat panjang membuat mereka produktif  yang lain. Bukan produktif pekerjaan karena justru sedang lesu, tetapi justru produktif "making love" jadi hiburan untuk mengatasi stres. 

Akhirnya,  penduduk Indonesia menurut BPS atas survei tahun 2010 jumlah mencapai 237 641 326  sementara databox telah melakukan survei pada tahun 2015 dan proyeksi untuk tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia mencapai 269,6 jiwa .  Artinya ada peningkatan 32 juta atau 13.5% per 10 tahun atau 3,2 juta -- 4,5 juta /1.35% per tahun.   

Ketika terjadi COvid-19 , para akseptor KB yang aktif maupun baru sebanyak 38 juta di seluruh Indonesia itu tiba-tiba menghilang. Bahkan menurut Dr. Hasto Wardoyo sejak Februari hingga Maret 2020, terjadi penurunan secara nasional akseptor pemakaian alat KB 40% , yang drastis di Sulawesi Barat dan Banten hingga 50%. 

Ketika BKKN tengah mempertanyakan kemana penurunan para ibu yang biasanya jadi reseptor dari KB  aktif (30.96 juta ) maupun baru  (6.96 juta) ini.

Para ibu yang biasanya datang ke fasilitas kesehatan seperti  Puskesmas, dokter untuk pemeriksaan atau pemasangan alat-alat KB . Namun, sekarang terkendala karena mereka tak bisa datang ke fasilitas kesehatan karena ditutup. Lalu para  tenaga penyuluh KB (PKB/PLKB) pun tak boleh mendatangani pasien karena terkendala  "physical distancing".

Asumsi ledakan baby booming di tahun 2021 pun akan terjadi melebihi 4,5 juta penduduk baru .  Ledakan baby booming itu menjadi kegagalan bagi tujuan BKKBN yang pada programnya ingin menurunkan laju pertumbuhnak penduduk sebesar 1,21% dan meningkatkan kontrasepsi 6.6%.

Dijelaskan lagi oleh Dr. Hasto Wardoyo selaku ketua BKKBN bahwa kehamilan bagi bayi-bayi di tahun 2020 akibat Covid -19 ini justru membahayakan bagi ibu , anak dan Indonesia pada umumnya.

Bagi ibu yang hamil di tahun 2020, sulitnya untuk berobat dan memeriksa kehamilan rutin di fasilitas kesehatan karena masih adanya covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun