Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Senyum Itu Disimpan Saja

30 April 2021   10:56 Diperbarui: 30 April 2021   10:59 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Lukisan Ahmad Dahri

Ia memintaku untuk menjauhinya, dengan alasan yang menurutku tak masuk akal. Fia tak boleh keluar dari rumahnya, ia harus membantu Abah dan ibunya. Setelah aku tanyakan ke Fia ternyata benar, alasan itu yang menjadi penguat argumennya untuk menolakku menjadi bagian keluarganya. Abahnya pun berkata demikian. Saat itu aku tak kuasa menahan sakit. Dada terasa sempit, namun tetap ku jaga konsentrasiku mengemudi motorku. Ramadhan kala itu, menjadi saksi sesak dadaku, sejak saat itu, Fia tidak bisa dihubungi. Setelah aku tanyakan ke beberapa saudara sepupu yang kebetulan aku mengenalnya, Fia ikut kakaknya ke Sidoarjo. Tetapi ada yang bilang ia ganti nomor dan menjadi guru di sekolah dekat rumahnya. Ada juga yang bilang, kalau bisa tak usah mengusiknya lagi, fokus dengan jalannya masing-masing.

_____________

Rasa sakit aku simpan sendiri, senyum yang beberapa tahun lalu mengembang, terpaksa aku simpan untuk selamanya. Kenangan itu terbonsai indah di antara ragam cerita yang akan kuukir ke depan. Saat itu kuputuskan untuk belajar lagi, Jogja, Bandung dan Bali adalah tiga tempat yang menjadi persinggahanku. Ada ragam alasan aku ke sana, di samping belajar tentang hidup, juga upaya untuk melupakannya. Namun semakin keras usaha untuk melupakan, semakin besar dan lekat ingatannya.

Beberapa tahun kemudian aku mendengar, Fia sudah menikah, ia hidup bahagia, kebutuhannya tercukupi, tak kekurangan satu apapun. Kabar dari salah satu temanku yang menjadi tetangganya, kehidupan keluarganya juga berubah, sekarang lebih mentereng, rumhanya, mobil dan beberapa kebun cengkeh dibeli oleh suaminya. Aku bersyukur karena ia mendapatkan suami yang praten dan pengertian. Paling tidak ia dijaga dengan baik oleh lelaki yang beruntung itu.

Namun rasa syukurku tiba-tiba berubah menjadi umpatan tak berkesudahan, setelah mendengar cerita dari kakak sepupunya, kebetulan aku sering bertemu, karena anaknya sekolah dan mondok di Lembaga yang aku menjadi guru di sana. Aku tak melihat kebohongan di mata sepupunya itu, ia sampai menangis Ketika bercerita tentang Fia sekarang.

Fia menikah dengan perjodohan, suaminya terpaut sekitar duapuluh tahun dengan Fia. Ia tak bisa kemana-mana, hpnya juga selalu diawasi, jangankan ke pasar, kerumah saudaranya yang jaraknya sepelemparan batu dari rumahnya dibuntuti oleh suaminya, beberapa kali bertengkar dan, pertengkaran itu membuat Abahnya Fia kepikiran, ia sakit drop, dan tidak lama kemudian meninggal. "Fia seperti terpenjara, pernah suatu hari Fia bererita kepadaku, bahwa bukan kemewahan atau kebutuhan yang tercukupi yang ia cari, ia mencari ketenangan dalam keluarganya, sambil meneteskan air mata, ia mengatakan bahwa ia ingin menyerah." Ucap sepupunya.

Hatiku pilu mendengarnya, aku merasakan sesaknya, aku merasakan kesedihannya, ia bukanlah burung yang indah yang harus dikurung di sangkar berbalut emas, ia bagaikan burung yang indah warnanya dan kicaunya yang merdu dan terbang bebas, seharusnya.

Aku mengumpat sejadi-jadinya, lalu terucap doa yang kemudian membuatku menyesal. Dan tidak perlu do aitu aku ceritakan. Aku sadar, bahwa manusia boleh berencana dengan baik, tetapi apakah rencana itu memberi kebaikan? Belum tentu juga. Maka benar jika dikatakan bahwa seindah-indahnya rencana manusia, masih terlau indah rencana Tuhan. dan agaknya Cinta itu akan menjadi penuh sesak, ketika cinta itu berlebihan. []

Rumah Jogo kali, 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun