“Jika Kau Bukan Seorang Raja, Maka Menulislah ...!!!” Sang Hujjatul Islam, Imam al-Ghozali
Kreativitas menulis kian berkembang menjadi wacana umum tanpa batas, dahulu menulis hanya bisa dibaca lewat batu-batu prasasti ataupun lontar pada masa Majapahit, namun kian berkembangnya zaman kian mempermudah para penulis untuk mempublikasikan karyanya, dan diserap banyak manusia dimanapun mereka berada.
“Menulis itu memperpanjang usia” begitu papar Shohibul Izar di sekolah binaannya Tunas Harapan, Jum’at (03/05), salah satu sekolah komunitas yang berada di Bajulmati, Malang Selatan.
Menurutnya, menulis selain aktivitas penghalang lupa, usia sang penulis bisa bertambah, pasalnya, jika sang penulis sudah meninggal, tulisannya masih bisa dikenang dan tidak akan hilang. Secra otomatiis usia penulis lebih panjang dari pana orang meninggal tanpa meninggalkan sebuah karya.
Kitab-kitab orang zaman dulu contohnya, “Ikhya’ Ulimuddin” kita sangat akrab dengan Imam Ghozali, seperti Kiai kampung yang sering memberi wejangan-wejangan saat pengajian karena kutipan-kutipan dalam karangannya sering di gunakan, padahal dapat dipastikan masyarakat tau sosok hujjatul Islam itu sebatas nama, namun sosok kharismatik Imam Ghozali sudah tidak asing di kalangan masyarakat muslim dengan banyaknya karya tulis beliau yang tidak akan pernah mati.
Begitu penting menulis menurut Alumnus UIN Maliki ini, dia dan para guru di sekolah komunitas akan segera menerapkan aktif menulis untuk menggelorakan aktivasi sejarah dimasa mendatang. Meski diawali dengan menuliskan potensi-potensi alam yang berada disekitar mereka, namun kedepan harapan bapak dua anak ini ingin semua bisa membudayakan menulis dengan beragam wacana di sekolahnya kelak, “Dimulai dari hal-hal ringan dulu, yang penting istiqomah” Tandasnya berbagi pengalaman pada team peneliti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) UIN Maliki Malang.