Setelah itu dia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kampus yang menjadi pilihanya adalah Universitas Muhammadiyah Gresik. Disini dia belajar untuk mendapatkan pengalaman sebanyak-banyaknya. Dia bersedia diajak oleh kakak kelasnya saat kuliah. Dia diajak untuk datang ke sekolah-sekolah. Hal ini tentu untuk bisa mengenal lebih banyak orang dan menambah pengalaman.
Saat itu, dia pernah mengikuti seleksi sebagai pemateri bedah soal standar ketuntasan lulusan (SKL) ujian nasional (UN) untuk mata pelajaran bahasa inggris. Penempatannya yakni di provinsi Nusa Tenggara Barat. Singkat cerita dia bisa diterima sebagai pemateri. Dia mengira pelatihan ini adalah untuk membimbing siswa-siwa SMA. Ternyata anggapan itu salah. Dalam program itu yang dibimbing bukan siswanya. Tetapi guru-guru bahasa inggris yang ada disana.
Tentu ada sesuatu yang harus dikorbankan atau dibayarkan untuk bisa memenangkan seleksi tersebut. Sebagai pemudi saat itu, dia tentu telah mengorbankan waktu untuk bersantai-santai dengan teman-temannya. Mulailah dia mengambil les privat yang biayanya mahal dari kakak seniornya.Â
Tentu tujuannya hanya satu yakni agar pengetahuanya bisa semakin bertambah. Menurutnya tidak apa-apa mengeluarkan biaya mahal demi suatu ilmu yang bermanfaat untuk orang lain. Harta yang habis masih bisa dicari lagi. Sementara ilmu yang dia dapat akan bermanfaat yang bisa menjaga dirinya nanti.
Saat lulus kuliah dia mengajar di SMK Muhammadiyah 1 Gresik sebagai guru bahasa inggris. Selain itu dia juga mengajar dibeberapa lembaga pendidikan lainnya. Ada suatu keinginan yang mengganjal di hati. Dia ingin menjadi perempuan yang berpendidikan tinggi. Sehingga bisa mengangkat derajat keluarganya. Miss Fitry ingin melanjutkan kuliah lagi di jenjang pasca sarjana.Â
"Bagaimana biaya kuliah yang harus ditanggungnya?"Â
"Apakah dia harus meminta bantuan biaya kuliah tersebut kepada kedua orang tuanya?"Â
Ternyata jawaban untuk pertanyaan pertama adalah dia harus bekerja untuk bisa menanggung biaya kuliah. Sementara untuk jawaban kedua, miss Fitry tidak mau merepotkan kedua orang tua dalam menanggung biaya kuliahnya. Dia punya prinsip untuk sebisa mungkin tidak merepotkan perekonomian keluarga. Malahan kalau bisa dia yang membantu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Tentu biaya kuliah di pasca sarjana itu mahal. Terutama bagi lulusan s1 yang masih mencari pekerjaan sesuai dengan passion dan gaji yang cukup. Biaya kuliah untuk tiap semesternya yakni sebesar sepuluh juta rupiah. Sehingga pintar-pintarnya miss Fitry untuk bisa membagi waktu antara kuliah dengan bekerja. Kedua aktivitas ini adalah kewajiban yang harus dijalani dengan baik.Â
Jika biasanya saat kita pergi ke restaurant adalah untuk makan-makan bersama teman. Namun berbeda dengan miss Fitry. Pernah suatu ketika phonsel miss Fitry mati kehabisan baterai. Sehingga dia harus ke restaurant untuk menge-cash phonselnya. Hal ini agar bisa mengabari keadaanya untuk keluarga yang ada di rumah. Hal itu dilakukan saat kuliah s-2 di Unesa. Kejadian tersebut terekam di status medsosnya saat itu.Â
Selain berprofesi sebagai pengajar bahasa inggris, miss Fitry juga menerima panggilan sebagai mc (pembawa acara) seperti pada pesta pernikahan, pengajian, dan juga acara seminar. Sebagai pekerja paroh waktu, tentu waktu bekerja sebagai MC waktunya fleksibel sekali. Hingga pernah suatu waktu dia mendapatkan undangan sebagai MC untuk acara pernikahan. Saat itu dia selesai mengajar di sekolah. Hingga kemudian dia langsung menuju ke acara pernikahan. Baju dan dandanya langsung disiapkan disana oleh tuan rumah yang mengundangnya.