Mohon tunggu...
Suyatno Suyatno
Suyatno Suyatno Mohon Tunggu... -

Dosen Universitas Negeri Surabaya untuk Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Telah menulis 12 buku sastra dan pendidikan sampai 2012. Aktif di Gerakan Pramuka Kwarda Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Ditebang, Pohon Langka Nagasari di Candi Kedaton Trowulan?

7 November 2014   14:43 Diperbarui: 4 April 2017   16:59 5043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya sangat terkejut melihat pohon besar dengan diameter kira-kira 60 cm, di sebelah sumur tua candi Kedaton atau Sumur Upas di Trowulan Mojokerto, situs Majapahit, tinggal bonggol saja. Pohon itu bernama Nagasari yang berkategori langka. Yang ada saat ini adalah tunas kecil di sisi luar bonggol itu. Terlihat bekas ayunan kapak memotong pohon itu. Mengapa pohon langka Nagasari turut ditebang hanya untuk memasang atap peneduh situs itu?

Saat itu, Minggu, 2 November 2014, pukul 15.00, rombongan peserta Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Dasar (KPD) Nasional yang diselenggarakan di Jawa Timur tiba di kompleks candi Kedaton, setelah mengunjungi 9 situs lainnya di Trowulan. Di kompleks itu, rombongan sejumlah 45 orang itu mengamati sekeliling situs. Lalu, penjaga memberikan penjelasan tentang candi Kedaton. Saya sebagai pemandu peserta menyelonong ke sumur tua. Terlihat, air sumur yang konon tidak pernah kering, saat itu terlihat tidak ada airnya. Kemudian, saya mengamati sekitar sumur tua itu, ternyata, ada satu pohon yang saya kenali bahwa itu Nagasari terlihat telah ditebang. Siapa yang menebangnya?

Kayu Nagasari dalam mitos Hanoman mengintai Dewi Sinta saat diculik Rahwana digunakan sebagai pohon untuk bersembunyi. Hanoman mengintai dengan duduk di dahan pohon Nagasari itu. Pohon Nagasari sangat susah untuk tumbuh cepat karena ketika ditanam 5 tahun saja, pohonnya baru berdiameter 3 cm. Saya menduga, pohon Nagasari di kompleks candi Kedaton berusia sama dengan usia candi itu. Dahulu kala, menurut cerita orang tua, kayu Nagasari dipakai untuk sarung (warangka) keris sebelum kayu sawo saat ini. Kayu Nagasari sangat ringan tetapi keras. Jika digosok, kayu Nagasari akan menampakkan kilauannya. Siapakah yang menebang kayu itu?

Kata seorang teman, mantan jurnalis Jawa Pos, bisa jadi yang menebang adalah orang yang mengerti tentang kayu itu lalu dijualnya. Benarkah? Jika merunut dari bekas tebangannya, kayu itu ditebang dengan cara manual, yakni dengan kapak bukan gergaji mesin. Tentu, saat menebangnya, akan terdengar suara kapak dan tetangga kanan-kiri bisa jadi mendengarnya. Sayang, saya tidak menanyakan perihal penebangan itu ke tetangga sebelahnya.

Kayu Nagasari pernah pula saya jumpai di Taman Narmada Mataram Lombok, sebagai kompleks peninggalan raja-raja dahulu di lokasi itu. Terlihat kayu itu berdiri gagah dengan diameter yang sangat besar. Ada beberapa Nagasari yang memayungi taman itu. Pohon itu sebaiknya dilindungi karena sudah langka seperti kayu Cendana di NTT.

Konon, dari dunia mistis, kayu Nagasari menunjukkan adanya karakter kayu yang untuk karisma, spirit, ego, vitalitas (power) seks dan love. Karena itu, Nagasari disebut sebagai kayu pelet. Menurut maternitas pelaku spiritual, Nagasari diyakini sebagai kayu yang mudah menyerap energi ketika pengguna kayu tersebut sedang membaca mantra, aurad atau doa-doa tertentu. Manfaat energi kayu nagasari mempunyai fadhilah  kewibawaan, keharmonisan rumah tangga, meningkatkan kharisma (daya tarik). Kualitas Kayu nagasari dari foetus tengah fencing keras yang biasa disebut galih kayu nagasari mempunyai kualitas khowas mapun fisik yang lebih berkualitas. Lalu, benarkah sengaja ditebang? Lalu, siapa yang menebangnya?


Candi Kedaton di Trowulan tentu akan lebih memberikan daya wisata jika dilengkapi dengan kayu kuno Nagasari itu. Namun, kini, kayu itu tinggal sisa setinggi 50 cm, bekas tebangan dengan kapak. Sebaiknya, sisa itu jangan dimusnakan untuk bahan pelengkap cerita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun