Mohon tunggu...
Raymond Bagariang
Raymond Bagariang Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Akuntansi Perpajakan Universitas Andalas , padang\r\n\r\nsedikit kecewa dengan kondisi negerinya dan punya khayalan tingkat tinggi untuk memperbaiki

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Katolik dan teman-teman di sekeliling ku beragama Islam

18 Agustus 2011   17:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:39 2852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lulus SPMB tahun 2007 dan diterima di Universitas Andalas (Unand) Padang. Banyak cerita menyeramkan yang aku dengar dari orang sekitarku tentang Unand terkait isu agama. Memang beberapa tahun sebelumnya ada kasus pemukulan terhadap beberapa mahasiswa beragama kristen karena dituduh melakukan kristenisasi menggunakan jin yang katanya beragama kristen, “jin kristen” begitu mereka menyebutnya. Akhirnya salah satu dari korban pemukulan itu pindah ke universitas di kota lain karena tidak sanggup mendapat tekanan lebih, yang lain ada yang tetap melanjutkan kuliahnya di universitas tersebut.

Lumayan terkejut saat mendengar cerita itu dan membuatku berpikir ulang untuk melakukan pendaftaran ulang tapi karena tidak ada pilihan lain dan keluargaku tidak berkelebihan maka aku tetap mendaftar. Pada saat pendaftaran di tahun 2007 di auditorium banyak sekali kelompok/organisasi mahasiswa yang membuka stan di halaman auditorium untuk memperkenalkan kelompoknya tapi hanya dari kelompok agama islam semua, yah mungkin karena yang lain tidak kepikiran membuat stan , begitu pikirku. Dua hari aku melakukan pendaftaran ulang dan sempat berkeliling di sekitar auditorium unand, ada poster yang bertuliskan “hati-hati misionaris kafir disekeliling anda” dengan latar gambar telapak tangan mencengkram , yah di disain horor lah. Aku sendiri katolik dan dalam pemikiran ku kata-kata misionaris pasti ditujukan ke kristen, aku jadi teringat kembali dengan cerita-cerita yang ku jelaskan diatas. Langsung saja poster serta pikiranku itu membuatku cukup merinding saat itu.

Saat masuk kuliah ternyata dari sekitar seratus orang jurusanku yang reguler, hanya ada empat orang yang non muslim dan kebetulan katolik semua. Sebelumnya aku sudah mengenal mereka karena kami sekolah di yayasan yang sama meskipun sekolahnya berbeda. Angkatan 2007 dibagi 2 lokal, genap dan ganjil da kebetulan aku di lokal genap dan tiga orang lain (perempuan) yang beragama katolik di lokal ganjil tentunya aku sendirilah yang non muslim dan berbeda dari teman-teman ku yang lain, keadaan ini sempat membuat ku takut saat itu tapi aku berpikir biarlah mereka bersama, jadi kalau ada apa-apa mereka ada teman.

Ketika kuliah agama, aku sempat menceritakan keadaan ini kepada dosen ku dan dia hanya menyarankan agar aku berkomunikasi baik dengan seluruh teman-teman tapi tidak mendustai bahwa aku seorang katolik. Kami kuliah agama diluar kampus dan hanya diadakan pada semester ganjil , mahasiswanya juga gabungan dari seluruh universitas dan sekolah tinggi yang ada di kota padang, biasanya tiap tahun berjumlah 200-an orang dalam ruangan untuk mengikuti kuliah agama katolik. Dalam kuliah itu ada beberapa kelompok/organisasi katolik yang memperkenalkan diri, salah satunya PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) cabang padang. Pada PMKRI aku juga menyampaikan keluh kesah ku bahwa aku sendirian di kampus dan menanyakan tentang kasus pemukulan yang pernah terjadi, aku mendapat cerita dan kronologis kejadian sampai pada advokasi yang dilakukan PMKRI saat itu dengan beberapa kelompok mahasiswa lain tapi kasus itu berhenti seperti itu saja katanya tanpa memproses pelaku pemukulan. Senior-senior yang aktif di PMKRI menyarankan ku untuk tidak berpikiran negatif terhadap pemeluk agama lain, mereka menekankan supaya aku membangun komunikasi yang baik dengan teman-teman ku siapapun itu.

Yah, itu mungkin ketakutan-ketakutan yang aku alami di awal-awal kuliah karena belum mengenal dan menemukan teman dan juga dipicu oleh cerita-cerita terdahulu yang membuat ku takut dan membentengi diri.

Seiring berjalannya waktu aku dan teman selokal semakin saling mengenal. Kami selalu jalan berkelompok dengan ke pustaka , ke ruang kuliah dan pulang karena saat itu masih banyak jadwal kuliah yang bersamaan. Ketika teman-teman ku harus menjalan kan sholat , mereka menitipkan tas-tas mereka kepada ku dan aku menjaganya , kadang-kadang bersama dengan teman wanita yang sedang tidak menjalankan sholat atau mungkin mereka sholatnya bergantian. Pernah suatu saat, teman-teman ku yang wanita selesai sholat lebih dulu dan kagetnya aku mereka memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang agama katolik kepadaku, mungkin ada sekitar 2 jam mereka bertanya-tanya , mereka tertawa melihatku yang menjawbnya agak gugup dan kelihatan ketakutan “hehehhe, jangan takut mon, kami hanya mau tahu aja kok karena selama ini kami ga pernah tau” kata salah satu teman ku sambil tertawa melihatku.

Beberapa waktu kemudian aku bertemu dengan senior yang beragama kristen dan bertanya kembali tentang kasus pemukulan yang pernah terjadi itu, iya menceritakan nya tapi dia juga berkata “di fakultas kita teman-temannya baik kok, tidak terlalu fanatik orangnya kuliahlah baik-baik” begitu katanya.

Seperti itulah yang aku jalani sampai sekarang, setiap tahun kami selalu mengadakan “bubar” buka bareng saat teman-teman ku menjalani ibadah puasa dan aku ikut, ketika kegiatannya disandingkan dengan pengajian ya saat pengajian aku diluar bersama teman-teman yang lain. Ketika mereka merencanakan kegiatan, mereka juga mempertimbangkan waktu di ahri minggu karena aku pasti tidak bisa menghadirinya karena aku ke gereja dan kalaupun tidak ada waktu lain , mereka mengerti kalau aku tidak bisa hadir. Aku juga banyak bertanya tentang agama Islam dengan teman-teman ku dan beberapa waktu kadang kami membahas tayangan-tayangan di tv yang menampilkan kelompok-kelompok yang radikal , mereka menerangkannya padaku dan kami bisa bercanda sambil mengenal agama satu sama lain.

Aku juga memiliki teman dekat lima orang, kami sering berkegiatan bersama. Kami juga membuat jadwal “bubar” sendiri untuk kelompok kami setiap tahunnya. Ketika puasa , tidak ada pedagang yang berjualan di kampus , kadang aku bawa air minum dan ketika aku tidak tahan mereka mengerti kalau aku harus minum. Hari ini, kamis 18 Agustus 2011 kami “bubar” makan bersama di pantai padang dan biasanya kami jalan sebentar baru pulang ke rumah masing-masing.

Inilah yang diperlukan, bahwa kita yang memang nyata-nyata berasal dari latar belakang yang berbeda, kita harus saling mengenal satu sama lain, apalagi agama. Ketidaktahuan bisa menimbulkan ketakutan, kecurigaan satu sama lain dan fanatisme sempit bisa membuat hubungan tidak baik.

Perlu juga kita ingat bahwa “mengenal tidak selalu harus menerima, dan menerima tidak selalu harus menjalankan”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun