Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Heboh Wacana Mendiknas UN Penentu Kelulusan Siswa

5 Mei 2018   06:33 Diperbarui: 5 Mei 2018   11:19 2587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi Ujian Nasional untuk kembali menjadi syarat kelulusan. Hal ini disebabkan rendahnya nilai UN pada pelaksanaannya tahun ini. Harapanya kedepan ada suatu wacana kalau UN akan dijadikan lagi sebagai penentu kelulusan siswa disekolah. Hal ini bertujuan agar mereka ada ketakutan jika tidak belajar dan lebih termotivasi lagi untuk belajar. (kompas.com/4-5-2018)


Apabila hasil UN menjadi persyaratan kelulusan siswa lagi. Maka pendidikan kita akan kembali ke masa lima tahun yang lalu. Ujian nasional akan menjadi sesuatu yang ditakuti oleh siswa lagi. Apalagi jika harus menggunakan komputer dalam pengerjaannya. Maka kejujuran siswa dalam mengerjakan soal UN dapat terjamin keaslian nya.

Hasil UN SMA mata pelajaran matematika tahun ajaran 2018 kurang memuaskan. Saya melihat nilai anak-anak di bimbel kami. Nilainya rata-rata dibawah 70. Tentu kami sebagai tutor berusaha untuk melihat kembali apa yang telah kami berikan kepada anak-anak sebelum ujian.

Kebiasaan dibimbel kami, siswa tidak pernah salah. Karena mereka adalah yang membayar kami. Apa metode penyampaian yang kurang bisa dipahami siswa. Atau juga faktor kesiapan tutor dalam mengajar yang kurang maksimal. Hal itu yang akan menjadi perbaikan tim matematika untuk tahun ajaran berikutnya.

Pimpinan bimbel kami tidak akan menyalahkan tutor. Namun berusaha untuk selalu mengintrospeksi diri. Mungkin sistem yang dijalankan yang kurang baik. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar nya. Solusinya adalah dengan membuat modul yang lebih baik dan lengkap untuk tahun depan.

Ketika UN menjadi Penentu Kelulusan
Teringat saat saya masih kelas 3 SMP. Saat itu Mendiknas dijabat oleh Bapak Bambang Sudibyo. Kebijakan UN saat itu sebagai persyaratan kelulusan siswa. Hal ini tentu membuat saya dan teman-teman takut untuk menghadapi UN. Persyaratan nilai kelulusanya masih kecil. Nilai minimal tiap mapel adalah 4,5 dan rata-rata ketiga mapel harus 4,26.

Apabila tidak lulus harus mengulang sekolah lagi selama setahun dengan adik kelas. Tentu saya tidak bisa membayangkan rasa malu jika tidak lulus. Pilihan ke dua, bisa mengikuti ujian paket b (setara SMP). Tentu tidak adil rasanya. Jika ada anak yang sekolah selama tiga tahun. Tinggal akhirnya saja, mereka harus tidak lulus UN. Dan harus dihadapkan pada dua pilihan yang sulit.

Pelajaran yang paling saya takuti adalah matematika dan bahasa Inggris. Pelajaran matematika banyak sekali rumus yang dihafal. Dan harus mempelajari tipe soal yang keluar pada tahun sebelumnya. Sementara bahasa Inggris, saya mengartikan kosa kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

Ujian sebagai Latihan Diri
Ujian itu pasti tidak enak. Kita bisa mempersiapkannya dengan baik. Agar bisa melewati kesulitan dalam mengerjakan soal-soal UN.

Ketika kita akan berpergian kesuatu tempat yang belum diketahui. Tentunya kita harus membawa peta petunjuk jalan dan bekal diperjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun