Mohon tunggu...
Ega Jalaludin
Ega Jalaludin Mohon Tunggu... -

just ordinary peaple tryng to exstra ordinary

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Mahasiswa dalam Peradaban Pendidikan Bangsa

1 Mei 2013   19:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:17 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai anak bangsa kita semua mendambakan terwujudnya masyarakat dan bangsa Indonesia yang cerdas dan berbahagia serta makmur melalui pendidikan nasional. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan sistem pendidikan yang meng-indonesia-kan.

Pentingnya pendidikan tinggi seharusnya tidak hanya sekedar sadar atau reseptif akan kemajuan ilmu dan teknologi masa depan, tetapi seharusnya pendidikan tinggi pun berfungsi untuk membenahi tingkat pendidikan di bawahnya. Paradigma yang ada pada beberapa bagian aktivitas para mahasiswa senantiasa dihabiskan dengan hanya belajar dikelas, menerima dan mengerjakan tugas dan bermain.  Begitulah pemandangan suram yang sering kita lihat dalam dunia kampus. Barangkali, apabila karena faktor internal (karena mahasiswa itu sendiri) maka bisa kita maklumi. Akan tetapi apabila hal ini karena akibat sistem yang membuat mereka seperti itu dalam kehidupan kampus, maka bukan waktunya lagi mahasiswa untuk diam dan jalan ditempat.

Mari kita cermati, akibat tepenjaranya gagasan-gagasan mereka (mahasiswa) yang cerdas,maka tidak heran apabila kita melihat berbagai organisasi mahasiswa hanya terlihat nampak hidup dalam kampus (action in the box) bagaikan lembaga seminar, komunitas pembuat proposal, tempat mengobrol  dan lain sebagainya. Walaupun begitu, ditengah meningkatnya atmosfer wabah ‘hedonisme’ yang menjangkit para mahasiswa masih kita lihat dan menemukan sosok-sosok mahasiswa idealis yang walaupun mereka kaum minoritas tapi peran mereka mayoritas dalam memberikan solusi terhadap masalah yang ada, tentunya dengan kecerdasan pembuatan kebijakan-kebijakan yang mereka buat.

Mahasiswa adalah agen of change (agen pe-ubah), agen pembelajar. Kampus adalah sebuah sumber yang menjadi muara tempat menimba ilmu membutuhkan dua bahan dasar utama; mahasiswa dan sistem

Menuju Gerakan Pemecahan Masalah Sosial

Mahasiswa dikampus yang masih aktif kuliah disebut dalam tataran “experiment to learn” sementara dalam kehidupan masyarakat, mahasiswa diajarkan “experiment to action” dan ketika mereka benar-benar lulus dari kampus dan membaur dengan masyarakat maka itulah saatnya “given the real contribution”, bukan waktunya experiment lagi. Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk merubah wacana menjadi aksi nyata yang diharapkan mampu memberikan jawaban atas keterpurukan bangsa (red).

Pendidikan diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup yang melingkupinya. Fidaus M. Yunus (2004) menyampaikan keresahannya dalam buku “Pendidikan Berbasis Realitas Sosial”, secara gamblang dia menuturkan mengenai fenomena penyelenggaraan pendidikan yang hanya sekedar “transfer of knowledge“ sehingga kurang menyentuh aspek riil permasalahan masyarakat. Perbincangan diseputar pendidikan adalah pada hakikatnya perbincangan mengenai manusia itu sendiri, artinya perbincangan diri sendiri sebagai yang berhak mendapatkan pendidikan.

Terdapat tiga “saham pendidikan” yang itu menjadi bahan dasar miniatur pendidik formal, yaitu : a). mahasiswa sebagai agen pembelajar, b). sistem sebagai rule and law, dan c). kampus yang menjadi muara tempat mereka menimba ilmu. Sebagai sebuah bangunan, kampus membutuhkan dua bahan dasar utama : akademisi (mahasiswa) dan sistem.  Apabila ketiga “saham pendidikan” ini (kampus, sistem dan mahasiswa) telah bersinergi menuju kematangannya maka dengan penuh kebanggaan, mereka (mahasiswa) harus di antarkan dengan karpet merah untuk melakukan misi selanjutnya, yaitu “Ekspansi Akademik” agar keluar dari kampus dan menyatu dengan realitas sosial., karena proses kebangkitan sebuah bangsa pertama-tama harus dipandang sebagai sebuah peradaban yang besar dan kompleks yang tentunya mencangkup masyarakat luas.

Potensi-potensi yang dimiliki mahasiswa merupakan ‘amunisi mutakhir’ dalam pemberantasan problematika yang ada dalam masyarakat terutama dalam lingkup pendidikannya. Mereka yang sudah tercerahkan dari dunia kampus harus melakukan pencerahan kembali kepada masyarakat yang mana dengan segala keterbatasannya, masyarakat tidak bisa mendapatkan pencerahan itu dikampus. Dengan program pemberdayaan manusia diantaranya Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM), Praktek Pendidikan Lapangan (PPL) sebagai aset permanen, dan banyak program lain yang dapat dilakukan mahasiswa dalam membantu masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Jika sudah demikian, mungkin tidak terlalu memaksakan apabila kita mengatakan bahwa mahasiswa merupakan ikut andil memegang saham kebangkitan!

Pada akhirnya, bagaimanapun keadaannya, seperti tertuang dalam sebuah hadits : “inna fii yaadi subba(n) amrul ummah”, ditangan para pemuda (mahasiswa) lah masa depan sebuah bangsa. Penulis yakin mahasiswa bisa mewujudkan ini semua. YAKUSA (Yakin Usaha Sampai)

Daftar Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun