Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Air Mata

11 Mei 2025   05:24 Diperbarui: 11 Mei 2025   05:52 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Air Mata | Vatican News

"Itulah momen ketika kesunyian lebih keras daripada suara siapa pun. Tuhan hadir di ruang itu."
- Jurnalis Vatikan, dalam laporan reflektifnya

Transformasi yang Tak Terlihat Kamera

Simbolisme ruang ini sangat kuat. Ia menandai titik balik dalam hidup seorang manusia biasa yang kini harus memikul beban spiritual dan moral atas lebih dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia.

Di sini pula, sang Paus memilih untuk melangkah sebagai pemimpin, bukan karena ia merasa mampu, melainkan karena ia dipanggil.

"Ia datang sebagai manusia, dan keluar sebagai simbol harapan umat dunia."
-Petugas Museum Vatikan

Mengapa Disebut Ruang Air Mata?

Nama itu bukan rekaan. Banyak yang menangis di dalam sana. Air mata yang jatuh bukan karena takut semata, tapi karena kesadaran akan tanggung jawab luar biasa: memimpin Gereja di tengah dunia yang terus berubah.

Beberapa menangis karena merasa tak layak. Beberapa karena rindu akan hidup lamanya. Tapi kebanyakan, karena tersentuh oleh cinta yang tak terkatakan dari umat yang kini harus mereka layani.

Akhirnya, Sebuah Awal

Setelah beberapa saat di Ruang Air Mata, Paus melangkah ke balkon. Dunia menyambutnya. Tepuk tangan membahana. Tapi hanya Paus itu yang tahu: semuanya dimulai dari sebuah ruang sunyi yang menyambut air mata pertamanya sebagai Paus.

Ruang itu akan tetap diam, menanti Paus berikutnya. Tapi bagi mereka yang pernah masuk ke sana, ruang kecil itu akan selamanya besar di hati mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun