Orang Minang (SUMBAR) senang berbicara dengan menggunakan bahasa khiasan. Banyak sekali perumpamaan – perumpamaan yang dipakai untuk mennjukkan suatu sifat atau perangai tertentu. Apa saja bisa menjadi bahan untuk diumpamakan sebagai bahasa khias. Mungkin karena falsafah orang Minangkabau “Alam takambang jadi Guru” (Red: Alam terkembang jadi guru) yang maknanya kita harus belajar dari alam, karena alam telah mengajarkan manusia banyak hal. Tinggal manusia itu harus berfikir apakah ia mampu membaca isyarat dari lingkungan alam tempat manusia bernaung.
Dari sekian banyak bahasa khias yang dipakai di ranah Minang, ada yang saya suka yaitu kalimat seperti yang tertulis pada judul “ Anak pisang dan Anak Batu lado” Dua perumpamaan ini adalah penggambaran dua karakter yang berbeda. Yaitu bahasa khias untuk menunjukkan perilaku seorang anak terhadap orangtuanya, terutama terhadap ibu. Anak pisang dalam arti yang sebenarnya anda pasti tahu. Sedangkan anak batu lado, lado dalam bahasa Indonesia berarti cabe, batu lado wadah yang terbuat dari batu tempat orang menggiling cabe (ulekan cabe).
Saya ingin mengajak anda semua untuk sejenak mengamati bagaimana pisang yang tumbuh di belakan rumah anda, atau di kebun milik tetangga jika anda tidak punya, karena walaupun anda menyukai buah pisang tapi mungkin saja anda belum pernah melihat pohon pisang. Pisang termasuk tumbuhan herba dari kelas monocotyledone. Iadapat tumbuh pada tanah yang kaya humus, di Indonesia anda dapat menemukannya dengan sangat mudah karena ia bisa hidup di daerah tropis. Orang Sumatera Barat sangat pantas mengambilnya sebagai sebuah perumpamaan Karen selain ia merupakan tanaman yang bermanfaat, cara hidupnya juga hebat. Pisang ketika memiliki anak, anaknya akan tumbuh tidak jauh dari induknya. Biasanya anak pisang tidak tumbuh hanya satu tetapi ada banyak, dan semuanya berkumpul di sekeliling induknya. anak pisang adalah sebuah penggambaran yang sempurna bagi perilaku anak yang sangat menyayangi ibunya. Anak yang berbakti kepada orang tua karena ia siap sedia menjadi pelindung bagi ibunya.
Sementara anak batu lado adalah sebuah penggambaran yang pas bagi seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Coba anda perhatikan bagaimana anak batu lado (ulekan cabe) menggilas induknya, tanpa ampun tanpa kasih sayang ia menginjak-injak induknya. Begitulah penggambaran anak yang tidak tahu balas budi, yang suka melawan orang tua. Di zaman sekarang tentu saja mencari anak-anak yang suka membantah orang tua bukanlah persoalan sulit, di sekitar kita saja banyak. Atau malah jagan-jangan anak kita sendiri yang berprilaku seperti anak batu lado. Atau mungkin kita sendiri, tapi saya berharap semoga saja tidak.
Seperti perumpamaan orang minang di atas, jika hari ini anda adalah seorang anak jadilah seperti anak pisang, jangan seperti anak batu lado. Dan jika saat ini anda adalah seorang ibu jadilah seorang ibu yang mengajarkan prinsip-prinsip alam terhadap anak anda, sehingga ia bisa belajar dan membaca yang tersirat dari alam.
Selamat belajar…
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI