Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Suka dan Duka Merawat Jenazah

17 April 2018   01:24 Diperbarui: 18 April 2018   08:33 4126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah sekitar dua puluh tahun saya membantu memandikan jenazah keluarga tetangga yang lagi kesusahan. Dan biasanya, ada tanda badan yang tidak enak rasanya, sebelum atau sesudah ada orang meninggal. Awal-awal dulu biasanya diberi amplop secara sukarela. Tetapi saya lebih sering menolaknya secara halus. Belakangan sudah tidak lagi.  Walaupun kalangan tertentu tetap memberi". Tuturnya.

Menurut Robitoh ada suka dukanya dalam merawat jenazah. Sukanya yaitu bisa membantu meluruskan banyak hal yang sebelumnya sudah menjadi kebiasaan di masyarakat, tetapi tidak betul menurut syariat. Selain itu, menurutnya bisa meringankan beban keluarga mayat, terutama bagi yang belum pernah mengalami musibah semacamnya.

Beliau juga bisa mengambil banyak hikmah dari bermacam-macamnya kejadian orang meninggal. Ada jenazah yang kondisi tubuhnya bersih sekali, walaupun selama hidupnya punya penyakit diabetes (kencing manis), yang sewaktu masih hidup biasanya berbau. Ada pula yang berbau tidak sedap,  walaupun selama hidupnya tidak punya penyakit diabetes. Aneh bukan?

Ternyata prosesi perawatan jenazah itu berbeda-beda. Ada yang satu setengah jam sudah selesai. Tetapi ada juga yang tiga sampai empat jam baru selesai. Menurutnya banyak sekali hikmah yang dapat kita jadikan teladan dan tolok ukur untuk diri sendiri atau disampaikan kepada orang lain. Yang membuat kita semakin bisa berbuat lebih bijaksana dalam menyikapi semua hal.

"Dukanya itu adalah saya belum bisa melaksanakan tugas secara menyeluruh di pelosok desa Penompo, karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang saya miliki. Tetapi alhamdulillahnya,  Ghufron yakni suami saya bisa menggantikan tugas saya dengan baik."

Harapannya adalah semakin banyak orang yang mampu melakukan perawatan jenazah secara mandiri bersama keluarganya masing-masing. Sehingga kewajiban yang seharusnya dibebankan kepada keluarga yang ditinggalkan.  Tidak harus di bebankan sepenuhnya pada perorangan yakni pemandi jenazah. Karena jika ada kekurangan di dalam raga seorang mayat. Beliau mengkhawatirkan nanti diketahui khalayak umum jika yang merawat terlalu banyak orang.

Kesimpulan beliau mengenai jenazah orang yang telah meninggal adalah Jika kondisinya baik dan tidak terlalu lama dalam perawatannya,  berarti dia orang baik,  apapun kata orang. Dan juga sebaliknya, bila kondisinya kurang baik dan perawatannya agak lama. Mungkin orang itu kurang baik ketika hidup didunia. Karena ternyata tidak semua yang menurut pendapat orang itu baik,  itu betul-betul baik,  dan sebaliknya. 

Sehingga penulis menyimpulkan bahwa hanya Allah SWT yang tau isi hati hambanya. Dan semua amal ibadah itu bisa diterima atau tidak tergantung dari hak preogratif-Nya Allah SWT. Semoga kita semua ketika wafat dalam keadaan khusnul khotimah. Keadaan wafat dengan keadaan yang terbaik yakni suci dan tidak melakukan kegiatan yang dilarang-Nya. Amin

Semoga Bermanfaat

Mojokerto, 17-04-2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun