Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Indonesia Kunci Penyelesaian Rohingya

21 Agustus 2012   13:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 6180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku Rohingya adalah penduduk beragama Islam Sunni yang tinggal di wilayah Arakan Myanmar (Burma). Tercatat ada ±950.000 penduduk Rohingya hidup di Myanmar dan mereka merupakan penduduk minoritas dari sebagian besar penduduk Myanmar yang beragama Buddha dan mereka berada di sepanjang perbatasan dengan Bangladesh dan berbatasan juga dengan Thailand-Myanmar. Suku Rohingya ini adalah masyarakat muslim yang selama ini hidup bermasyarakat tanpa diakui dan diberikan kewarganegaraan oleh Pemerintah Myanmar. Selama ini memang suku Rohingya sengaja diterlantarkan dan dimiskinkan oleh pemerintah Junta Militer dalam kepemimpinan Presiden Jenderal UThein Shein. Memperparah permasalahan etnis-genocide ini adalah pernyataan resmi Jenderal UThein Shein "Bagi muslim Rohingya perlu dicari negara ketiga untuk tempat tinggal mereka" Artinya adalah Presiden Junta Militer secara langsung telah mengusir warga suku Rohingya dari Myanmar. Sementara pemerintah UThein Shein tidak sama sekali melakukan upaya diplomasi tentang negara ketiga tersebut. Bagi suku Rohingya tentu senang-senang saja apabila ada negara ketiga yang menerima dibandingkan dengan tekanan dan kesengsaraan di Myanmar sendiri selama ini. Apalagi pengalaman tidak adanya kepastian hukum dan hidup bagi kaum Rohingya berada di Myanmar. Penyelesaiannya tidak semudah itu, apakah negara ketiga mau menerima penduduk sebanyak itu ? Akibatnya pernyataan UThien Shien itu diartikan oleh masyarakat Myanmar dan militer sebagai pembenaran genocide.

Permasalahan etnis-genocide Rohingya yang telah terjadi di Myanmar terutama di wilayah Arakan dan mencuat keras pada kisaran bulan Juni 2012, berdekatan dengan Aung San Suu Kyi memenangkan pemilihan parlementer Myanmar. Menurut BBC-London, sudah ± 650 orang tewas dan ribuan orang lainnya luka-luka. Beberapa sumber mengatakan bahwa lebih dari 20.000 warga muslim Rohingya tewas oleh serangan kelompok non-muslim "teroris-Buddha" yang di dukung Junta Militer Myanmar. Ada puluhan ribu etnis Rohingya terpaksa menyelamatkan diri mengungsi kedaerah aman yang tidak pasti dapat menjamin kelangsungan dan keselamatan hidup muslim Rohingya. Disamping itu pihak teroris Buddha dan militer terus melakukan ancaman pemukulan, membunuh etnis Rohingya. Banyak korban yang tewas dan luka-luka serta yang mengungsi dan angkanya tidak ada yang mendekati akurat. Hal ini bisa terjadi karena ketertutupan pemerintah Myanmar selama ini terhadap media. Anggapan sebagai warga asing kepada etnis Rohingya oleh mayoritas warga Buddha Myanmar sudah lama terjadi bahkan kerusuhan di Rokhne/Arakan berdasarkan pemberitaan BBC-London yang mewawancarai Zhohara Khatun seorang suku Rohingya dikatakannya justru penyerangan suku Rohingya melibatkan banyak aparat militer. Pada saat itu semua penggiat HAM dunia berdiam diri dan tidak terketuk hati mereka melihat dan mau mengangkat permasalahan Rohingya sebagai pelanggaran HAM berat. Apakah karena suku Rohingya beragama Islam ? Sehingga tidak perlu diperhatikan dunia secara cepat ?  Seandainya suku Rohingya beragama Buddha tentu tidak ada penekanan, penindasan dan pemiskinan serta pernyataan harus pindah kenegara ketiga oleh U Thien-Sien.

[caption id="attachment_201330" align="aligncenter" width="435" caption="Sulitnya Mensolusi Konflik Etnis Yang Dipicu Pernyataan Presiden Myanmar UThien Sien"][/caption]

Permasalahan Rohingya ini sebenarnya sudah lama dan berkali-kali terjadi sebelumnya (sejak tahun 1942 hingga kini), bahkan ada para pengungsi suku Rohingya dipenampungan yang sudah selama 3 tahun lebih berada di Indonesia. Mereka mengatakan tidak akan mau kembali ke Myanmar karena tidak ada kepastian legalitas dan hidup layak di Myanmar, bahkan mereka meminta kepada PBB dan UNHCR agar ditempatkan kepada negara ketiga sebagai penerima yang ikhlas.

Islamophobia Kemungkinan Kuat Ada Dibalik Kasus Rohingya ?

Isu yang selalu dikumandangkan tentang minoritas Islam akan selalu mengadakan perlawanan terhadap pemerintah serta adanya keterlibatan etnis Rohingya dengan Al Qaeda dan adanya keterkaitan dengan Islam Moro di Philipina, mungkin merupakan picu inspirasi dan bayang ketakutan bagi pemerintahan Myanmar untuk menindas etnis Rohingya. Atau memang propaganda Islamophobia ini sengaja dikembangkan pihak tertentu yang selalu melakukan konspirasi kepada pemerintah Myanmar agar terjadi konflik yang bisa meluas dalam jangka panjang. Standar ganda yang terlihat dari berbagai tokoh HAM dan kepala Negara dibawah pengaruh negara paman Sam, memicu pula kecurigaan kita tentang pembiaran penindasan terhadap etnis Rohingya yang beragama Islam.

Seperti salah satu tokoh prodemokrasi dan kemanusian (HAM) di Myanmar Aung San Suu Kyi justru mendukung tindakan biadab yang terjadi di negaranya. Dia juga sebagai pemimpin National League for Democracy (Persatuan Nasional untuk Demokrasi) dan dia juga sangat banyak menerima penghargaan dari aneka lembaga serta organisasi tingkat dunia. Bahkan Direktur Human Rights Watch untuk Asia, Brad Adams, juga menyesalkan sikap  Aung San Suu Kyi yang justru tidak mau berbicara soal Rohingya. Terutama saat dia berkunjung ke London, Dublin, Paris, dan Oslo. "Suu Kyi telah melepaskan peluang untuk membangkitkan isu mengenai HAM yang terjadi dinegaranya sendiri," katanya. (voa-islam.com)

Pernyataan berstandar ganda yang sangat buram juga disampaikan Presiden SBY yang berbicara tentang Muslim Rohingya. Setelah beberapa kalangan mendesak agar dirinya memberikan pernyataan pers terhadap nasib kaum Muslimin etnis Rohingya di Myanmar, Sabtu (4/8/2012) bertempat di kediaman pribadinya di Cikeas, Jawa Barat, Presiden SBY berbicara persoalan yang menyita perhatian dunia tersebut.

Dalam keterangan persnya, SBY menyatakan "tak ada genosida (pembantaian massal) terhadap Muslim Rohingya di Myanmar". Lanjutnya, "Sejauh ini tidak ada genosida," ujarnya. SBY menjelaskan, konflik yang terjadi di Myanmar tersebut serupa dengan peristiwa yang pernah terjadi di Poso, Sulawesi Tengah. (arrahmah.com). SBY berani berkata demikian adalah setelah adanya reaksi dari AS tentang Rohingya.

13455562641905325464
13455562641905325464
Islamophobia Di Amerika dan Eropa. Ketakutan Yang Tidak Bedasar Serta Takut Kepada Bayangan Sendiri Serta Melanggar HAM   (time.com ; gawker.com)

Menurut sumber (lensaindonesia.com), Jusuf Kalla (JK) bersama tim PMI berhasil masuk ke lokasi pemukiman Muslim Rohingya di Siwee kota Rakhine. Hal ini rupanya mengagetkan banyak negera-negara Islam dunia dimana dari semua organisasi kemanusaan dunia selalu gagal untuk menembus blokade Junta militer Myanmar. Ternyata JK dan PMI mampu memberi keyakinan kepada pemerintah Myanmar sehingga menjadi misi kemanusiaan pertama yang bisa diizinkan masuk kelokasi pemukiman. Kejadian ini juga mencuatkan nama Indonesia menjadi negara pertama yang mengirimkan bantuan kemanusiaan masuk ke Myanmar. Pernyataan ini disampaikan oleh Vice Chairman Committee for ASEAN Youth Cooperation, KRT Abhiram Singh Yadav, Ahad (12/08/2012)

Keberhasilan JK ini, bisa dijadikan pijakan untuk menyelesaikan selanjutnya permasalahan Rohingya ini. Hubungan diplomasi yang baik antara Indonesia dengan Myanmar dan sesama anggota ASEAN dapat memposisikan Indonesia sebagai negara pensolusi konflik. Apalagi Indonesia adalah merupakan negara berpenduduk Islam terbesar didunia serta juga sebagai negara yang telah sukses menjalankan demokrasi dan termasuk ketiga didunia. Atas dasar inilah Indonesia dapat melakukan upaya pensolusi permasalahan Rohingya di Myanmar dan dipastikan pemerintah Junta Militer Myanmar akan menerimanya tentu disertai dengan kemampuan tekanan dari dunia Internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun