Mohon tunggu...
Hermanto Harun
Hermanto Harun Mohon Tunggu... Dosen - selau membutuhkan pengetahuan

Lahir di Batu Penyabung Sarolangun Jambi. Mengabdi kepada negara sebagai tenaga pengajar di beberapa institusi Pendidikan di Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkolaborasi Menajam Peduli

17 April 2020   14:47 Diperbarui: 17 April 2020   14:49 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengabdian kepada masayarakat adalah core yang tidak bisa di tawar. Sebab, khidmatul ummat (pengabdian kepada masyarakat) menjadi tugas yang tak terpisahkan dari tanggung jawab pengamalan keilmuan, terlebih lagi bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).     

Langkah mengambil peran dan memberikan pemikiran terhadap segala problematika umat dan bangsa, utamanya dalam persoalan Covid 19 seperti sekarang ini, menjadi kaharusan dalam merealisasikan integrasi pengetahuan. Sebab, perspektif kelimuan dalam bingkai Universitas Islam, khususnya di UIN Jambi sudah mengacu kepada transintergasi ilmu yang menafikan pembelahan pengetahuan antara sains tekhnologi dengan ilmu pengetahuan keagamaan.

Sebagai terjemahan dalam praksisnya, dalam kondisi tertentu, membangun perusahaan indsutri memiliki kesamaan makna bagi umat dengan membangun rumah ibadah seperti Masjid. Bina al-mashani' ta'dilu bina al-masajid kata Syeikh al-Ghazali dalam bukunya al-Thariq min Huna.                     

Menginisiasi diskusi semi-virtual-sesuai kondisi wabah Covid 19 ini-paling tidak bisa memberikan bukti bahwa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) senantiasa memiliki sens of crisis terhadap semua problematika masyarakat. Sekaligus juga menunjukkan bahwa para intelektual muslim tidak selalu berada di atas langit ketika membicarakan persoalan bumi. Karena sejatinya, 'pembicaraan langit' (nass) itu esensinya adalah untuk memberikan kebaikan terhadap semua penghuni bumi (waqi').

Perpaduan dalam 'mengawinkan' 'aql (realitas) dan naql (teks kSeagamaan) adalah sebuah ciri khas keilmuan moderasi Islam (wasathiyah) yang sekarang sedang digaungkan pendidikan keagamaan Islam, khususnya UIN STS Jambi.

Dalam diskusi yang dimulai pukul 14.00 hingga berakhir 17.00 wib itu, terasa begitu khidmat, karena para narasumber dapat saling berbagi informasi, pengetahuan dan bahkan kebijakan menyangkut Covid 19 yang sedang menghantui masyarakat luas sekarang ini. Ragam pelbincangan dari sudut ekonomi, sosial, politik, kesehatan dan agama teangkum ungkapan saling melengkapi dan bahkan saling menyempurnakan. Secara umum, bersepakat bahwa muibah Covid 19 ini masalah bersama anak bangsa yang harus dipikul dan dicari solusi bersama.                       

Dalam ucapan closing diskusi itu, Rektor UIN STS Jambi mengungkapkan beberapa hal; Pertama, mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya penanggulangan penyebaran Covid 19 yang sungguh sangat membahayakan bagi kamanusiaan. Kedua, perlu adanya  kesamaan persepsi serta keselarasan kebijakan dari semua pihak yang memeiliki otoritas.

Ketiga, mengutamakan perhatian terhadap persoalan kemanusiaan dengan menegasikan sekat-sekat yang membuat terbelahnya masyarakat akibat dari polarisasi kepentingan politik paktis. Keempat,  mendukung sikap dan fatwa Majlis Ulama Indonesia tentang tanggung jawab keagamaan serta penyelenggaraan ritual ibadah sesuai kondisi darurat Covid 19.

Kelima, mengajak semua elemen masyarakat untuk senantiasa waspada dan mengikuti protap pencegahan penularan Covid 19 sehingga wabah ini segera berakhir dengan sesegera mungkin, dan umat dapat bersua Ramadhan dengan sumringah.

Tentunya, kolaborasi dalam diskusi akademis seperti ini laik untuk dilanjutkan, karena menjadi wadah penampung banyak perspektif dalam meneropong persoalan dari ragam pandangan. Perhelatan ilmiah bisa terselenggara atas kerjasama banyak pihak, terutama para Wakil Rektor dan pihak lain yang telah berkontribusi luar biasa. Harapan besar dari diskusi berharga ini hendaknya membentang seperti kain adutemadun dalam cerita tua, jika digumpal menjadi seujung kuku, dan dikembangkan menjadi selebar alam, kata Buya Hamka. Wallahu a'lam.              

 Hermanto Harun, Dosen Pascasarjana UIN STS Jambi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun