Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Legacy" Apa yang Ingin Engkau Tinggalkan?

14 September 2019   20:34 Diperbarui: 23 Juni 2021   19:01 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui "Legacy" Apa yang Ingin Engkau Tinggalkan (shutterstock.com)

Tidak ada yang kekal atau abadi dalam hidup ini. Baik itu pekerjaan, baik itu usia. Semua ada ada batas usianya, ada batas waktunya.  Ketika waktu sudah jelang tiba, kita harus meninggalkan pekerjaan yang sudah nyaman karena harus pensiun atau sesuatu hal yang menyebabkan kita harus tinggalkan.  

Demikian juga dengan usia,  apabila saatnya tiba, entah kapan kita harus dipanggil oleh Allah untuk berpulang kepadaNya.  Ada yang tiba-tiba tanpa sakit, ada yang sudah lama sakit.  Semuanya berlalu  tanpa bisa diprediksi oleh manusia.

Saat kita hidup ini terasa nyaman sering kita lupa bahwa tentang  legacy apa yang ingin  kita tinggalkan apabila kita harus ke luar dari lingkungan suatu pekerjaan atau harus meninggal dunia.  Seolah-olah ingin menikmati kehidupan untuk diri kita sendiri dulu.  Waktunya masih lama, jadi  belum memikirkan tentang  "legacy"  untuk orang-orang yang akan kita tinggalkan.

Baca juga : Legacy dari Lesson Study

Sebenarnya apakah legacy itu?   Secara umum, legacy diterjemahkan sebagai warisan.  Tentunya bukan warisan dalam arti harfiah berupa fisik seperti  benda, properti , uang, dana dan sebagainya.  

Legacy adalah warisan yang berupa nilai-nilai kehidupan yang dapat menjadi suri teladan bagi orang yang ditinggalkan.  Ada pula yang mengatakan sesuatu yang ingin orang lain mengingat apa yang telah kita lakukan untuk kebaikan bagi perusahaan tempat kita bekerja atau negara tempat kita tinggal.

Ketika seorang teman saya yang baru saja pensiun dari sebuah perusahaan asing ternama dan terkemuka  Dia mendedikasikan dirinya kepada perusahaan itu hampir 28 tahun.  Bukan hanya loyalitas yang menjadi legacy yang ditinggalkan untuk teman-temannya,  tetapi nilai-nilai kehidupan yang diingat oleh teman-teman sekerjanya bahkan atasan CEO sekali pun.

Beberapa anak buahnya sangat terkesan dengan ketepatan dan kedsiplinan kerjanya . Hal ini membuat anak buahnya merasa tidak dikejar-kejar ketika teman saya ini minta agar setiap anak buahnya sudah selesai mengerjakan tugasnya sebelum "deadline".    

Ada kesan mendalam saat teman saya itu seolah menjadi "killer" tapi sangat sayang kepada anak buahnya dengan memberikan dorongan agar hidup mereka selalu sehat dengan memberikan vitamin-vitamin yang sering dibagikannya.

Bagi seorang CEO , teman saya tidak pernah berkomunikasi secara langsung  karena masih ada  jenjang struktural yang harus dilewati untuk sampai ke CEO.  Namun,pendekatan yang sangat humanis saat teman saya itu akan pensiun  ditemui oleh CEO . 

Baca juga : Legacy Planning dan Implikasi Hukumnya bagi Keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun