Mohon tunggu...
Sahidun Zuhri
Sahidun Zuhri Mohon Tunggu... -

SAHIDUNZUHRI. Pengarang yang mengawali debutnya di media nasional melalui Story Teenlit Magazine ini, Lahir di Magelang, 10 September 1991. Cerpennya mulai tersebar di media, lokal dan nasional. Beberapa tulisannya berupa artikel juga telah dipublikasikan di Okezone.com dan Harian Jogja. E-mail: szuhri72@yahoo.co.idAlamat: UNY Kampus Wates Jl. Bhayangkara No 7, Wates, Kulonprogo.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Malam Pergantian Tahun: Pemuda Indonesia Bermental Asu?

1 Januari 2016   10:37 Diperbarui: 1 Januari 2016   11:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa saya mendadak buntu untuk menulis panjang lebar. Pada kenyataannya proses menulis memang harus didasari dengan hal-hal yang menyenangkan. Kali ini saya buntu menulis karena saya paksakan untuk menuliskan unek-unek ini. Karena atas dasar paksaan inilah sudah pasti tulisan ini menjadi kasar. Tapi jangan dinilai dari kekasaran tulisan saya ini. Semoga para pembaca dapat memfokuskan pada pesan yang akan saya sampaikan. Agar ke depannya malam tahun baru kita bisa lebih bermanfaat bagi diri dan lingkungan.

Kemeriahan pergantian malam tahun baru telah usai. Akan tetapi malam yang seharusnya menjadi awal yang baik bagi para pemuda untuk beresolusi diri, pada kenyataannya mereka justru melakukan hal yang tidak terpuji. Apalagi kalau tidak nyampah? Sebuah perbuatan buruk yang kini seperti telah menjadi tradisi dan budaya di Indonesia. Lihat saja headline semua media cetak maupun online selepas tahun baru di Indonesia. Pastilah tidak terlepas dengan adanya pemberitaan banyaknya gunung sampah di kota-kota besar. Apakah itu pantas dilakukan oleh para pemuda? Tentnya sangat pantas karena pemuda di negara kita ini sebagian besar adalah pemuda bermental ASU.

Itulah alasan yang membuat saya malas untuk merayakan tahun baru di luar rumah. Malam tahun baru lebih berarti dirayakan di rumah bersama keluarga dan sahabat. Sekedar bakar jagung dan ikan di rumah bagi saya lebih berarti daripada harus keluar rumah melihat para pemuda bermental ASU yang apatis terhadap lingkungan. Apa gunanya mereka mengenyam pendidikan di bangku sekolah jika mental mereka ASU? Sampai kapan kalian akan seperti ini? Sebagai pemuda saya malu melihat kenyataan ini.

Ada sisi dilematis para penjual makanan di malam pergantian tahun. Di kota-kota besar, malam pergantian tahun merupakan malam yang dinantikan oleh para pedagang khususnya kuliner. Secara tidak langsung moment tahunan ini memang dapat meningkatkan ekonomi di masyarakat. Akan tetapi bebasnya pedagang makanan di malam pergantian tahun hanyalah menyisakan tumpukan sampah. Lalu apa jalan keluarnya agar bebas dari sampah? Solusinya adalah para penegak hukum, Polisi. Selama ini polisi banyak dikerahkan di kota-kota besar ketika acara malam tahun baru berlangsung. Mereka seharusnya dapat memberikan sanksi para pemuda alay yang bermental ASU. Pemuda nyampah yang bikin kita kesal setiap tahun malam tahun baru. Selain itu para penjual makanan seharusnya menyediakan plastik sampah dan menghimbau agar bungkus makanannya dibuang di tempat sampah.

Kondisi pemuda di Indonesia memang aneh. Mereka akan jera kalau diberi ancaman. Untuk itu perlulah kiranya tahun-tahun ke depan polisi harus tegas. Berilah sanksi yang membuat mereka jera. Tanpa sanksi di Indonesia tidak akan menjadi disiplin. Semoga dengan tulisan yang kasar ini para alay yang membaca bisa sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Lingkungan yang bersih adalah cerminan manusia yang bersih. Jika lingkungan itu kotor dan bahkan disengaja menjadi kotor pantaslah orang itu disebut bermental ASU. Kalau mereka marah dikatakan bermental ASU ya saya sebut bermental BABI. Babi lebih buruk bukan?

Memang tidak semua yang apatis terhadap lingkungan, tapi sebagian besar apatis terhadap lingkungan. Mungkin hanya ini unek-unek yang saya sampaikanl. Sekali lagi, fokuslah pada pesan yang saya sampaikan. Jangan fokus pada cara saya menuliskannya. Seperti yang sudah saya katakana tadi, tulisan saya kasar karena kondisi saya yang dongkol.

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun