Mohon tunggu...
Hanifatuz Zahro
Hanifatuz Zahro Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas ekonomi Univeristas Jember

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Masalah atau Rezeki Nomplok?

30 Maret 2015   03:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:49 17846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bank Indonesia merilis Rabu 27/03/2015 menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kian melemah sehingga mencatat sejarah baru bagi Indonesia sejak krisis tahun 1998. Nilai tukar rupiah berada pada posisi kurs jual 13,129.00 dan kurs beli 12,999.00 per dollar AS. Kepala Riset Reksa dana Sekuritas Helmy Kristanto mengatakan bahwa terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah, pemerintah tidak melihat urgensi Bank Indonesia untuk mengintervensi pasar. Nilai tukar rupiah yang berubah-ubah dan tidak stabil sangat mempengaruhi keadaan ekonomi makro Indonesia.

Secara garis besar terdapat tiga variabel yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia yaitu, varibel pertama berhubungan dengan nilai tukar rupiah adalah keseimbangan permintaaan dan penawaran terhadap mata uang dalam Negeri maupun mata uang asing. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya nilai mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional sehingga biaya impor mengalami kenaikan. Variabel kedua adalah tingkat suku bunga dan variabel ketiga terjadinya inflasi. Tekanan depresiasi terhadap rupiah harus diimbangi dengan instrumen kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mestabilkan nilai tukar rupiah.

Akibat Nilai Tukar Melemah

Melemahnya nilai tukar rupiah yang terus berubah-ubah menjadi masalah bagi Indonesia, yaitu mengakibatkan menurunya kesejahteraan masyarakat. Bagi pelaku bisnis yang berbasis impor dengan pasar domestik. Bagaimana tidak menjadi masalah, ketika terjadi nilai rupiah yang melemah membuat terjadinya ketimpangan pada barang-barang ekspor dan perusahaan yang berorientasi pada bahan baku impor. Dimana barang-barang ekspor Indonesia lebih berdaya saing, namun disisi lain biaya menjadi tinggi terlebih biaya dari perusahaan yang berhutang dalam dollar AS atau menggunakan bahan baku impor. Hal tersebut dapat menggambarkan terdapat dampak positif dan dampak negatif yang terjadi ketika nilai tukar rupiah melemah. Bagi pelaku bisnis yang berbasis impor dengan berorientasi pada pasar domestik, melemahnya nilai tukar rupiah berdampak terhadap meningkatnya biaya produksi. Apabila kondisi ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan berdampak langsung pada penurunan nilai perusahaan. Jumlah industri yang berorientasi pada bahan baku impor sangat banyak, bahkan dominan dalam struktur industri nasional. Pada level pasar, harga produk akan disesuaikan dengan cara menaikkan harga. Posisi ini berimplikasi pada indikator stabilitas ekonomi makro, yaitu inflasi.

Misalnya, Perusahaan farmasi merupakan salah satu perusahaan yang terkena dampak kenaikan harga dalam dollar AS karena membeli bahan baku dalam dollar AS dan menjual produk dalam rupiah. Secara umum, daya beli masyarakat juga akan menurun karena kenaikan harga. Jika daya beli masyarakat menurun maka laba yang diperoleh produsen kecil. Namun keadaan tersebut berbanding terbalik bagi para pelaku bisnis yang berorientasi ekspor baik dalam skala besar maupun menengah, termasuk UMKM kerajinan, komoditas ekspor minyak kelapa sawit (CPO), kakao, teh, kopi, dan furniture. Melemahnya nilai tukar rupiah menjadi rejeki nomplok dalam mengungkit daya saing produk ekspor dari sisi harga yang menjadi lebih kompetitif. Namun, struktur produksi di Indonesia mayoritas menggunakan bahan baku impor, maka terjadi ketidakstabilan nilai tukar.

Rezeki Nomplok Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

Rezeki yang diterima Indonesia saat terjadi pelemahan nilai tukar rupiah adalah peningkatan ekspor terhadap barang-barang yang berorientasi ekspor. Riset yang dilakukan Adella Bachtiar, FE UI tahun 2010, menunjukkan bahwa sampai saat ini subsektor yang dapat di andalkan untuk memberikan sumbangan bagi devisa Negara adalah dari komoditas subsektor perkebunan. Kontribusi yang cukup besar dari CPOdapat dilihat dari pertumbuhan ekspornya. Indonesia tercatat menjadi pemasok CPO terbesar di Dunia dengan total produksi sebesar 21,14 juta ton. Untuk konsumsi dalam negeri sebesar 4,86 juta ton dan sisanya sebesar 16,28 juta ton untuk ekspor. Total ekspor CPO Indonesia menyumbang porsi sebesar 11,3 % terhadap total ekspor Indonesia. Pertumbuhan eskpor non migas pada tahun 2008 mencapai USD 107,8 M, dimana total ekpor CPO memberi kontribusi sebesar 14,47% dari total ekspor non migas Indonesia.

Peningkatan ekspor dapat menambah devisa yang pada akhirnya memperkuat nilai tukar rupiah. Kontribusi ekspor yang positif disebabkan oleh peningkatan permintaan ekspor, sebagai akibat kecenderungan mengkonsumsi barang-barang ekspor. Peningkatan konsumsi ekpor terjadi karena konsumsi masyarakat luar negeri terhadap barang-barang ekspor. Tingkat permintaan yang tinggi terhadap komoditas ekspor juga harus dibarengi dengan kualitas sehingga mampu bersaing dengan yang lain. Misalnya, Indonesia harus lebih memperhitungkan daya saing dalam kegiatan perdagangan internasional. Karena kebijakan perdagangan dipengaruhi oleh kebijakan nilai tukar. Pergerakan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap perkembangan sektor rill dan moneter Indonesia. Pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah membuat harga relatif komoditas ekspor Indonesia di pasar Dunia menjadi rendah. Hal tersebut yang menyebabkan volume ekspor Indonesia di pasaran Dunia meningkat.

Oleh karena itu, rupiah melemah rezeki bagi Indonesia. Terlihat jelas bahwa peningkatan ekspor menunjukkan dampak positif sehingga Indonesia memperoleh rezeki nomplok, yaitu surplus devisa. Realitanya pelemahan nilai tukar secara keseluruhan tidak selalu memberikan dampak yang negative bagi perekonomian Indonesia. Pelaku bisnis yang berorientasi ekspor sangat di untungkan sekali ketika nilai tukar rupiah terus melemah dan posisi dollar selalu melemah.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun