Mohon tunggu...
Hamry Gusman
Hamry Gusman Mohon Tunggu... Motivator dan Penulis Buku Motivasi -

Motivator Revolusi Mental

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

4 Langkah Jitu Merubah “Mindset Offline” menjadi “Mindset Online”

28 Maret 2016   23:30 Diperbarui: 28 Maret 2016   23:49 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah kurang-lebih 6.000 orang pengemudi Taxi Blue Bird dan Express, dengan turut serta membawa armada taxi mereka, pada Hari Selasa 23 Maret 206 yang lalu, telah “melumpuhkan” lalu-lintas Kota Jakarta, dengan melakukan demonstrasi, yang berpusat di depan Gedung MPR/DPR, Jl. Jend Gatot Soebroto. Mereka menuntut agar pemerintah dapat membubarkan/menertibkan Uber Taxi, Grabcar, dan Transportasi online lainnya seperti Gojek dan Grabbike, yang dirasa terus menggerus pangsa pasar mereka.

Disatu sisi, kehadiran 100.000 armada Gojek di DKI Jakarta, dan ratusan ribu armada Grabbike, Uber Taxi, Grab Taxi lainnya, dirasakan sangat membantu masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari, karena memang moda transportasi umum di DKI Jakarta, belum dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat secara optimal.

Demi bisa memberikan solusi yang bijak bagi seluruh pihak (transportasi offline dan online), maka Pemerintah akan segera merevisi UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Raya, sehingga bisa memberikan solusi terbaik bagi seluruh komponen transportasi.

Satu hal menarik yang dapat kita petik dari meroketnya layanan transportasi online ini, yaitu mengenai pergeseran mindset masyarakat dari “mindset offline” menjadi “mindset online”. Artinya di era digital ini, telah terjadi pergeseran perilaku konsumen, terutama di kota- kota besar yang kini tidak bisa dilepaskan dari “kehidupan onlinenya” berkat merebaknya penetrasi smartphone/gadget mereka yang digunakan bukan hanya sekedar sebagai sarana komunikasi. 

Namun, banyak aktivitas masyarakat perkotaan, yang dilakukan dengan cara online, mulai dari berbelanja perabotan, pakaian, kebutuhan sehari-hari, memesan tiket pesawat, booking hotel, membaca koran, transaksi perbankan, daftar kuliah/sekolah, mengerjalan tugas kampus/sekolah/kantor, meeting online, melamar pekerjaan, menilai kinerja karyawan, mencari pembantu rumah tangga, bahkan untuk memanggil taxi dan ojekpun, sudah tidak jamannya lagi mencegat di pinggir jalan sambil kepanasan/kehujanan. Semua bisa dilakukan serba online.

Beruntunglah bagi masyarakat yang hari ini telah berhasil beradaptasi dengan dunia online, didalam setiap sendi kehidupannya, baik sebagai pedagang, karyawan swasta, ataupun PNS. Namun bagi yang belum, tidak usah khawatir, karena selama Anda mau belajar mengenai 4 Langkah berikut ini, maka Andapun juga bisa “selamat” di era digital. Untuk itu saya akan share mengenai  4 Langkah Jitu Merubah “Mindset Offline” Menjadi “Mindset Online”

1. Mau Beradaptasi

Hal utama yang harus kita lakukan untuk dapat bertahan hidup dan memenangkan persaingan di “jaman online” ini adalah ; Beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Kita tidak mungkin mengabaikan, atau bahkan melawan perkembangan teknologi yang kian marak. Maka mari kita renungkan, apakah cara bisnis kita sudah sesuai dengan perkembangan pasar yang melek teknologi ? Apakah cara jualan kita sudah pas dengan cara belanja yang dipilih oleh konsumen ? Apakah omzet kita menurun drastis karena belum menggunakan layanan online ? Apakah penghasilan kita tidak sebanding dengan competitor sejenis yang menggunakan layanan online? Bagi Anda yang PNS, apakah kinerja Anda tertinggal dibanding rekan-rekan Anda yang lebih menguasai IT ? Apakah atasan Anda meminta Anda untuk bisa lebih akrab dengan teknologi karena Anda dinilai gaptek ?

Jika kita mau beradaptasi dengan belajar hal-hal baru, khususnya yang berkaitan dengan sistem layanan online, maka besar kemungkinan kita akan bisa berada dalam kolam pasar yang “empuk”, kita akan bisa berada dalam jajaran “pemain-pemain besar” yang siap berkompetisi baik dalam bisnis ataupun karier. Namun jika kita enggan untuk beradaptasi dengan selera pasar/masyarakat yang serba online, maka bersiap-siaplah untuk “masuk kotak”

2. Siap Investasi Leher Keatas

Namanya belajar hal baru, tentunya akan tidak nyaman bukan ? Kita akan dituntut untuk memahami dunia IT walau tidak perlu secara mendalam, kita dituntut untuk memiliki smartphone yang bisa mendukung kegiatan penjualan online, bahkan perangkat laptop yang memadai untuk “go online”. Dan tak jarang kita harus berinvestasi untuk belajar mengenai dunia online, baik melalui buku-buku dan ikut kursus/seminar atau diklat di kantor.

Namun percayalah, bahwa setiap rupiah yang Anda keluarkan, setiap waktu yang Anda alokasikan,  untuk “Investasi Leher Keatas” atau investasi ilmu pengetahuan, tidak akan sia-sia. Karena tanpa investasi tersebut, mustahil Anda dapat merubah jenis layanan bisnis Anda, merubah cara kerja Anda di kantor, dan Andapun tidak mungkin dapat beradaptasi dengan baik. Maka jangan ragu lagi untuk mencari buku-buku terbaik, tempat kursus online terbaik, atau mengikuti diklat IT di kantor, atau belajar langsung dari orang-orang yang bisa membagikan ilmu dan pengalaman onlinenya kepada Anda. Sekali lagi, jika Anda tidak sungkan untuk “investasi leher keatas”, maka lihatlah hasil mengejutkan yang dapat Anda petik beberapa tahun kemudian.

3. Jangan “Gebuk” Konsumen/Masyarakat

Mengapa Uber Taxi, Grabtaxi, Grabbike dan Gojek laris manis diserbu konsumen ??? Selain menggunakan layanan online, faktor harga yang lebih murah dari taxi konvensionallah yang menjadi penentu faktor keberhasilannya. Semua layanan transportasi online itu, memberikan tarif yang fair dan transparan, karena dihitung berdasarkan jarak per kilometer, sehingga saat melakukan order, konsumen sudah tahu secara pasti, berapa biaya yang akan dikeluarkannya, hal ini sangat jauh berbeda dengan taxi konvensional yang menetapkan sistem argometer atau yang lebih parah, dengan sistem borongan, yang cenderung “menggebuk” konsumen dengan harga yang tinggi, sehingga konsumenpun cenderung kesal dan kapok.

Jika bisnis Anda mau lebih langgeng, maka jangan sekali-kali Anda “menggebuk” konsumen, walaupun Anda memiliki kesempatan untuk melakukannya. Berikanlah pelayanan yang memuaskan dengan harga yang terjangkau, karena hanya dengan memberikan yang terbaik bagi konsumenlah yang bisa menjamin kepastian laju bisnis Anda.

Hal ini juga berlaku bagi pelayanan masyarakat di tubuh birokrasi pemerintah. Saat ini, khususnya di DKI Jakarta sudah berlaku layanan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu), yang memanfaatkan IT sebagai jantung pelayanan masyarakat Jakarta, terhadap berbagai keperluan pengurusan dokumen yang dibutuhkan. Dahulu kala, sudah jamak, jika oknum-oknum aparat “menggebuk” masyarakat dengan tarif tertentu, untuk memberikan suatu layanan yang sesungguhnya gratis, atau tarif resminya jauh lebih murah dari yang diminta. Namun saat ini, jika masih ada oknum aparat yang masih berani coba-coba “menggebuk” masyarakat, maka bisa dipastikan justru kariernyalah yang akan “digebuk” oleh atasannya.

4. Aktif Memberi, Bukan Meminta

Beda “orang besar” dan “orang kecil” hanya satu ; Orang besar memberi, namun orang kecil meminta. Bukan bermaksud untuk sombong atau merendahkan saudara-saudara kita yang kurang beruntung, namun justru untuk memotivasi kita semua, bahwa filosofi tangan diatas, memang lebih baik daripada tangan dibawah. Hal ini juga yang diterapkan oleh manajemen Gojek, Grabbike, dan transportasi online lainnya, mereka tak ragu memberi diskon spesial kepada konsumennya. Gojek dan Grabbike pernah memberikan layanan promo Rp.10.000,- untuk ojek jarak dekat-jauh (25 km) kepada konsumennya, sehingga kini dengan tarif normalpun, masyarakat tetap menggunakan jasanya.

Lalu lihatlah di tubuh Pemprov DKI Jakarta, Pemkab Bantaeng Sulawesi Selatan, Pemkot Bandung, dan Pemkot Makassar, yang berlomba-lomba untuk memberi dan memberi puluhan fasilitas yang murah/gratis/mudah/cepat kepada warganya, mulai dari pengurusan dokumen pribadi, tunjangan kesehatan, pendidikan, tempat tinggal murah, menebus ijasah gratis, tunjangan masyarakat tidak mampu, pengurusan perijinan satu hari, pengurusan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dengan transparan, dan aneka layanan lainnya. Lalu apakah APBD mereka rugi ? Apakah PNS nya gajinya kecil ? Apakah Gubernur/Walikota/Bupatinya rugi ? Tidak! Justru hari ini, nama-nama Kepala Daerah di Kota yang saya sebut tadi, menjadi panutan bagi daerah lainnya, karena mereka berhasil “aktif memberi” bukan “aktif meminta”. Dan tak heran pula jika hari ini, mereka (Kepala Daerah) tersebut, banyak difavoritkan untuk menjadi pemimpin di wilayah yang lebih tinggi lagi, karena masyarakat sungguh-sungguh “jatuh cinta” pada aneka “pemberian” mereka.

Itulah ulasan mengenai 4 Langkah Jitu Merubah “Mindset Offline” Menjadi “Mindset Online” yang semoga saja dapat bermanfaat untuk meningkatkan daya saing usaha kita, baik dalam bisnis ataupun karier. Karena sehebat apapun kita, sebesar apapun omzet bisnis kita saat ini, dan setinggi apapun karier kita saat ini, jika kita gagal untuk memahami perubahan perilaku konsumen/masyarakat, maka kita berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam mengambil kebijakan/keputusan, sehingga kita akan tertinggal, dan akan banyak pihak atau pribadi lain yang berebut untuk menggeser posisi kita saat ini, dengan bekal “mindset onlinenya” yang akan selalu siap untuk melayani konsumen/masyarakat dengan sepenuh hati.

 

Hamry Gusman Zakaria

www.MotivasiIndonesia.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun